Happy Reading and Enjoy...
Gael sekarang sudah di belakang Qegi sambil memanggil-manggil namanya untuk menyuruh berhenti, tapi tetap saja Qegi tidak menghiraukan perkataan Gael dan malah terus berjalan ke dapur.
"Lo kenapa sih?" tanya Gael ikut kesal saat sudah sampai di dapur.
Qegi masih saja tetap diam dan tidak menghiraukan perkataan Gael sambil terus mempersiapkan bahan-bahan yang akan dia masak
"Salah gue apa? Jawab!" nada Gael terlihat sedikit meninggi sambil menarik tangan Qegi supaya dia melihat kearah wajahnya.
"Oh iya gue lupa ... lo belum putus sama Mous. Lo marah karena gue bersikap kayak gitu karena takut Mous cemburu, iya?"
"Terserah!" jawab Qegi singkat sambil memalingkan wajahnya dan fokus memasak.
"Lo jangan jadi cewek kebanyakan kalau ditanya apa-apa jawabnya terserah. Ngomong kalau gue punya salah, jangan diam kayak gini."
"Kalau lo cuma mau marah-marah mending pergi deh, gue mau masak, ganggu!"
Gael yang mendengar ucapan Qegi pun langsung sadar dan merasa bersalah karena sudah marah-marah kepada Qegi. Tidak tahu kenapa, perasaan Gael saat ini sangat panas seperti terbakar oleh api cemburu dan hatinya sangat sakit saat mengingat bahwa memang hubungan Qegi dan Mous setahu dia belum berakhir.
"Maafin gue, karena udah marah-marah sama lo. Gue juga enggak akan ganggu hubungan lo sama Mous," lirih Gael meninggalkan Qegi.
Qegi yang melihat kepergian Gael pun tidak sadar bahwa air matanya sedang berlarian di pipi dan langsung dengan cepat ia hapus. Rumit kalau sudah berhadapan dengan Gael dan menyangkutpautkan dengan perasaan, dia sebenarnya capek memendam perasaannya kepada Gael dan sebenarnya dari tadi ia marah-marah bukan karena Gael tapi karena dirinya sendiri yang sudah muak menahan perasaannya. Entah sampai kapan ia harus terjebak dengan zona pertemanan ini.
Disatu sisi lain, Gael sekarang sudah sampai di rooftop dan duduk kembali bersama dengan Mous, Naufal dan Dika. Wajah Gael menampakan aura positif saat datang dengan menebar senyuman, dia tidak mau kalau Mous tahu dia bertengkar dengan Qegi.
"Kenapa teman lo marah-marah gitu?" tanya Naufal saat Gael sedang meneguk segelas air.
"Lagi pms kali, biasalah cewek," ucap Gael menjawab pertanyaan Naufal sebelumnya yang dijawab anggukan serempak oleh Naufal, Dika dan Mous.
"Ngomong-ngomong emangnya dia teman gue?" tanya Gael.
"Maksud gue, teman gue aja nih. Emangnya kalian bukan teman Qegi juga," sambungnya lagi karena takut Mous dan lainnya salah paham dan mikir yang macem-macem.
"Kecuali Mous, diakan pacarnya Qegi. Iya nggak?" ucap Gael memainkan matanya.
Mous, Naufal dan Dika yeng mendengar itu langsung membuka matanya lebar-lebar karena tidak percaya Gael belum tahu kalau hubungan Qegi dan Mous sudah berakhir.
"Kita udah putus kok," jawab Mous bingung.
"Emangnya Qegi nggak cerita sama lo?" timpal Naufal.
"Hah? Putus. Kapan? Enggak, dia nggak cerita apa-apa soal itu."
"Lumayan udah lama sih, pokoknya selang beberapa hari dari kejadian di rumah sakit," ucap Mous.
"Ohh gitu ya, mungkin dianya masih belum siap kali cerita sama gue. Karena lo kan cowok pertama yang jadi pacarnya, jadi pasti susah nerima keadaan."
Naufal langsung memberi kode kepada Mous dan Dika untuk tidak bertanya yang aneh-aneh dan mengangguk saja supaya tidak berkepanjangan. Karena mereka sudah tahu bahwa banyak sekali yang di sembunyikan Qegi maupun Gael. Dan semua masalah yang terjadi, penyelesaiannya cuma ada satu yaitu harus ada yang mengungkapkan perasaan antara Qegi dan Gael.
Acara kumpul dan makan-makan sudah selesai, dari tadi Qegi hanya diam saja bahkan kalau di ajak bercanda pun tidak pernah tertawa sama sekali, mereka hanya berpikir positif bahwa Qegi sedang pms makanya sikapnya seperti itu. Tapi sebenarnya, mereka tau bahwa hubungan Qegi sama Gael sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari tadi Gael yang seakan segan berada di dekat Qegi, tidak seperti biasanya.
"Kumpul dulu di rumah gue, ada yang mau gue bicarain," bisik Naufal setelah pamitan sama Qegi dan Gael yang dijawab anggukan Mous dan Dika.
"Sebenarnya mereka berdua sama-sama salah, kenapa nggak jujur aja sama perasaan mereka masing-masing," ucap Dika saat Naufal sudah beres menceritakan apa yang terjadi antara Gael dan Qegi.
"Tapi kenapa Qegi nggak cerita ya sama Gael, kalau hubungan dia sama Mous udah selesai? Siapa tahu Gael bisa ngungkapin perasaannya kalau dia tahu Qegi udah putus," tanya Dika penasaran.
"Mereka berdua kayaknya punya ketakutan yang sama yaitu takut kalau hubungan mereka jadi renggang atau nanti kalau mereka udah pacaran terus putus dan menjadi jauh. Makanya mereka lebih memilih memendam dan tersiksa sendiri," ucap Mous.
Naufal menganggukan kepalanya, "Tapi sebenarnya ya, sebelum jauh kearah sana gue udah nanya-nanyakan sama mereka berdua. Dan kesimpulan yang gue dapet adalah mereka menganggap perasaan mereka cuma bertepuk sebelah tangan aja."
"Jadi, Qegi merasa kalau dia aja yang baper dan cuma dia aja yang suka begitupun dengan Gael," jelas Dika,
"Yaudah kita udah sama-sama tau-kan kalau Qegi sama Gael itu saling suka, kenapa nggak kita aja yang buat mereka ngungkapin perasaannya ," ucap Mous serius.
"Lo yakin Mous?" tanya Naufal.
"Emangnya lo secepat itu ya move on dari Qegi?" timpal Dika.
"Ya yakin lah, ini bukan masalah udah moveon atau belum. Gue akuin gue masih suka sama Qegi, tapi gue juga nggak mau kalau terus-terusan lihat Qegi melow, kalau bersama Gael dia bahagia berarti gue harus buat Gael ada disampingnya," jawab Mous tersenyum tulus.
"Lagian jodoh nggak akan kemana kok walaupun nanti jodohnya kemana-mana dulu, tapi dia pasti balik lagi sama gue kalau emang gue jodohnya." sambungnya lagi.
TBC...
Salam manis untuk Tsundereading dan kurang tiga dari Author, Qegi, Gael, Mous, Dika, Naufal dan pemain lainnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
Novela JuvenilTahap REVISI! Gak semudah itu untuk keluar dari Friendzone, apalagi dengan sikap Gael yang membuat Qegi tidak berdaya untuk menjauh bahkan sulit untuk memilih dan bersama Mous yang mencintainya karena taruhan bersama teman-temannya. Apakah Qegi akan...