Ten

427 42 2
                                    

Kedua pipiku saat ini terasa sangat kebas. Setelah Kak Regal berhenti di pinggir jalan dan menubrukku hingga terjungkal, dia langsung ceramah panjang lebar sembari menarik kedua pipiku sangat keras. Tidak peduli jika ada orang asing di sebelah, sedangkan Arta sendiri juga tidak mempedulikannya.

Arta juga tidak bergerak sedikitpun, kecuali matanya yang sedikit melirik ke arahku, lebih tepatnya memperhatikan Kak Regal. Itupun jika tidak salah menduga.

Saat Kak Regal sedang berdiri di depan Arta dengan wajah yang tidak kalah dinginnya. Keduanya saling bertatap-tatapan dengan sorot mata yang berbeda. Kak Regal yang sepertinya memiliki emosi terpendam, sedangkan Arta hanya menunjukkan sorot mata mengintimidasi lawannya. Benar-benar kebiasaan seorang Arta yang mengandalkan tatapan tajamnya untuk menyurutkan keberanian lawan bicara.

Tetapi pada dasarnya Kak Regal orang yang cukup keras, bahkan ditatap murka oleh Ayah maupun Kak Arga saat itu tidak menyurutkan keberaniannya untuk menantap balik keduanya. Jadi, keduanya benar-benar lawan bicara yang tangguh.

Aku tidak tahu bagaimana kejadian sebenarnya, tetapi satu mobil menepi tidak jauh di tempat montor Kak Regal. Awalnya hanya satu, namun lama-kelamaan muncul mobil yang sama sebanyak 3 buah dan keluar pengemudinya. Tidak banyak, bisa diperkirakan hanya satu orang satu mobil.

Dan mereka berbaris rapi di dekat mobil masing-masing. Percaya tidak percaya keberadaan mereka menghambat kendaraan yang lain. Meskipun berhenti di pinggir jalan, namun tetap saja mengganggu pengemudi lainnya.

Satu dari mereka ada yang sedang menelpon seseorang dan sisanya berdiri seperti patung dengan kedua tangan disatukan ke belakang. Pakaian mereka juga mencolok orang-orang sekitar. Sudah mobil yang menghalangi dan pengendara yang seperti robot hanya berdiri tanpa ada niat menyingkirkan kerusuhan tersebut.

Kak Regal yang masih perang tatap-tatapan dengan Arta, orang-orang seperti patung yang menarik perhatian orang lain, dan terkahir aku hanya memandangi mereka. Bagus sekali, benar-benar menjadi tontonan orang sekitar, entah pedagang sekitar ataupun pengendara yang lewat.

Tak lama dari semua kerusuhan ini, datanglah seseorang penegak jalan. Atau pengertian lainnya orang yang bekerja memperhatikan aturan rambu lalu lintas. Dia datang dengan 2 orang dan menghampiri orang yang berdiam diri seperti patung.

Aku hanya memperhatikan mereka saling berbincang satu sama lain dan berakhir dengan barter. Orang tersebut memberikan sebuah kertas dan salah satu orang yang bersama Kak Regal memberikan sejumlah uang.

Lalu, selesai. Iya benar-benar selesai.

Dua orang tadi bersiap untuk kembali pergi, sedangkan orang yang mengurus permasalan tersebut berjalan mendekati Kak Regal dan berbincang sebentar.

Sekarang mereka berganti mengalihkan pandangannya ke arahku, baik Arta, Kak Regal, maupun orang itu. Kak Regal yang berjalan mendekat dan menarikku ke arah mobil yang berbaris rapi tersebut.

Melihat Kak Regal melempar kunci motornya ke salah satu dari orang yang berdiri bak patung, aku langsung paham jika setelah ini akan pulang ke rumah. Yah, rumah dengan anggota isinya yang sudah dipastikan sangat memendam amarah terhadapku.

Aku tidak menampik hal tersebut saat melihat raut wajah Kak Regal yang bahkan lebih dingin dari Kak Regan biasanya selama perjalanan.

Tanpa kata, tanpa raut wajah, dan tanpa lirikan. Kak Regal benar-benar sangat marah selama mengemudi. Aku hanya diam saja dan menanggung nasib untuk kedepannya saat sampai di depan rumah.

Banyak mobil yang sepertinya tidak sengaja datang bersamaan begitu sampai di rumah. Tidak usah ditanya siapa di balik mobil-mobil tersebut. Yang pasti adalah anggota keluarga yang lainnya. Terutama Ayah yang raut wajahnya sangat dingin begitu keluar dari mobil dan masuk ke rumah meninggalkan semuanya. Terutama aku yang masih di dalam mobil bersama Kak Regal sembari melihat tatapan tajam lainnya begitu mereka keluar.

Fiks, akan ada akhir yang menanti lebih kejam dibalik rumah mewah di hadapanku.

*****

Ditulis: 29 Maret 2021
Dipublish: 29 Maret 2021

Sorry atas lama upnya, udah gitu pendek pula😂

Reyna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang