Suka Duka

19 3 0
                                    

Happy Reading and Enjoy Alwasy Tsundereading...


"Qegi?" panggil Gael saat ia sudah tidak mendengar lagi tangisan Qegi di dalam dekapannya.

"Qegi ... lo nggak pegal meluk gue kayak gitu? Gue sih pegal ya," sambung Gael lagi.

Qegi yang dari tadi tidak merespon membuat Gael khawatir, "Qegi, lo nggak pingsankan?" sambil menepuk pundak Qegi karena wajahnya disembunyikan di dadanya jadi ia tidak bisa melihat sama sekali apalagi tangan Qegi masih saja memeluknya dengan erat.

Gael mencoba untuk melepaskan tangan Qegi dari tubuhnya dengan pelan sambil menahan tubuh Qegi dengan tangan sebelahnya. Benar saja saat tangannya sudah dilepaskan oleh Gael, ia bisa dengan jelas melihat wajah Qegi yang sembab. Sudah terlalu lama Qegi menangis tidak aneh jika ia sampai tertidur di pundaknya. Qegi pasti sangat cape menangis dan menahan semuanya sendirian. Sedih memang saat kita harus menyaksikan orang yang kita sayang menangis, apalagi saat melihat wajah Qegi seperti ini.

Karena tidak tega membangunkan Qegi, Gael pun mengendongnya ke dalam kamar lalu membaringkannya ke kasur dengan pelan. Setelah menutupi Qegi dengan selimut, Gael mengusap lembut rambut Qegi sambil duduk di pinggir kasurnya.

"Gue janji, ini terakhir kalinya lo nangis kayak gini. Gue akan menyelesaikan masalah lo secepatnya," ucap Gael lembut.

Saat Gael sudah ingin beranjak dari tempat tidur, ia langsung terpokus kepada wajah dan mata Qegi yang masih saja mengeluarkan air mata. Dengan pelan Gael menghapus air mata di pipi Qegi. "Hai hai hai ... udah dong nangisnya."

"Udah ya jangan nangis lagi, udah cukup sampai detik ini. Gue nggak mau lo nangis lagi, semuanya akan baik-baik aja, oke. Gua janji akan selalu ada buat lo ... tapi kalau sekarang gue mau pulang dulu, nggak baik cowok nginep di rumah cewek apalagi cuma berdua," ucap Gael berbicara sendiri  sambil membenarkan kembali selimut lalu mengusap kepala Qegi lagi pelan.

Disatu sisi lain, Mous yang sedang duduk termenung di kamar karena kesal Mayat hidupnya langsung mematikan telephonenya tiba-tiba. Selalu saja begitu! Udah kesekian kalinya Mous melihat hpnya daritadi, berharap ada satu pesan masuk dari Mahikunya tapi tidak ada. Sejak kapan Mahikunya mengirim pesan? Bodoh!

"Mous...," teriak Kak Ahmad di belakang pintu.

"Buka aja, Bang. Nggak di kunci."

"Ada apa, Bang?" tanya Mous saat Kak Ahmad sudah ada disisinya.

"Lo nggak telephonenan sama pacar lo?" tanya Ahmad sambil melihat hp Mous dan membukanya.

"Apa sih, Bang? Pacar siapa?" tanya Mous sambil merebut hpnya.

"Yang waktu itu, lo bawa kerumah. Oh bukan pacar lo?"

"Lo bodoh banget, cewek secantik dan sepinter dia nggak lo jadiin pacar. Siapa namanya? Gue lupa," lanjut Ahmad.

"Qegi," ucap Mous singkat.

"Ahh iya Qegi ... selain dia, lo dekat sama siapa lagi?"

"Gue nggak kayak lo Bang, semua cewek di embat. Ingat umur!"

"Hush kata siapa? Gini-gini gue setia tahu. Cuma ya belum ada aja cewek yang bisa buat gue berubah dan menetap. Kalau cowok udah cocok sama satu cewek, dia nggak akan lagi berpaling karena dia udah berpikir bahwa satu-satunya cewek yang pas buat dia yaitu cewek yang ada disampingnya. Dan dia nggak akan melirik cewek yang lain kalau udah nemu yang pas dan cocok," bijak Ahmad.

Mous hanya memajukan mulutnya beberapa senti sambil tak percaya kakaknya bisa berkata sebijak itu.

"Berjuang aja dulu, masalah ditolak atau enggaknya itu urusan nanti. Karena cewek nggak suka terburu-buru, mereka butuh waktu untuk lihat perjuangan lo sampai sejauh mana mertahankan dia, karena cewek nggak mau bertahan pada orang yang salah karena dia tahu saat dia memutuskan untuk mencintai cowok, dia sanggup bertahan dan terluka tanpa menghitung berapa kali dia tersakiti."

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang