Gue baik-baik saja

20 2 0
                                    

Happy Reading dan Enjoy Alwasy Tsundereading...

Hari-hari Qegi lalui dengan hebat dan kuatnya, sikap ayah Qegi yang sama sekali belum kembali menjadi ayah sang cinta pertama, dan ibunya yang masih koma terbaring lemah di kamar rumah sakit. Begitupun dengan Gael dan Mous yang selalu menemani Qegi pagi, siang maupun malam tiada henti walaupun Qegi sudah menolak dan melarangnya untuk pergi dan jangan menemani lagi.

Qegi tidak hentinya memegang tangan sang ibu dan mencium keningnya saat menemani maupun meminta izin untuk pergi entah itu ke sekolah serta pulang ke rumah untuk mengambil dan mengganti baju ganti.

"Gue baik-baik aja, Mous," ucap Qegi membuka pembicaraan di kursi kolidor rumah sakit.

Mous melihat wajah Qegi yang memang terlihat sedikit fresh tidak seperti hari-hari kemarin yang memerah di daerah wajah dan sekitar mata. Sungguh, Mous tidak tega saat dia melihat Qegi menunggu ibunya dengan tangan yang memegang erat dan mengusap wajah ibunya dengan lembut. Apalagi Mous pernah melihat Qegi saat sedang salat dan berdoa sambil menitikan air mata meminta untuk ibunya segera di sembuhkan. Itu pertama kalinya seorang Mous yang kuat menitikan air mata dan tergetarkan hatinya untuk lebih menyayangi kedua orangtuanya.

"Makasih Mous, udah temenin gue disini. Pasti lo capekan, nggakpapa lo pulang aja. Disini gue nggak sendiri, ada Bokap sama Suster."

"Mahiku, nggakpapa. Aku nggak cape kok, lagipula aku nggak pernah cape kalau melihat serta memandang dan disamping Mahiku seperti ini."

"Sifat playboy lo masih belum hilang juga ternyata." Qegi melihat ke arah Mous dengan datar.

Mous hanya terkekeuh saat Qegi mengucapkan kalimat itu.

"Qegi...," panggil lelaki itu dengan membawa kantong plastik yang entah berisikan apa.

Qegi langsung melihat ke arah suara itu sambil berdiri diikuti oleh Mous.

"Mous..., lo udah datang aja" ucap Gael.

"Oh iya, tebak ... gue bawa apa?" lanjut Gael antusias dengan mengangkat katong plastiknya agar terlihat jelas oleh Qegi dan Mous.

Garis bibir Qegi terangkat sempurna saat melihat apa yang dibawa oleh Gael, "Bubur yang di dekat SMP itu kan Gael?"

"Ya ampun... kita udah lama banget ya nggak jajan di Mbok Minah, ehh ada cireng juga," lanjut Qegi.

"Cireng isi hati pedas," ucap Qegi dan Gael berbarengan lalu tertawa.

"Mous lo harus nyobain bubur dan cireng Mbok Minah," ucap Qegi antusias sambil memberikan makanannya.

Mous hanya mengangguk dan menerima makanan itu dari Qegi. Satu suapan masuk ke dalam mulutnya yang membuat Mous menyayangkan kenapa dia baru tahu ada bubur seenak ini di Bandung. "Gimana enakkan, Mous?"

Mous mengangguk sambil terus melahap bubur itu, tapi saat Mous sedang sibuk dengan makanannya, tiba-tiba Mous melihat ke arah Qegi dan Gael yang sedang bercanda dan tertawa mengingat masa-masa SMP mereka. Selera makan Mous kini jadi berkurang, bubur yang tadinya enak kini menjadi pahit mengikuti suasana hati yang mulai tidak baik-baik saja. Dengan malas Mous mengunyah makanan yang tersisa di mulutnya untuk di telan dan menerima kenyataan bahwa tidak ada hati yang baik-baik saja saat melihat seseorang yang kita miliki bersama dengan orang lain tanpa ataupun dengan status teman ataupun apalahitu namnya.

"Keluarga ibu Sinta?" ucap salah satu suster yang keluar dari kamar inap ibu Qegi.

Qegi, Gael dan Mous yang mendengar itu langsung beranjak dari kursi. "Saya Sus ... saya anak kandungnya."

"Ada apa ya, Sus?" tanya Gael.

"Alhamdulillah ... Ibu Sinta sekarang udah siuman dari komanya."

"Alhamdulillah," ucap Qegi, Gael dan Mous serentak.

