Sixteen

187 17 7
                                    

Suka liat komen kalian, entah kenapa jadi semangat, semoga menghibur.

Happy reading!

*****

"Ayah?"

Ayah yang melihatku di sini hanya menampilkan wajah datar sembari bertanya.

"Di mana Regal?"

Seperti sudah paham betul ulah siapa aku bisa berada di sini tanpa harus mengintrogasi dengan susah payah.

"Di balik tembok," kataku sembari menunjuk tempat persembunyian tadi tanpa melihatnya. Namun saat menoleh untuk melihat nasib Kak Regal, orang itu sudah menghilang bagai ditelan bumi. Tempat tadi sudah bersih tidak ada siapapun yang bersembunyi.

'Kak Regal sialan!' Aku mengumpati Kak Regal dalam hati. Yah, meskipun dia kabur saat ini, nanti juga akan kena hukumannya sendiri. Jadi aku tidak terlalu memikirkannya.

"Tadi ada kok," ucapku lagi saat melihat Kak Regal sudah menghilang dari tempatnya.

Ayah hanya merespon jawabanku dengan mengangguk dan mengulurkan tanganya sembari berkata, "kemari."

Aku berjalan mendekat ke arah Ayah, tetapi yang kudapat adalah pukulan pelan di kepala dan sebuah berita yang membuatku menghela napas lelah.

"Bunda lagi nangis di rumah nyariin kamu."

Aku mengangguk dengan menampilkan raut wajah sedih seperti anak ayam yang bersalah, tapi sebenarnya tidak. Aku hanya berakting saja karena sudah lelah secara fisik dalam menghadapi Ayah, jadi jalan satu-satunya agar tidak menambah hukuman yang akan diterima adalah mengakui kesalahan. Se simple itu dan Ayah akan sedikit menurunkan hukuman, kadang-kadang juga tidak memberi hukuman. Hebat bukan?

Aku melihat Ayah sedang mengobrol dengan orang-orang yang selalu mengikutinya di manapun Ayah berada. Sebenarnya dikawal seperti itu, apakah tidak risih? Aku sendiri juga jengah jika dikawal 24 jam ke manapun, maka dari itulah aku sedikit paham alasan Kak Regal yang lebih suka keluyuran tanpa membawa pengawal ke manapun daripada izin keluar yang berujung diberi pengawalan tidak lazim.

Sedikit terdengar perintah yang diberikan Ayah  kepada salah satu pengawalnya untuk mencari Kak Regal dan membawanya ke tempat Ayah. Aku hanya berusah menahan ketawa agar tidak terlihat terlalu senang jika Kak Regal benar-benar tertangkap dan mendapatkan hukuman dari Ayah. Biasanya selama ini jika Kak Regal melakukan kesalahan, hukumannya hanya akan disampaikan lewat kepala pelayan atau ditipkan ke pengawal pribadi Kak Regal dan hal tersebut tentu saja jarang dikerjakan. Jadi lebih menarik jika melihat Kak Regal dihukum secara langsung oleh Ayah seperti waktu kasusku dan William di tengah malam. Suara tamparannya terasa begitu renyah.

Akhirnya setelah Ayah selesai memberikan perintah, aku diajak untuk ke atas, ke tempat Kak Arga berada. Yah aku yakin mereka berdua ada urusan, maka dari itu Ayah ke sini yang seharusnya sudah tidak memegang kendali di kantor ini lagi.

Begitu kita memasuki ruangan Kak Arga, aku langsung mendudukkan diriku ke sofa yang terpajang menganggur begitu saja. 'Ah, nyaman sekali,' legaku karena sedari tadi disiksa oleh Kak Regal untuk jongkok.

Ayah langsung menghampiri Kak Arga dan mereka seketika melupakanku. Ah tidak, mereka melupakanku beserta pengawal pribadi mereka yang berdiri di setiap sudut ruangan.

Reyna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang