Rumah Sakit

21 3 0
                                    

Happy Reading and Enjoy Alwasy Tsudereading...


Baru saja beberapa langkah Mous meninggalkan Mira, kaki Mous terhenti saat ada Qegi di depannya. Garis bibir Mous terangkat seketika, saat melihat cewek yang di sukainya tiba-tiba berada di depan mata, tidak pikir panjang Mous menggandeng tangan Qegi yang membuat Mira sebal dan memajukan bibirnya beberapa senti.

"Kalau lo suka sama Mous ... nggakpapa ambil aja," lantang Qegi yang membuat Mous membulatkan matanya.

"Qegi," ucap Mous seketika.

"Tuhkan Mous, gue bilang juga apa—"

"Itupun kalau Mous suka sama lo, tapi sayangnya Mous suka sama gue dan gue udah jadi satu-satunya cewek di hati dia," potong Qegi saat Mira belum selesai berbicara.

Mous melihat ke arah Qegi dengan tidak percaya sekaligus takjub apa yang dilakukan Qegi kepada Mira. Apa yang diucapkan Mahikunya benar, cuma dia satu-satunya cewek yang ada di hatinya sekarang. Mous akan bahagia jikalau di hati Qegi juga seperti itu.

Qegi tersenyum kecil, "Makanya lo nggak perlu susah-susah rebut Mous dari gue ... kalau Mous ditakdirkan buat lo, gue bisa apa? Tunggu aja."

Itu kata terakhir yang di ucapkan Qegi sebelum ia menarik Mous keluar dari kelas dan menjauh dari Mira. Perasaan Mous sekarang seperti koin yang mempunyai dua sisi, bahagia namun satu sisi lagi ada sesuatu yang aneh yang membuat Mous menjadi tempat sebuah pertanyaan dari logika dan hatinya. Sikap Qegi tadi membuat Mous semakin berharap namun ia juga bisa merasakan ada sesuatu dan terasa aneh saat kalimat Qegi di akhir pembicaraan.

"Lo kenapa?" tanya Qegi.

"Kenapa?" tanya Mous balik.

Qegi melihat sekitarnya yang dikelilingi oleh siswa/i yang sedang memperhatikan mereka. Qegi menarik lagi Mous dan membawanya ke perpus untuk berbicara empat mata. Hanya perpus tempat yang paling cocok untuk mereka saat ini, sepi dan bisa berbicara dengan intensif.

"Lo kenapa?" tanya Qegi lagi saat sudah duduk dan susah payah cari meja yang tidak ada orang satupun.

"A-aku kenapa?"

"Kata Naufal dan Dika dari tadi pagi lo diam aja, mereka sampai nuduh kita lagi berantem. Masalah keluarga lo udah selesaikan?"

Mous mengganguk, "Udah."

"Terus lo kenapa daritadi diam kalau nggak kenapa-napa?"

"Aku—" ucapan Mous terpotong karena hp Qegi tiba-tiba berdering.

Saat Qegi mengambil hp dan menatap layarnya, Mous tak sengaja melihat nama yang terpapang di layar hpnya "Pangeran cuek". Siapa dia?

Hallo..

....

Hah ... lo jangan bercanda, ini nggak lucu!

...

Serius?,- ucap Qegi lemah

...

Iya gue kesana sekarang

"Ada apa? Mau kemana?" tanya Mous karena bingung semenjak Qegi menerima teleponnya wajah Qegi menjadi pucat spasi dan gemataran.

"A-an-antar gue sekarang!" ucap Qegi lari dari perpus ke parkiran yang dikejar oleh Mous.

"Cepat!"

"Ke rumah sakit Setiarahma, sekarang!" teriak Qegi.

Sepanjang jalan Mous hanya bisa melihat Qegi menghapus butiran-butiran air mata yang jatuh dan di tahan oleh tangan Qegi saat berjalan ke arah wajahnya. Bukan saatnya dia untuk tahu tapi Mous juga berhak untuk tahu sebenarnya apa yang terjadi. Dia tidak boleh egois, Mous harus bisa mengerti dan lihat situasi, tohh nanti diapun akan tahu siapa yang berada di rumah sakit yang membuat Mahikunya menangis dan pucat spasi. Dan sebenarnya yang sangat menggangu pikiran Mous sekarang adalah siapa pangeran cuek itu?

Qegi langsung berlari saat sampai di rumah sakit tiba, hatinya hancur saat mendengar orang yang disayangnya berada di rumah sakit dalam keadaan koma. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi. Beribu pertanyaan rasanya menyerang dari lubuk hatinya yang ingin keluar mencari sebuah jawaban. Bagaimana bisa ada di rumah sakit dan koma?

