Senja tengah berada di UKS, sedari tadi ia terus saja menggaruk tangan dan lehernya yang memerah karna alergi.
"Jingga sialan. Kalo gue tau itu cokelat dari dia, gue gak bakal mau makan," umpat Senja kesal. Ia kemudian keluar dari UKS, berniat untuk pulang saja.
Namun sialnya, di tengah perjalanan ia justru bertemu Jingga yang baru saja keluar dari toilet.
"Shit ...." Senja memilih untuk memutar balik daripada harus bertemu Jingga, namun ia kalah cepat. Jingga terlebih dahulu melihatnya dan berlari menghampirinya.
"Ja, maaf," ujar Jingga menahan tangan Senja.
"Jangan sentuh gue! Lo munafik," kata Senja dingin. Jingga menggeleng cepat, ia tak seperti itu. Jingga sadar jika dirinya salah, tapi dia benar-benar ingin berbuat baik kepada Senja.
"Aku minta maaf, Ja. Aku gak tau kalo ternyata itu cokelat kacang. Kamu gapapa kan?" Jingga berucap dengan air mata yang mulai mengalir di pipi nya. Ia tak berniat jahat kepada Senja, tapi kenapa seolah-olah dirinya memang seorang antagonis disini.
"Bulshit ... Gue tau lo sengaja. Cara main lo halus banget ya? Pura-pura baik di depan semua orang, padahal aslinya busuk ...." Senja menjeda kalimatnya. "Gue makin benci sama lo."
"Ja, please ... A-aku gak seperti yang kamu pikirin," isak Jingga dengan sorot mata memohon.
"Udah lah. Gue gak bakal pernah percaya sama lo," ucap Senja kemudian melewati Jingga begitu saja dan dengan sengaja menabrak bahu kembarannya itu hingga Jingga sedikit terhuyung.
"J-ja ... Ma-maaf ...," lirih Jingga dengan mata merah.
Kenapa jadi seperti ini? Padahal Jingga hanya ingin berbaik hati kepada Senja. Ia tau bahwa dirinya salah karena tidak melihat-lihat bungkus cokelat itu, tapi tidak bisakah Senja mendengar dan mempercayai penjelasan Jingga?
Kenapa Senja begitu membenci nya? Sebegitu salah kah Jingga dimata Senja?
***
Bukannya pulang, ternyata Senja lebih memilih ikut berkumpul bersama The Refive.
Tak banyak anggota yang ada di sana, hanya beberapa yang sedang bolos.
"Ja, serius lo gapapa? Gak mau kita beliin salep atau obat alergi?" tanya Bima atau yang lebih sering dipanggil Bimbim, pemuda blasteran Indonesia-Belanda yang menjadi trouble maker di sekolah Senja.
Senja hanya menggeleng sebagai jawaban, lalu bangkit hendak memesan minuman.
"Gue aja yang pesenin," ucap pemuda berambut cepak berdarah ambon, namanya Delano.
Senja hanya mengangguk saja, disini ia memang diperlakukan bak ratu. Terlebih lagi dirinya satu-satunya perempuan yang selalu bergabung bersama The Refive. Tapi Senja tetaplah Senja, walau The Refive sudah menganggap Senja keluarga, gadis itu tetap saja tertutup kepada mereka semua. Tak ada yang tau perihal bagaimana Senja di rumah. Senja yang mereka kenal hanyalah gadis dingin yang tak tersentuh.
"Heyyo, watsap bro," ucap Romeo yang baru datang bersama Regan dkk.
Senja menatap jam dinding. Sudah waktunya pulang sekolah ternyata, pikirnya.
"OMG, BIDADARI GUE KENAPA? KOK BADANNYA MERAH-MERAH?" Teriak Rino membuat Senja menutup kuping.
"Berisik!" kesal Senja, kemudian Delano datang memberikan minuman kepada gadis itu.
"Lo kenapa, Ja?" tanya Raja kemudian mendudukkan bokong di bangku seberang Senja.
"Alergi dia," jawab Nafisha yang tiba-tiba datang dengan membawa tas Senja.
"Thanks," ujar Senja diangguki Nafisha.
"Gue langsung pulang ya, Ja. Mau ada acara keluarga soalnya," pamit Nafisha.
"Mau gue anter?" tawar Raja.
"Uhuk ... Modus," celetuk Romeo sambil berpura-pura batuk.
"Bacot lo, ayo Naf." Raja segera menarik tangan Nafisha keluar tempat itu.
"Ehh, si bos kemana?" tanya Roy yang baru menyadari jika Regan tiba-tiba hilang.
"Lah, iya juga ya. Padahal tadi kesini bareng kita." Rino melihat kesana kemari mencari keberadaan Regan namun tak menemukannya.
"Tadi gue liat dia keluar lagi, mungkin ada yang ketinggalan," kata Bimbim.
"WOI ... MABAR KUY?" Teriak anggota The Refive yang lain.
"Kuy lah, daripada gabut," balas Romeo.
"Gue ikut," timpal Senja diangguki mereka semua. Kemudian mereka bermain game online bersama.
Selang beberapa menit mereka bermain, seseorang tiba-tiba datang dan mengambil ponsel Senja.
"Ehh, apa-apaan lo?" kata Senja tak terima.
"Diem!" titah Regan kemudian mengantongkan ponsel itu ke saku celananya.
Baru saja Senja ingin protes, Regan terlebih dahulu menarik tangannya dan mengoleskan salep disana.
Beberapa anggota The Refive tampak sangat senang menonton romantisme keduanya, terutama Romeo dan Rino yang sampai menopang dagu.
"Best couple ini mah," ucap Rino pelan.
"Man, kalo mereka jadian. Kita harus minta PJ liburan ke puncak," bisik Romeo kepada Rino.
"Sip, tos dulu." Rino mengangkat sebelah tangannya dan langsung disambut Romeo.
"PEPET TEROS BOS," teriak Jojo. Jika kalian lupa, Jojo adalah anggota the Refive yang merupakan keturunan Papua.
"JANGAN KASIH KENDOR," timpal yang lain.
"GASKEUN," sambung salah satu dari mereka lagi.
"Bacot!" balas Senja dan Regan kompak.
"CIE ... KOMPAK ...," goda mereka semua.
"Sialan," umpat keduanya.
"CIE ... KOMPAK LAGI ...."
"Serah."
"HAHAHAHA ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Jingga (End)
Teen FictionJingga pikir, memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Ia pikir keduanya akan akrab dan saling menyayangi. Namun ternyata Jingga salah, Senja justru membencinya. Senja benci segala hal tentang Jingga, sampai pada akhirnya Jingga harus s...