Happy Reading and Enjoy Guys...
Sesaat semuanya sepi, hanya ada suara cicak dan burung yang menghiasi malam dan sekitar Qegi. Tak ada sedikitpun respon dari Gael, Qegi pun menghirup udara disekitarnya dengan berat, lalu berdiri dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
Kehilangan Gael bukanlah sesuatu yang Qegi mau, dia sudah kehilangan perhatian kedua orangtuanya dan dia tidak mau kehilangan Gael. Tapi apa boleh buat. Ini yang terbaik bagi Gael dan Friskha. Sebelum masuk kedalam rumah, sesaat Qegi melihat ke arah Gael. Cowok itu masih saja duduk termenung dengan tatapan kosong kearah depan. Wajah Qegi terasa panas, airmatanya sudah tak bisa ia bendung lagi. Sebelum air matanya keluar membahasahi pipinya, Qegi pun melangkahkan kakinya ke dalam rumah dengan pelan. Ya, ini saatnya untuk iklas kehilangan sosok sahabat seperti Gael.
Saat Qegi sudah membuka pintu, terdengar suara orang berlari. "Mungkinkah Gael lari kearah motornya dan meninggalkan dirinya?" Airmatanya pun keluar dari matanya tapi dengan cepat ia menghapus airmatanya. Qegi ingin sekali melihat kepergian Gael. Tapi, hatinya menolak karena takut rasa sakitnya akan semakin bertambah.
Belum sempat Qegi membalikan badannya, tubuhnya sudah terkunci oleh sebuah pelukan dari belakang. "Gael,,," lirih Qegi
Air matanya kini keluar begitu saja dengan derasnya di pipi Qegi. Ada rasa takut yang hinggap dihatinya. Takut jika ini adalah pelukan perpisahan. Qegi hanya berdiri mematung begitupun dengan Gael yang memeluknya dari belakang.
"Dasar bodoh..., Mana mungkin persabatan kita berakhir hanya karena lo punya pacar. Ya, walaupun gue marah sama lo, karena lo nggak cerita apa-apa tentang cowok itu. Tapi lo akan cerita sama gue kan, sekarang. Lagipula, masa iya gue boleh punya pacar tapi lo nggak," terdengar suara tawa parau dari arah Gael. Tapi nggak bisa Gael tutupi, hatinya sakit saat mengatakan itu semua.
"Jangan dulu berbalik, gue mau meluk lo sebentar saja," ucap Gael saat Qegi berusaha melepaskannya.
Qegipun menghapus airmatanya terlebih dahulu sambil tersenyum kearah Gael karena ketakutannya akhirnya tidak terjadi, "Gael, ini udah malam. Lo mau nanti kita disangka ngapa-ngapain."
"Palingan cuma dipaksa nikah aja, nggakpapalah itu mah," ucap Gael tertawa tapi setelah itu Gael meringgis kesakitan karena tangannya dicubit oleh Qegi.
"Kebiasaan deh," ucap Qegi saat pelukan Gael sudah terlepas dan berbalik ke arah Gael dengan mata disipitkan.
"Acieee ratu jutek nangis."
"Acieee pangeran dingin juga nangis."
"Sorry ya, gue nggak nangis tuhh."
"Masa? Terus itu matanya merah kenapa?" ucap Qegi tertawa.
"Berarti lo sayang dong sama gue, kalau lo nangis," sambung Qegi lagi.
"Ya sayang lah. Iyakan, sayang?" canda Gael.
"Haha just kidding.. Yaudah, kita duduk. Terus lo ceritain deh, siapa pacar lo dan kenapa bisa pacaran, dan semuanya beres deh."
"Emmm. Gael gue ngantuk dehh, kapan-kapan aja ya ceritanya," ucap Qegi manja, bukan manja sih. Tapi lebih tepatnya mengalihkan pembicaraan saja, karena untuk saat ini, Qegi tidak tahu harus cerita apa.
"Alesan nihhh.. Sebegitu nggak maunya ya, gue tahu tentang pacar lo."
"Bukan gitu Gael.. Coba deh lo lihat jam sekarang."
Gael pun melihat jam di Hpnya dan menunjukan pukul 10 malam lebih.
"Masih pagi ya Gael?" sindir Qegi.
"Ya, kalau lo mau banget juga nggakpapa. Gue paling besok nggak bisa masak, terus kesiangan deh," lanjut Qegi.
"Iya deh iya.. Kapan-kapan aja ya, ceritanya. Ratu jutek."
"Yaudah, Pangeran dinginnya Friskha sono pulang, ratunya mau bobo," ucap Qegi sambil mendorong Gael.
Hati Qegi sekarang sedikit lebih tenang, karena hari ini ia tak kehilangan sosok Gael dan terbebas dari pertanyaannya. Qegi hanya tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya saat Gael sudah bersiap-siap untuk pergi.
"Hati-hati," teriak Qegi saat Gael sudah pergi dengan motornya.
###
"MOUS!!!" teriak Mira dari pintu kelas Mous, tak peduli banyak orang sekalipun. Saat ini, hatinya begitu panas dan sakit. Kenapa tidak? Gebetannya yang ia nanti-nantikan menjadi pacarnya malah menjadi pacar orang lain. Sialnya, saat Mous menembak cewek kampungan itu, Mira tidak sekolah karena menuruti rasa malasnya, jadi bolos.
Suara langkah kaki Mira begitu sangat terdengar jelas oleh Mous dan yang lainnya, saat Mira menghampiri Mous. Dan satu pukulan di meja Mous terdengar sangat mengerikan membuat para siswa terkejut.
"Apa-apaan ini Mous! Selama ini, lo itu dekat sama gue, bahkan semua orang pun tahu itu. Tapi kenapa sekarang lo malah jadian sama si gigi itu!" teriak Mira.
Mous hanya terdiam sambil melihat kearah para siswa yang sedang memperhatikannya sekarang. "Kita keluar yu," ajak Mous sambil menarik tangan Mira menjauh dari kelas dan mencari tempat yang sepi diikuti oleh Dika dan Naufal.
"Lo bisa jelasin kenapa lo bisa jadian sama si Gigi itu?!" ucap Mira saat sudah sampai di taman belakang sekolah.
Thanks for Reading and Support... <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
Teen FictionTahap REVISI! Gak semudah itu untuk keluar dari Friendzone, apalagi dengan sikap Gael yang membuat Qegi tidak berdaya untuk menjauh bahkan sulit untuk memilih dan bersama Mous yang mencintainya karena taruhan bersama teman-temannya. Apakah Qegi akan...