Happy Reading and Alwasy Enjoy Tsundereading...
Tidak ada sepatah dua patah kata di antara Qegi dan kedua orangtuanya, ia tidak berani memulai percakapan ataupun menatap kedua orangtuanya. Terdengar suara mesin pemacu jantung yang terus bersuara memenuhi ruangan kamar dan suara detak jantung Qegi yang berdetak dengan sangat cepatnya karena gugup dan bingung harus melakukan apa.
Sudah sepuluh menit waktu berlalu dan mereka hanya diam saja, Qegi yang terus berdiri di ujung pintu dan kedua orangtuanya yang saling menatap seakan sedang berbicara dari hati ke hati.
"Qegi keluar dulu." Dengan berat hati dan menahan rasa sakit yang seakan mulai terasa saat dirinya seperti orang asing yang mengganggu sebuah keluarga yang harmonis padahal ia termasuk di dalam keluarga harmonis itu sendiri, tidak ada kata atau kalimat yang terucap dari kedua orantuanya saat dirinya pamit untuk pergi. Qegi keluar dengan menahan tangis, air matanya seperti sudah di ujung tanduk yang sebentar lagi siap untuk tumpah dan membanjiri pundak yang ternyaman.
"Qegi, kenapa udah keluar? Udah beres?" tanya Mous saat melihat Qegi di depan pintu sambil menunduk.
Gael mendekat ke arah Qegi lalu memegang pundak Qegi, dia tahu ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Qegi langsung memeluk erat Gael dan menumpahkan tangisannya di bidang dada Gael yang lebar itu. "Jangan lihat muka gue Gael ... gue malu." Qegi terisak sambil menyembunyikan wajahnya dari Gael dan tentunya Mous.
Mous kaget saat melihat Qegi langsung memeluk Gael dengan erat, logikanya kini tidak bisa diam saja saat melihat orang yang menjadi pacar dari tuannya memeluk orang lain. Tangan Mous sudah mulai bereaksi dengan menyatukan beberapa jarinya membentuk sebuah kepalan yang sempurna. Api cemburu yang ada di dalam tubuhnya kini tak bisa di padamkan lagi dengan air kesabaran atau pengertian, kini api yang ada di dalam tubuh Mous sudah menguasai akal sehat dan jati diri Mous sepenuhnya.
Mous tidak bisa berdiam diri lagi, menjadi penonton dan memaklumi apa yang terjadi pada Qegi. Posisinya sudah benar-benar di ambil alih oleh Gael, seharusnya dia yang menjadi tempat Qegi untuk mencurahkan semuanya, menjadi tempat yang paling ternyaman, menghapus air mata dan menenangkan, bukan Gael! Gael cuma teman, sebatas teman saja! Sedangkan dia pacar Qegi. PACAR!! Gael tidak seharusnya berada bersama Qegi dan menjadi tempat dan rumah untuk Qegi bersandar.
Amarahnya kini menggulung memenuhi otak dan pikiran Mous, dihatinya sekarang adalah ketidakadilan dan kecemburuan yang sangat besar kepada Gael. Mous melangkahkan kakinya mendekat ke tempat Gael dan Qegi berada. Mous menarik kerah baju Gael dari belakang dengan kasar. "Lepasin pacar gue. Bre*gs*k!"
Gael terpental ke dinding rumah sakit dengan kaget, stimulus pada otaknya benar-benar masih syok sampai pada akhirnya ia tidak menyadari Mous sudah berada di depannya dan memukul perut dan wajahnya berkali-kali.
"GAEL!!!" teriak Qegi histeris saat melihat Mous yang memukuli Gael berkali-kali.
"MOUS CUKUP!! LO NGAPAIN PUKUL GAEL," bentak Qegi sambil nangis.
"LEPASIN!!!"
Saat Mous lengah dan tidak memukul Gael lagi secara bertubi-tubi, kini giliran Gael yang melayangkan tangannya ke wajah Mous dengan tenaga yang tersisa. Qegi akhirnya mengambil tindakan untuk menghentikan perkelahian yang terjadi diantara mereka dengan berjalan dan diam di depan Gael agar Mous tidak bisa memukul Gael lagi.
"Ayo pukul Mous! PUKUL!!"
"Kenapa lo diam saja? PUKUL GUE!" teriak Qegi sambil terisak.
Mous yang melihat wajah Qegi yang memerah apalagi matanya yang membengkak pun, terpaku dan menjadi patung dalam seketika. Satu tamparan melayang di pipi sebelah kiri Mous. "PERGI!!"
"Qegi, maafin gue.. g-gu-gue."
"Pergi Mous!! Gue nggak mau lihat wajah lo lagi!!!"
Gael mengambil tindakan dan mendekat ke arah Mous, "Lo punya telingakan?! Pergi. Gue nggak sudi lo pacaran sama sahabat gue."
Mous sudah ingin melayangkan pukulannya lagi kepada Gael, namun tangannya seakan terkunci saat sudah dekat dengan wajah Gael dengan melihat Qegi berada di depannya. Mous berdengus kesal karena tidak bisa memukul lagi wajah Gael, orang yang sudah merebut posisinya dari pujaan hatinya.
"Pergi Mous ... pergii!!" teriak Qegi lagi.
"Oke..." ucap Mous pasrah.
"Tapi lo harus inget Qegi. Gue ngelakuin itu karena gue cemburu. Gue selalu ada di dekat lo tapi kenapa lo nggak pernah dan melihat perjuangan gue buat lo? Kenapa harus cowok yang lo anggap sahabat ini. Apa jangan-jangan lo—"
"Apa? Gue bilang pergi Mous!!!"
Gael yang sudah muak melihat sikap Mous pun, menarik tangan Mous untuk segera keluar.
"Lepasin!" Mous melepaskan tangan Gael dengan kasar lalu melayangkan satu lagi pukulan ke arah wajah Gael. "Banci!"
###
"Ibu ... mau sampai kapan kita bersikap seperti ini pada anak kita sendiri?"
"Apa Ibu tidak kasian melihat Qegi tersiksa, kita diamkan begitu saja dengan alasan dan tanpa sebab akibat?"
Ibu Sinta hanya diam saja, "Bapa lupa atau pura-pura lupa?"
"Ibu sudah ... apa yang terjadi sama kita tidak ada hubungannya sama Qegi. Jika semua masalah yang terjadi karena Qegi, seharusnya dari awal dia datang ke rumah kita, kita sudah menghadapi banyak masalah bukan kebahagiaan."
"Kita miskin karena sudah takdir ... Ibu jangan mendengarkan apa yang keluarga Ibu bicarakan. Lagipula, apa Ibu lupa? Orangtuanya meninggal karena kesalahan siapa?"
"Apa Bapa lupa? Siapa yang menyebabkan kematian anak kita? Kalau dia tidak datang ke dalam kehidupan kita. Anak kita masih ada, Pak."
"Astagfirullah ... Istigfar Bu. Itu tidak ada hubungannya sama Qegi. Anak kita meninggal ya karena sudah takdir dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kedatangan Qegi ke rumah kita."
"Ibu kenapa jadi seperti ini? Keluarga ibu ngomongnya ngawur ... kita miskin tidak ada sangkut pautnya sama Qegi dan semua musibah yang terjadipun sama. Berhenti menyalahkan lagi Qegi."
"Terus saja bela anak pungut dan pembawa sial itu, Pak!"
Ayah Qegi hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar istrinya mengucapkan kalimat itu. Dia kira mengikuti kemamuan istrinya untuk mendiamkan dan bersikap dingin kepada Qegi membuat emosi sang istri reda. Tapi tetap saja, keras kepalanya tidak hilang bahkan saat ia bangun dari koma sekalipun. Kini, ayah Qegi tidak bisa diam saja, dia harus menjelaskan dan menceritakan semuanya kepada Qegi. tentang siapa keluarganya dan apa yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini.
"Andai Qegi tahu, Bu. Siapa yang menyebabkan kedua orangtuanya meninggal dan karena apa. Dia pasti tidak akan ambil diam, anak itu pasti menuntut keadilan dan melaporkannya ke polisi," ancam Ayah Qegi.
Ibu Sinta tersenyum miris, "Dia tidak akan berani melakukan itu, Pak. Karena dia akan merasa berhutang budi kepada kita karena telah mengurus dan membiayai sekolahnya."
Oke ... Author tidak bisa berkata apa-apa lagi:'
Pokoknya terima kasih karena sudah bertahan sampai titik penghancuran ini..
Kami dari keluarga besar Tsundere tidak akan pernah lupa untuk selalu mengucapkan satu kurang tiga kepada para pembaca Tsundere (Tsundereading)...
............
Udahlah Author bingung harus gimana... kehabisan kata-kata gara-gara part ini:'
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
Teen FictionTahap REVISI! Gak semudah itu untuk keluar dari Friendzone, apalagi dengan sikap Gael yang membuat Qegi tidak berdaya untuk menjauh bahkan sulit untuk memilih dan bersama Mous yang mencintainya karena taruhan bersama teman-temannya. Apakah Qegi akan...