Aku dan Tera telah berhasil menyelinap keluar dari rumah, ya tidak salah. Bukan keluar dari kamar lagi, tetapi kami berdua telah keluar dari rumah untuk pertama kalinya. Kejadian yang tidak terduga di rumah tadi membuatku yang berpura-pura menjadi Tera harus keluar dari rumah untuk berbelanja kebutuhan makanan nanti malam. Penyamaranku cukup lancar saat di dalam rumah berkat bantuan masker yang terpasang, hal itu juga dilakukan oleh Tera. Alasan mengapa aku memilih bertukar posisi dan bukan mengandalkan Tera untuk melancarkan asksinya adalah Tera benar-benar pengecut dalam hal ini. Sangat mengulur waktu untuk berdebat dengannya atau sekedar mengancam, yang ada mereka ketahuan terlebih dahulu sebelum melaksanakan tujuan.
"Ayo Tera," ucapku menarik Tera untuk segera menjauh dari rumah. Aku tidak ingin orang rumah mengetahui jika ada yang keluar tanpa izin, apalagi yang keluar adalah aku. Kak Arga pasti akan marah besar jika tau hal ini. Aku pernah saat pertama kalinya bertanya mengapa tidak boleh keluar dari rumah, namun respon yang kudapat dari mereka adalah respon negatif. Terutama Kak Arga yang langsung marah menghilang dengan Bunda yang menangis mendengar pertanyaanku. Tatapan mereka juga menunjukkan hal yang berbeda-beda, aku tidak menampik jika ada rasa takut juga saat mendapati respon seperti itu.
Tera membawa tas ransel yang berisi baju ganti, karena aku berpikir jika mereka mengetahui aku pergi dengan salah satu pelayan di rumah maka mereka akan mudah mencarinya. Maka dari itu aku berinisiatif untuk membawa baju ganti, tidak mungkin juga jika keluar hanya mengenakan baju seragam milik Tera yang cukup pendek.
Hari sudah hampir menjelang malam dan tubuhku belum sepenuhnya membaik jadi aku tidak ingin mengambil resiko dengan kembali sakit dan mencemaskan orang rumah yang khawatirnya selalu berlebihan. Terutama Bunda, ingin sekali rasanya berbicara 'Bunda tidak usah cengeng' tapi itu bukanlah hal yang baik, bahkan menjerumus ke ciri-ciri anak durhaka.
"Aku saja yang bawa tasnya." Aku berusaha mengambil tas yang berada di punggung Tera, namun Tera malah menolak dan menggenggam tanganku.
"Tidak usah, biar saya saja Nona," ucap Tera sembari berjalan menggandengku. Ah, baik sekali kamu Tera. Andai saja kita bertemu lebih awal, aku pasti tidak akan kesepian di rumah menunggu Willy untuk bermain.
Aku menahan pundaknya hingga kita berhenti. "Tidak bisa Tera, maaf hari ini sudah merepotkanmu. Kali ini biar aku saja yang membawa barangku sendiri." Aku tersenyum dan mengambil tas berisi baju tersebut. Tera sendiri kali ini tidak mengelak, maka dari itu aku hanya bersyukur kita tidak perlu berdebat di luar sini.
Kita melanjutkan perjalanan. Berjalan melewati rumah-rumah yang berbaris dengan rapi di samping kiri dan si sisi kananku sendiri saat ini ada lapangan yang begitu luas. Aku tidak tahu mengapa rumah di sini sangat besar, bahkan jalanannya begitu lebar. Aku menjadi lelah karena sudah berjalan cukup lama tetapi tidak menemukan tempat untuk membeli bahan makanan.
"Masih jauh ya Ra?" Aku bertanya kepada Tera yang sepertinya tersentak kaget.
"Ah tidak Nona, hanya perlu keluar dari perumahan nanti kita menemukan pusat pembelanjaan." Aku mengangguk saja. Tidak boleh mengeluh karena ini resiko saat memilih keluar dari kamar da berperan menjadi Tera. Aku menjadi merasa sangat jahat kepada Tera saat di rumah tadi dan Tera juga tidak mengungkitnya.
Akhirnya aku menikmati sejuknya hawa sore yang sangat dingin. Banyak pohon di perumahan ini, setiap rumah pasti setidaknya ada berberapa pohon yang menyejukkan mata. Di lapangan juga tidak kalah banyak. Menikmati hal yang mungkin saja tidak bisa kulakukan lagi. Keluar dari rumah seperti ini adalah kesempatan langka setelah aku bangun di rumah asing tersebut. Aku sendiri juga tidak banyak mengingat hal-hal sebelumnya. Biarkan saja, intinya aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Walaupun tempat ini sangat sepi, tidak ada orang yang lewat, hanya berberapa kali mobil yang melintas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna
Ficción GeneralKebingungan Reyna perlahan terkuak dengan sendirinya. Jati dirinya yang cukup membingungkan mulai terpecahkan. Nyatanya Reyna tetap tidak akan pernah keluar dari zona lingkup keluarganya yang sangat protective Ps: belum revisi dan bahasa masih alay...