Pengakuan

90 12 0
                                    


Qegi duduk dengan buku ditangannya, mencoba untuk pokus membaca ilmu yang ada dihadapannya, tapi tidak bisa. Sekarang dipikiran Qegi hanya ada Mous. Entah kenapa Mous dari tadi tidak muncul dihadapannya, padahal Qegi tadi sangat yakin bahwa Mous akan datang. Tapi ya mau gimana lagi nyatanya itu hanya ekspetasinya bukan kenyataannya.

"Huuh dasar cowok playboy," celetuk Qegi saat melihat jam ditangannya dan ternyata sebentar lagi masuk kelas.

"Tapi gue juga sih yang salah, ngapain juga gue harus nungguin dia disini dan berharap dia datang. Ya walaupun sebenarnya gue cuma mau—" ucapan Qegi terhenti saat melihat Mous berlari dan datang dengan baju yang sedikit basah dengan napas yang ngos-ngosan. Qegi pun langsung membuka bukunya kembali dan berpura-pura sedang membaca.

"Maaf tadi gue.. Gue apa ya tadi.. Haduh pokoknya gitu deh.. Maaf ya telat. Lo pasti nungguin gue lama banget ya.. Sorry," ucap Mous panjang lebar sambil ngos-ngosan.

"Lo bisa nggak sih diam.. Ini itu perpus, lo mau diusir," potong Qegi sambil terus membaca bukunya.

Mous pun duduk di depan Qegi sambil menetralkan napasnya yang ngos-ngosan. Setelah napasnya beraturan Mous pun duduk dan langsung melihat Qegi dengan senyum yang melebar. Sekarang yang ada dipikiran Mous hanya ada khayalannya yang tadi. Mous bertanya-tanya didalam hatinya apakah harus memegang tangan Qegi atau tidak, ataukah ini bagian dari khayalannya tadi?

"Lo ngapain kesini?" tanya Qegi datar.

"Loh bukannya tadi lo yang ngajak ketemuan ya. Itu loh yang—"

"Sttt.. Gue bilang jangan berisik," potong Qegi.

"To the point aja. Lo suka sama gue?" sambung Qegi sambil mendekatkan wajahnya kepada Mous.

Mous yang gugup karena wajah Qegi sangat dekat dengan dirinya pun hanya bisa salah tingkah dan senyum-senyum sendiri.

"Yaa.. gue—"

"Lo suka sama gue atau cuma ngedeketin gue karena ada maunya?" potong Qegi lagi sambil telunjuk tangannya ada di bibir Mous.

"Karena ada maunya?" ucap Mous keheranan.

"Lo bikin gue bahan taruhan seperti cowok-cowok lain yang ngedeketin gue? IYA."

Mous yang mendengar itupun kaget setengah mati, kok bisa Qegi tahu tentang taruhannya.

"Lo diam kayak gini berarti benar?" menjauhkan wajahnya dari Mous.

"Mous, cowok playboy, keren, dan ganteng... Gue itu nggak cocok sama lo. Gue itu nggak cantik, nggak manis, nggak lucu, nggak baik, nggak pinter, dan kita itu beda kasta. Keluarga gue itu nggak seperti lo Mous, yang kaya. Jadi, gue nggak pantes buat lo yang kaya, famous, impian para cewek-cewek dan nggak bisa gue pungkiri Mous, lo itu sosok cowok yang mendekati sempurna."

Mous masih menatap Qegi sambil mencerna apa yang Qegi katakan. Qegi seakan-akan merendah dihadapan Mous dan ucapan Qegi tentang dirinya itu mau puji Mous atau gimana?

"Lo pasti ngertikan Mous arah pembicaraan gue kemana? Dan gue yakin lo pasti ngerti maksud gue ngomong kayak gini itu apa."

"Lagipula lo kan dekat sama Mira, Jadi lo nggak usah ngedeketin gue lagi," sambung Qegi sambil menganggukan kepalanya.

Qegi pun hanya menatap Mous dengan tatapan yang tidak bisa Mous artikan, rasanya ini sangat aneh. Qegipun berdiri dan melangkahkan kakinya, menjauh dari Mous.

"Tunggu." Qegipun berhenti dan melihat kearah Mous.

Mous menghirup udara disekitarnya, "Iya.. Gue ngedeketin lo karena taruhan. Tapi yang lo katakan tentang diri lo itu salah besar. Lo cocok untuk bersanding dengan gue Qegi. Lo itu cantik, baik, pinter, manis, dan lucu.. Bahkan lebih dari itu,"sambung Mous.

Qegi hanya menatap Mous dengan tak percaya. Dari sekian banyak cowok yang ngedeketin dia dan jadiin dia bahan taruhan, baru kali ini ada yang ngaku dan jujur tentang taruhannya.

Qegi tersenyum kecil lalu berjalan lagi meniggalkan Mous yang masih berdiri dan tak percaya apa yang dia dengar dan apa yang barusan dia katakan.

"Gue benar-benar suka sama lo Qegi, jadi gue nggak akan pernah mundur untuk ngedapatin hati lo," ucap Mous pelan saat Qegi sudah tak terlihat lagi dari hadapannya.

"Mous ngapain lo jujur sihh," protes Mous setelah ia sadar dari lamunannya sambil mengacak-ngacak rambut.

"Ehh tapi lo bagus Mous karena bisa jujur. Kan kalau menjalin hubungan itu harus diawali dengan kejujuran bukan kebohongan. Gue salut sama diri gue sendiri.. Bagus Mous. Gue terhura bangettt sama gue yang ganteng, famous, bahkan sosok cowok yang mendekati sempurna seperti kata si cintaku, mayat hidupkuuu," ucap Mous lagi dengan lebaynya.



Jangan lupa ya vote, kritik dan sarannya. Biar aku bisa lebih baik lagi untuk menulis ceritanya.

Share juga ke teman/sahabat kalian agar bisa dijadiin bahan ngerumpi.

Share ke pacar kalian agar bisa dijadiin topik buat pacaran.

Share ka mantan kalian, siapa tahu bisa balikan.

Share juga ke maru pacar kalian, sekalian ngerumpiin siapa lagi yang jadi korban dari mantan pacar kalian. 

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang