𝐹𝑟𝑖𝑒𝑛𝑑 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 [4]

1.3K 155 63
                                    

Note : Ada adegan 'nganu' nya!

Awas typo

&

Happy Reading :)

"Kau yang memaksaku menjadi pembunuh, Choi Yuna."

Seketika hening. Semuanya terdiam mendengar penuturan Jungkook tersebut.

Irene menganga di tempatnya. Semudah itu Jungkook berkata? Dan Irene akui, Jungkook sangat nekat. Dia menyesal telah menyulut emosi dari lelaki tersebut, dengan menyertakan Taeyong sebagai umpan.

"Ahh, Taeyong," gumam Irene pelan sambil menoleh ke arah Taeyong yang sudah sangat babak belur.

Lelaki itu sedang mengusap sudut bibirnya yang terluka dan mengeluarkan darah.

"Kau.. Kau, baik-baik saja, Taeyong?" Irene bertanya dengan terbata. Gadis itu sudah berjongkok di depan sahabatnya itu, dengan pandangan penuh rasa bersalah.

"Dia sangat luar biasa," ujar Taeyong sambil mengulas senyuman tipis.

Yuna yang masih memeluk Jungkook, semakin mengeratkan dekapannya pada tubuh lelaki itu. Menghirup harum tubuh tegap tersebut, sambil memejamkan matanya. Dia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Jungkook. Apa mau lelaki itu? Membiarkan Yuna tidak menikah sampai tua?

Sebagai pengacara, Yuna bisa tahu karakter seseorang hanya dalam beberapa jam bertemu. Namun, hanya Jungkook yang tidak bisa gadis itu baca, bahkan mereka sudah saling mengenal selama puluhan tahun. Dia tidak menemukan apa kemauan dari lelaki tersebut.

Jungkook mendengus kasar. Lelaki itu melepaskan pelukan Yuna, dan menatap wajah penuh ketakutan dari gadis itu.

"Ikut aku," kata Jungkook sambil berjalan ke arah lift yang tadi mengeluarkan Yuna dari sana.

Yuna menatap punggung Jungkook, lalu beralih menoleh pada Irene juga Taeyong. Gadis itu jelas merasa bersalah pada Taeyong. Tapi, dia harus ikut dengan Jungkook, untuk menyelesaikan masalah mereka.

Irene dan Taeyong mengangguk saat melihat tatapan permintaan maaf dari Yuna. Keduanya sangat mengerti dengan isi pikiran gadis itu.

Menghela nafas pelan, Yuna mulai berjalan mengikuti Jungkook. Lelaki itu sudah berdiri di depan lift. Menunggu pintunya terbuka.

Yuna menundukkan kepalanya, dengan tangan kanan yang menggenggam ujung kaos yang Jungkook gunakan. Gadis itu mengikuti Jungkook yang berjalan masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka.

Yuna tidak menyukai suasana ini. Berdua dalam keheningan. Gadis itu melirik mimik Jungkook. Lagi-lagi, dingin dan datar yang dia dapati.

"Jungkook," panggil Yuna lirih.

Bukannya menyahuti panggilan Yuna, Jungkook justru berjalan keluar saat pintu lift sudah terbuka. Membuat Yuna hanya menghela nafas, dan mengikuti langkah lelaki dewasa tersebut.

Jungkook membuka pintu apartemen Yuna, langsung masuk dan berhenti saat sudah tiba di ruang tamu. Lelaki itu menghela nafas kasar. Dengan tangan terkepal, Jungkook membalikkan tubuhnya untuk menatap Yuna yang juga tengah menatapnya.

Mata mereka terkunci. Jungkook dengan aura marah dan dinginnya, berjalan ke arah Yuna. Merangkum wajah gadis itu, lalu melumat keras bibir yang beberapa hari ini tidak dia sentuh.

[𝐘𝐔𝐊𝐎𝐎𝐊] sʜᴏʀᴛ sᴛᴏʀʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang