Makasih untuk sebelumnya yang sudah vote dan komen berisi kata semangat, maaf jika tidak bisa dibalas karena masih ada masalah dengan email yang digunakan, jadi masih ada problem dengan akun saya, sehingga tidak bisa membalas komen kalian.
Karena sudah tidak update 2 bulan atau jalan 3 bulan, pada chap ini saya berikan lebih dari 2000 kata. Semoga cukup memuaskan yaaa.
Happy reading!
*****
Aku menatap gedung di hadapanku dengan horor. Yang benar saja kita mau main di sini, bisa-bisa dimutilasi sungguhan oleh Kak Arga.
Sedikit pemberitahuan saja, gedung yang berdiri dengan gagahnya di depanku saat ini adalah perusahaan milik Kak Arga. Jangan salah sangka, meskipun milik Kak Arga, pada dasarnya tetap punya Ayah, hanya saja sebagian perusahaan dilimpahkan ke nama Kak Arga dan berubah kepemilikan, salah satunya gedung di hadapanku saat ini.
"Yakin mau buat masalah di sini? Levelnya terlalu tinggi buat Kak Regal."
Aku menyindir Kak Regal sembari menatap dengan gelisah gedung di depan. Kali ini Kak Regal benar-benar nekat mencari masalah dengan Kak Arga, aku tidak tahu mereka ada masalah apa, yang pasti terjadi sesuatu dengan keduanya. Karena Kak Regal yang aku kenal tidak akan mencari masalah dengan orang sejenis Kak Arga jika bukan karena ada masalah.
"Udah ikut aja," jawab Kak Regal setelah memakirkan montor di warung sebelah gedung. Aku tidak tahu kenapa harus diparkirkan di sini, tapi satu yang alasan yang paling tepat adalah agar memudahkan kita untuk kabur.
Tanganku ditarik begitu saja untuk menyelinap masuk ke dalam gedung, tapi yang bikin aku heran adalah Kak Regal dengan terang-terangan berjalan menuju pagar depan. Aku tidak paham apa yang dipikirkannya.
"Jangan bilang kita mau masuk lewat satpam?" tanyaku curiga dengan niat Kak Regal.
"Memang."
'Whattt!' batinku menolak dengan keras ide tersebut.
"Kak Regal kalau mau mati jangan ngajak-ngajak!"
Aku menyentak tangan Kak Regal yang menggenggam tanganku dan berbalik menuju warung.
Lebih baik aku duduk manis di warung menunggu Kak Regal selesai melakukan balas dendamnya, daripada ikut masuk dan menyerahkan diri untuk terjun bebas ke neraka bersama. Aku tidak akan mengikutinya.
"Ren, jangan gitulah. Tadi bilangnya terserah, gak boleh plin-plan gitu." Kak Regal ikut berbalik untuk mencegahku.
"Plin-plan dari mana? Aku diem aja dari tadi, gak protes kalau Kakak mau buat masalah di sini. Tapi pliss, jangan langsung masuk gitu aja, kan bisa masuk diem-diem kayak biasanya. Kak Regal masuk aja pasti sudah ketahuan Kak Arga duluan sebelum keluar dari situ."
Kadang aku tidak begitu mengerti dengan jalan pikiran Kak Regal. Kadang rencananya diluar nalar, kadang juga rencananya mudah ditebak.
Aku dapat mendengar helaan napas Kak Regal, lalu dia berkata.
"Oke, kita masuk diem-diem." Kak Regal menarik tanganku untuk kembali berjalan mengikutinya. Seperti tadi, tetap mengikuti ke manapun Kak Regal melangkah seperti anak ayam.
Kita akhirnya memilih jalan memutar untuk masuk ke kantor Kak Arga lewat pintu darurat yang tidak dijaga oleh satpam satupun. Begitu sampai di dalam aku dan Kak Regal mencari tempat persembunyian yang aman dari jangkauan orang-orang. Masalahnya para penduduk di dalam gedung ini mengetahui wajah dari Kak Regal, tidak akan ada tantangan sedikitpun jika kita masuk dan langsung ketahuan salah satu dari mereka, itupun jika tidak diadukan. Namun jika dia memberikan informasi Kak Regal berada di sini, otomatis rencana balas dendam Kak Regal tidak akan terlaksana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna
Художественная прозаKebingungan Reyna perlahan terkuak dengan sendirinya. Jati dirinya yang cukup membingungkan mulai terpecahkan. Nyatanya Reyna tetap tidak akan pernah keluar dari zona lingkup keluarganya yang sangat protective Ps: belum revisi dan bahasa masih alay...