Di satu sisi lain setelah memarkirkan motornya, Mous dengan cepat mengejar Qegi ke dalam rumah sakit, untung saja dia tadi melihat ke arah mana Qegi pergi dan tidak perlu waktu lama sekarang Mous sudah berada dibelakang Qegi sambil masih berlari mengikuti kemana Qegi pergi. Sedih rasanya saat Mous melihat Qegi menangis untuk pertama kalinya. Selama ini Qegi seperti cewek yang mandiri, kuat dan dewasa tapi ternyata dia juga bisa serapuh ini. Lagi dan lagi Mous bertanya siapa yang berada di rumah sakit sampai-sampai Mahikunya menangis seperti ini.

"Gael...." ucap Qegi lemah.

Qegi memeluk lelaki itu dengan erat sambil menangis dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Lelaki itu hanya diam membisu sambil mencoba untuk menenangkan Qegi.

"Gael ... kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi." Qegi memeluk erat.

Mous terkujur kaku seperti patung saat melihat Qegi menangis tak berdaya di pelukan orang lain, keberadaannya seperti tidak di butuhkan sama sekali. Tapi tak apa, Mous harus tetap bersabar dan mungkin saat ini hanya Gael tempat yang nyaman untuk mengeluarkan segala keluh kesah, karena mereka dari kecil selalu bersama. Siapa tahu nanti Qegi membutuhkannya jika sudah sadar kalau ia berada disisinya sekarang.

Lelaki yang di peluk Qegi hanya melihat ke arah Mous dan menatapnya sebentar lalu menenangkan kembali Qegi, melepaskan pelukan dan membawa Qegi untuk duduk di kursi. Saat Mous akan mengahampiri Qegi, hpnya berdering yang membuat Mous tidak melanjutkan melangkah. Tapi Mous bisa lihat jika sekarang kepala Qegi sedang bersandar di pundak oranglain bukan dirinya, pacarnya.

Hallo...

Mous lo dimana? Sebentar lagi kelas masuk

,-suara cempreng Dika membuat Mous menjauhkan hpnya dari telinganya.

Gue ada di rumah sakit

Siapa yang sakit Mous?

Gue nggak tahu, gue nemenin Qegi. Nanti kalau ibu nanyain gue bilang aja gue ada di rumah sakit. Dan jangan lupa sekarang lo ke kelas Qegi, bilang dan minta izin dia nggak akan ikut kelas karena dia nemenin keluarganya di rumah sakit.

Setelah Mous menutup telephonenya, ia mencoba untuk menghampiri Qegi dengan laki-laki yang di peluknya itu. Lagi dan lagi kenapa harus Gael yang berada di sisi Qegi, yang menenangkan, menguatkan dan memeluk Qegi dengan erat. Kenapa tidak dia saja, pacarnya!

Mous tidak bisa memalingkan wajahnya yang terus melihat Qegi sedang memeluk dan bersandar di bahu Gael dengan erat sambil terus menangis terisak. Tidak ada yang bisa Mous lakukan saat ini selain melihat Mahikunya yang tergulai lemah di pelukan oranglain. Ia hanya bisa duduk di samping Qegi sambil merasakan panasnya api cinta yang menggebu-gebu saat melihat Qegi bersama dan dekat dengan Gael. Mous mengerti, ia tidak seharusnya cemburu di saat seperti ini tapi tetap saja rasa itu tak bisa ia tahan.

"Ayah dimana Gael?" tanya Qegi saat tangisannya sudah mereda.

Qegi baru ingat semenjak dia berada di rumah sakit, ia belum ketemu dengan ayahnya. Banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan, ia butuh penjelasan secepatnya kenapa ibu bisa berada di rumah sakit dalam keadaan koma.

"Om tadi lagi ada di—" ucapan Gael terhenti karena papa Qegi sudah berada di hadapan mereka sekarang.

"Ayah...," teriak Qegi sambil memeluk papanya dengan erat.

"Ibu kenapa, Ayah? Kenapa Ibu bisa koma?" ucap Qegi terisak.



Duhh... suka nggak enak dan sedih aja kalau lihat Qegi nangis..

Tapi lebih nggak enak mana? Lihat Qegi sedih atau lihat Mous yang terkujur kaku nggak bisa ngelakuin apa-apa saat pacarnya bersandar dan memeluk oranglain.. Dua-duanya menyakitkan sihh..

Kalau orang yang mandiri terus kuat ehh tiba-tiba kita lihat nangis kayak vibesnya itu dapet gitulohh..

Pokoknya stay terus ya bersama Tsundere... boleh berpaling tapi tetap kembali ya.. karena Mous, Gael, Qegi, Naufal, Dika nggak mau jadi orang yang egois. ngelarang kalian buat dekat sama yang lainn..

Satu kurang tiga kaliannn

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang