Seventeen

182 15 3
                                    

Bosan, ngantuk, lapar, dan lelah. Itulah perpaduan yang sedang dirasakan saat ini. Mendengarkan guru yang sedari tadi berceloteh ria mengenai materi, meskipun tidak ada yang dipahami sedikitpun.

Dengan suasana suram yang tercipta di ruangan membuatku sedang dalam mood yang tidak baik. Ditambah lagi melihat Kak Regal yang sedang makan tanpa rasa bersalah, kekesalanku semakin bertambah.

Meskipun ini adalah pelajaran terkahir dan hanya tersisa 40 menit lagi sebelum berakhirnya pelajaran. Aku sudah angkat tangan dengan keadaan ini.

Ingin makan tapi tidak diizinkan sebelum berakhirnya pelajaran, parahnya lagi tadi siang Kak Arga lupa memberi kita makan sesuai perintah Ayah.

Parah!

Jika Kak Arga punya dendam kepada Kak Regal, seharusnya aku tidak terkena imbas pula. Jika tahu seperti ini, lebih baik kedepannya aku diam di rumah dan menjadi anak baik.

"Baik, karena sepertinya kamu sudah lelah, saya akan menutup pembelajaran hari ini."

Mendengar sebuah kalimat penolong yang didamba-dambakan sedari tadi, membuatku langsung menganggukkan kepala dengan semangat.

Bugh!

Sebuah bantalan sofa melayang mengenai tanganku. Tanpa perlu berbalikpun sudah diketahui pelakunya. Aku hanya melempar kembali bantalnya ke tempat semula.

"Sebagai gantinya, akan saya beri sebuah kuis," ucap Guru tersebut melanjutkan kalimat tadi.

Hal tersebut langsung menyurutkan semangat yang tadi membara, ditambah dengan Kak Regal yang tertawa senang atas penderitaanku.

Guru tersebut hanya tersenyum melihat interaksiku dengan Kak Regal. Dan sesungguhnya senyum tersebut tidak dibutuhkan, yang dibutuhkan saat ini adalah kebaikan anda untuk segera menutup pelajaran tanpa ada kuis.

Aku hanya tersenyum kembali menanggapi senyumnya.

"Untuk Regal jika ingin menjawab juga tidak masalah."

Kak Regal tidak bergeming untuk menjawab, dia pura-pura sibuk dengan makanannya.

"Baik saya mulai. Jika seorang pemuda dari kalangan rakyat biasa, berambisi menjadi seorang Raja di tengah kerajaan yang sedang mengalami kekosongan tahta. Memiliki semua kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Raja. Jalan apa yang harus dia tempuh untuk menjadi seorang Raja?"

'Yakin ini kuisnya? Kok beda jauh dari pelajaran?'

Aku menatap bingung ke arah guru tersebut. Meminta penjelasan mengenai pertanyaan yaang diberikan.

"Saya hanya ingin tahu bagaimana solusi kamu untuk menyelesaikannya." Guru tersebut sepertinya menangkap apa yang sedang kubingungkan.

'Sialan!'

Apakah dia tidak paham jika otakku sudah lelah dan tidak bisa memikirkan hal-hal yang menjerumus ke arah logika?

"Tinggal mencalonkan diri menjadi Raja." Aku menjawab asal karena memang malas berpikir.

Bugh!

Sebuah bantal mendarat lagi mengenaiku. Kali ini Kak Regal menyahut dengan mengejek.

"Sistem kerajaan dan pemerintahan beda, bodoh!"

"Regal!"

Suara Kak Arga menginstruksikan peringatan. Kata bodoh yang diucapkan tadi termasuk salah satu kata-kata yang dilarang keras untuk terucap.

Reyna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang