Hujan perlahan turun membasahi jalanan kota, juga rumput hijau di tepi danau. Dua orang gadis kini tengah berteduh di sebuah pondok, keduanya terdiam sambil menatap rintik hujan yang berjatuhan ke tanah.
Jingga menoleh ke samping, menatap wajah kembarannya yang tampak polos. Ia menepis jarak diantara keduanya, perlahan menyenderkan kepala sambil memeluk Senja dari samping. "Dingin," cicit Jingga.
Senja sama sekali tak membalas perkataan Jingga bahkan sekedar menoleh pun tidak, namun satu tangan gadis itu bergerak merangkul Jingga.
Jingga tersenyum senang, hatinya menghangat karena perlakuan Senja. Semakin hati, Jingga semakin paham bagaimana karakter adiknya ini. Senja memang terlihat sangat cuek, tapi sejujurnya ia peduli. Gadis itu lebih memilih mengungkapkan perhatian dan kepeduliannya lewat tindakan daripada perkataan.
"Nanti kalo kita nikah, terus punya anak. Kita bawa anak-anak kita kesini ya," ucap Jingga terkekeh.
Senja dengan cepat menoleh, ia menghela napas kasar. Pikiran Jingga sudah terlampau jauh, mereka saat ini bahkan tidak punya pasangan tapi kakaknya itu sudah memikirkan soal anak.
"Pokoknya lo harus janji, kita bakal sama-sama terus sampai nenek-nenek," ujar Jingga. Ia lalu mengangkat tangan, mengarahkan jari kelingkingnya pada Senja. "Ayo, janji sama gue!"
"Janji," ucap Senja tersenyum sambil mengaitkan jari kelingkingnya. Sejujurnya Senja tak butuh janji seperti ini, karna tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ia hanya ingin dirinya dan Jingga bisa menjalani hari-hari yang baik untuk saat ini, tapi melihat Jingga yang begitu bersemangat mengucap janji membuatnya tak tega jika harus menolak.
***
Warung tempat dimana sekelompok remaja berkumpul itu kini tengah ricuh. Puluhan siswa laki-laki beserta enam siswi disana tengah asik dengan dunianya. Siapa lagi jika bukan The Refive, Senja dan Nafisha, yang menjadi heboh lagi karena Jingga dan kawan-kawan ikut hadir.
"Beh ... Seneng gue kalo banyak cecan disini," ucap Geo, salah satu anggota The Refive yang terkenal playboy.
"Liat cecan langsung ijo mata lu." Seorang pemuda berambut ikal disebelah Geo menggeplak kepalanya.
"Perasaan mata gue tetap aja warna cokelat." Geo dengan polos mengeluarkan ponsel dari saku, bercermin melalui layar ponselnya.
"Selain playboy, otak lu juga gak berguna ya, Ge." Kali ini Romeo ikut menimpali.
"Berisik woi, kita lagi mabar pou ini." Rere dengan keras berteriak, gadis itu kini tengah asik dengan ponselnya bersama Indah, Nafisha dan juga Aina.
"Yaellah, masa pou sih. Talking Angela aja, gue ikut kalo itu mah," balas Reno.
Beberapa dari mereka menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan Rere dan kawan-kawan. Sementara itu Regan dan Raja sibuk mendiskusikan sesuatu di pojok ruangan, tidak ada yang tau tentang apa, tampaknya rahasia.
"Ja, Regan ganteng loh. Serius gak tertarik?" Jingga berbisik pada Senja sambil melihat ke arah Regan dan Raja yang sedang berbicara dengan raut serius.
Senja ikut menoleh ke arah pandangan Jingga. Senja akui jika Regan memang tampan, tapi dirinya benar-benar tak memiliki rasa apapun pada pemuda itu. "Gak, buat lo aja," balas Senja kemudian kembali berfokus dengan semangkuk bakso di depannya.
Jingga memperhatikan Regan secara seksama, lalu menggeleng pelan. "Gak deh, gue maunya Suga BTS," katanya sambil menunjukkan senyum lebar kepada Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Jingga (End)
Teen FictionJingga pikir, memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Ia pikir keduanya akan akrab dan saling menyayangi. Namun ternyata Jingga salah, Senja justru membencinya. Senja benci segala hal tentang Jingga, sampai pada akhirnya Jingga harus s...