🔅#41🔅

1.8K 181 8
                                    

Ugh ... Gak nyangka udh part segini aja.
Makasih buat kalian yang udah selalu nungguin cerita absurd ku ini.
And, Happy 18k views
Seneng bgt bisa punya readers segini😭

Cuaca pagi ini begitu menyejukkan, ditambah sinar matahari yang muncul malu-malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca pagi ini begitu menyejukkan, ditambah sinar matahari yang muncul malu-malu. Tidak seperti hari minggu biasanya yang diisi dengan rebahan santai, kini Jingga sudah siap dengan outfit serba biru. Ia menatap cermin, begitu mengagumi sosok cantik di pantulan itu.

"Putri dari kerajaan mana nih?" ucapnya sambil berdecak kagum. Kepercayaan diri Jingga sudah melebihi batas normal sepertinya.

"Pagi-pagi udah gila."

Jingga terlonjak kaget setelah mendengar suara tak terduga itu, ternyata adiknya tengah berdiri di ambang pintu. Entah sejak kapan.

"Hiduplah seperti Seokjin BTS," ucapnya setelah meredakan keterkejutan.

"Bacot! Cepetan!" ucap Senja. Sedari tadi ia sudah menunggu kakaknya itu di depan pintu, namun Jingga tak kunjung keluar. Ia yang kesal, akhirnya dengan tak sabaran membuka pintu kamar Jingga. Dan pemandangan di mana Jingga yang asik mengagumi diri sendiri semakin membuatnya emosi.

Jingga mengangguk, tanpa suara mengatakan 'sabar' kepada Senja yang berkacak pinggang di ambang pintu. Kaki panjangnya melangkah menuju ranjang, mengambil tas selempang yang tergeletak tak berdaya di sana.

"Gas," ucapnya bersemangat sambil merangkul Senja.

Senja mendengus, melepas rangkulan Jingga di bahunya. Ia tak suka di sentuh, sekalipun itu keluarganya. Mungkin karena sering dipukul dan ditampar, ia jadi selalu berusaha menghindari segala jenis sentuhan. Pelukan di saat-saat tertentu, ia masih bisa menerima itu.

"Pagi, Bi," sapa Jingga pada pembantu harian mereka.

"Pagi, non."

Irgita dan Semesta belum pulang sejak semalam, entah apa yang sedang mereka kerjakan hingga di hari libur seperti ini tidak ada di rumah. Bukan hal aneh sebenarnya, ini sudah sering terjadi. Kedua gadis itu juga tak mengerti bisnis di bidang apa yang dijalankan orang tuanya, tapi sepertinya cukup besar. Mengingat beberapa kali Jingga pergi ke acara kolega Ayahnya, tak sedikit orang dari luar negeri ada di sana.

Senja dan Jingga memulai sarapan pagi ini dengan khidmat, tak seorangpun dari mereka yang membuka suara. Tapi memang seharusnya begitu, makan sambil berbicara tidaklah baik. Selain tidak sopan, kita juga bisa tersedak.

Waktu begitu cepat berlalu, keduanya kini telah tiba di pusat perbelanjaan. Sepanjang jalan banyak yang memperhatikan mereka, kembar memang menarik apalagi keduanya cantik.

"Berasa artis gue," kekeh Jingga.

***

Dunia terasa jauh lebih indah ketika kamu dikelilingi orang-orang yang mencintaimu. Sepertinya kata-kata itu sangat cocok untuk Senja.

Senja Tanpa Jingga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang