🔅#20🔅

2.1K 240 24
                                    

Kedua gadis berwajah serupa tersebut kini tengah duduk menghadap seorang guru yang sibuk mengeluarkan kata-kata mutiara nan membosankan. Jingga yang menunduk dengan duduk tegap, sedangkan Senja yang santai bersandar sambil bersedekap dada memperhatikan sekeliling. Benar-benar berbanding terbalik.

Suara pintu yang di dorong membuat mereka yang ada disana mengalihkan pandangan. Irgita-ibu mereka kini berjalan masuk dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Ketiga nya berdiri, bertepatan dengan Irgita yang sampai di depan Senja dan langsung menampar gadis itu.

Senja yang mendapat tamparan tersebut hanya tersenyum getir, hal ini sudah ia duga sebelumnya. Sementara Bu Desi dan Jingga terkejut melihat apa yang Irgita lakukan.

"Bun," tegur Jingga.

"Anak tidak tahu diri, sudah saya bilang jangan buat masalah! Kenapa kamu tidak menurut?" marah Irgita.

Senja hanya diam, toh sekalipun ia menjelaskan, itu tak akan merubah apa-apa. Bundanya akan tetap menyalahkan Senja dan menganggap gadis itu tak ada gunanya.

"Bunda, ini salah Jingga bukan Senja." Jingga mendekat, mencoba menjelaskan pada Irgita dan menenangkan wanita paruh baya tersebut.

"Maaf, Bu. Sebaiknya kita bicarakan hal ini baik-baik, tidak perlu melakukan kekerasan fisik. Kasihan Senja," ucap Bu Desi ikut membujuk.

Tatapan mata Irgita melembut, ia juga tak mau terlihat buruk di depan orang lain. Wanita itu lalu memilih duduk, membiarkan Bu Desi menjelaskan semuanya.

"Jadi begitu bu, kronologi nya," ucap Bu Desi setelah selesai menjelaskan semuanya. Wajah Irgita kembali mengeras setelah mendengar pernyataan Bu Desi, ia tak terima Jingga di bully oleh siswi lain.

"Saya mau anak yang membully Jingga dapat hukuman yang berat," kata Irgita. Yang saat ini di pikirkan wanita itu hanya kondisi Jingga, dan ia berniat untuk memarahi Senja nantinya.

"Kami pasti akan memberikan hukuman yang sepadan untuk dia, tapi bu ...." Bu Desi menjeda kalimatnya, hal tersebut membuat Ketiga orang disana menaikkan sebelah alis. "Tapi Senja juga harus dihukum, dia di skors selama seminggu."

Irgita mengangguk, tampak jelas bahwa ia tak peduli. Wanita itu beralih menatap Jingga, menelisik tubuh gadis itu. "Kamu gapapa kan sayang?" tanya Irgita khawatir.

"Gapapa Bun, tapi Senja ka--"

"Gak usah peduliin dia."

Bu Desi menatap Senja prihatin, ia sekarang mengerti kenapa Senja bisa sebrutal itu. Gadis itu kekurangan perhatian dan kasih sayang.

"Bunda, Sen--"

"Ikut saya." Irgita berdiri dengan tiba-tiba lalu menarik Senja kasar.

"Maaf, Bu. Permisi," pamit Jingga sambil membungkukkan badan sekejap lalu berjalan keluar menyusul Irgita dan Senja.

Plak ...

Suara tamparan itu yang pertama memasuki telinga Jingga ketika ia keluar dari ruang BK. Disana tampak Irgita yang melotot marah dan Senja yang memegang sebelah pipinya.

"Kamu memang anak gak tau di untung. Bisanya cuma malu-maluin orang tua."

Senja hanya diam dengan wajah datar, ia sama sekali tak menunduk takut. Wajahnya memang datar, tapi tatapan mata gadis itu teduh dan lembut. "Maaf, Bunda."

"Kamu cuma bisa ngerepotin saya tau gak! Apa sih yang bisa kamu lakukan selain bikin masalah?" marah Irgita.

"Bunda, tadi Senja itu belain Jingga kar--"

"Bunda gak ngomong sama kamu, Jingga. Sekarang kamu pergi dari sini." Dengan cepat Irgita menyela ucapan Jingga. Ia tak membiarkan Jingga maupun Senja untuk membela diri.

Senja Tanpa Jingga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang