Aku langsung terdiam dan menatap pintu dengan horor, di depan pintu terdapat Kak Arga dan Willy tengah berdiri dengan tampang keheranan saat menatap kita bertiga yang sudah terdiam seperti patung.
Ekspresi Kak Arga memecahkan keheningan, ia mengangkat sebelah alisnya sembari menunjuk toples yang terlegetak jauh di belakang Kak Regal.
"Habis ngapain kalian?"
Kak Arga menutup pintu dan duduk di atas ranjang. Ia menatap Kak Regal dengan tampang menuduh. Seperti sudah bisa memprediksi siapa dalang di balik kerusuhan ini.
"Regan." Tunjuk Kak Regal langsung gelagapan saat ditatap oleh Kak Arga.
Sebenarnya setelah sering melihat akting Kak Regal jika melakukan kesalahan, maka akan terlihat jelas perbedaan di saat dia berbohong dan tidak. Dan yang sudah aku simpulkan selama ini adalah saat wajah yang diperlihatkan ketakutan atau ekspresi yang dibuat-buat, maka saat itulah Kak Regal tengah berbohong atau bermain-main. Tetapi jika dia menjawab dengan tampang dingin dan serius, maka Kak Regal sedang menjawabnya dengan bersungguh-sungguh.
Dan sepertinya Kak Arga sendiri sudah sangat hafal dengan kelakuan Kak Regal, buktinya ia hanya diam saja saat Kak Regal menuduh Kak Regan. Apalagi dengan akting Kak Regal yang memegang kepalanya seolah-olah memang seorang korban.
Yah, sebetulnya Kak Regal tidak salah sepenuhnya. Memang benar Kak Regal korban amarahnya Kak Regan. Tapi Kak Regal sendiri juga biang masalah dari semua ini. Jadi anggap saja dia sedang mendapatkan karma hari ini.
"Turun ke bawah, obati kepalamu." Perintah Kak Arga sembari menatap Kak Regal dengan wajah tanpa ekspresi.
"Dih, sekali-kali kek si Regan dimarahin juga. Ini kepala kalau tambah bego yang disalahin siapa?" Gumam Kak Regal saat berjalan menuju pintu, ia juga mendengus dengan keras saat menutup pintu kamar. Itu membuktikan Kak Regal kesal dengan perintah semena-mena Kak Arga.
Meskipun hanya berupa gumaman, suara Kak Regal bisa terdengar jelas, dan aku yakin yang lainnya juga mendengar apa yang dikeluhkan Kak Regal.
Aku hanya mengabaikan apa yang barusan terjadi dan duduk di sebelah Kak Arga saat dipanggil.
Lalu, cukup lama Kak Arga hanya diam membisu memperhatikan Kak Regan, aku juga ikut memperhatikan Kak Regan dan mencari apa kesalahan dari Kak Regan, sehingga dia ditatap dengan begitu intens oleh Kak Arga.
Dan akhirnya pertanyaanku terjawab begitu kak Arga bersuara.
"Masih ada urusan di sini?" Sindir Kak Arga.
Ternyata sedari tadi Kak Arga memperhatikan Kak Regan hanya karena menunggu Kak Regan keluar dari sini, tetapi karena yang ditatap tidak ada pergerakan, akhirnya sekarang Kak Arga mengusirnya.
Reaksi Kak Regan sendiri hanya melirik Kak Arga sebentar sebelum melangkah keluar tanpa bertanya apapun. Kita bertiga hanya memandang Kak Regan keluar dari kamar tanpa menimbulkan suara.
Akhirnya tinggallah Kak Arga, Willy dan aku di dalam kamar. Aku dan Kak Arga duduk bersebelahan di atas kasur, sedangkan Willy duduk menggunakan kursi di depan kita berdua.
Akhirnya Kak Arga memulai percakapan dengan memberikan nasehat panjang dan lebar, aku tidak akan menjelaskannya, karena itu akan memakan waktu yang banyak. Tapi intinya Kak Arga sedang marah akibat tingkahku yang ceroboh. Kak Arga tidak semarah Ayah saat mengintrogasi, dia hanya memberikan petuah-petuah yang sangat banyak disertai larangan yang tidak kalah banyaknya.
Mungkin emosinya sudah reda dan sekarang hanya sisa-sisanya saja. Buktinya Kak Arga langsung diam begitu sudah lelah berbicara saat mendapati aku mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna
Ficción GeneralKebingungan Reyna perlahan terkuak dengan sendirinya. Jati dirinya yang cukup membingungkan mulai terpecahkan. Nyatanya Reyna tetap tidak akan pernah keluar dari zona lingkup keluarganya yang sangat protective Ps: belum revisi dan bahasa masih alay...