Garis bibir Qegi terangkat sempurna sambil memeluk Gael saking bahagianya.

"Ibu Sinta tadi menanyakan kepada saya, kemana suaminya. Apakah kalian tahu? Ibu Sinta ingin bertemu."

Qegi yang mendengar itu langsung melepaskan peluknya dengan garis bibir yang mulai meredup.

"Beliau sedang di mushola, Sus. Biar saya yang panggil." Mous pergi meninggalkan Qegi dan Gael dengan hati yang terbakar cemburu, semakin hari rasanya semakin nyata dan tak bisa di tahan karena semakin membesar. Wajar bukan, jika seorang pacar cemburu walaupun ia tahu hanya sebatas teman dan tutup mata akan semua kebenaran di depan mata.

"Kalau begitu, saya pamit ada hal yang harus saya kerjakan lagi. Permisi."

"Iya ... terima kasih Suster," ucap Gael.

Gael melihat ke arah Qegi yang langsung duduk di kursi tunggu dengan wajah yang sedih. "Ada apa?"

Qegi menggelengkan kepalanya, "Lo nggak mau masuk?"

"Nyokap cuma butuh Bokap, Gael. Gue takut kalau nanti Nyokap gue kaget kalau lihat gue ada disini ... karena cuma Bokap yang dia tanyain. Lo dengarkan tadi suster bicara apa?"

"Qegi, kok lo berpikir seperti itu. Tante pasti senang lihat lo ada disini, gue yakin itu," ucap Gael memberikan semangat.

"Lo tahukan Gael, gimana sikap Nyokap Bokap gue sama gue."

Gael memegang tangan Qegi sambil tersenyum manis, seakan-akan mentransfer tenaganya untuk Sang Ratu Jutek.

"Dan lo juga tahukan ... Ratu jutek gue nggak akan pernah menyerah, apalagi pesimis seperti ini?"

Garis bibir Qegi terangkat diikuti dengan rasa semangatnya yang mulai kembali bersinar. Qegi tersenyum ke arah Gael lalu berdiri dari tempat duduknya, mencoba melangkahkan kakinya ke pintu. Satu langkah lagi Qegi akan membuka pintunya, dari belakang tiba-tiba ada ayahnya yang langsung membuka pintu terlebih dahulu dan masuk dengan cepatnya yang membuat Qegi kaget dan tidak melanjutkan langkahnya.

"Naruka ... ayo masuk." Gael langsung menarik tangan Qegi dan membawanya ke ruangan ibu Sinta.

Terlihat ada sosok wanita yang terbaring dengan mengangkatkan garis bibirnya saat melihat suaminya sudah berada di sampingnya sambil ngobrol pelan. "Tante, udah siuman," ucap Gael nyolonong masuk dengan menggenggam tangan Qegi dan diikuti oleh Mous dari belakang.

Terlihat ibu Sinta langsung melihat ke arah Gael lalu melihat ada Qegi di sampingnya yang membuat garis bibir di wajahnya berubah menjadi kaget.

"Gael senang deh Tante, akhirnya Tante sadar dari koma. Tante tahu nggak? Qegi dari pagi sampai malam tunggu Tante terus, bahkan Gael harus maksa Qegi untuk makan atau pulang dulu. Kayak anak kecilkan Tante?" adu Gael.

Qegi hanya diam saja sambil menundukan kepalanya saat Gael mengucapkan kalimat itu, begitupun dengan ayah dan ibu Qegi yang tidak memberi jawaban sedikitpun.

Sesaat semuanya sunyi, "Tante, maaf ya ... Gael mau ke kantin dulu, lapar. Ayo Mous antar gue."

Gael menarik tangan Mous untuk membawanya keluar. Menurut Gael, ini waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan dan menyelesaikan semua masalah yang terjadi antara Qegi dan kedua orangtuanya.


Huuhhh... Akhirnya ibunya Qegi sudah sadar juga.. semoga bukan hanya sadar dari koma tapi sadar juga kalau dia itu udah punya anak yang harus di kasihi dan disayangi bukan seperti orang asing ya...
Hebat banget Qegi bisa tegar dan kuat, pasti salah satu semangat dan nggak patang menyerah Qegi karena Gael dan Mous yang selalu berada disampingnya.. enak juga ya jadi Qegi ditemani seorang sahabat dan pacar sekaligus. Jadi iri:'
Dan Author, Qegi, Mous, Gael, Dika, dan Naufal pun masih ada disini karena suport dari kalian. Terima kasihh..
satu kurang tiga kalian dari Tim Tsundere...

TsundereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang