🔅#19🔅

1.7K 228 18
                                    

Selamat Hari Selasa
Waktunya STJ Update🥳

🔅Happy Reading🔅

Senja berjalan dengan santai menyusuri koridor jurusan IPS, menaiki satu lantai dimana kelas 11 berada.

Brak...

Dengan sekali tendangan, pintu kelas dengan tulisan XI IPS 3 terbuka secara kasar. Untungnya kelas tersebut tengah jam kosong, sehingga Senja tidak perlu berurusan dengan guru terlebih dahulu.

Ia berjalan memasuki kelas itu dengan tatapan tajam, semua fokus siswa disana terarah pada Senja. Beberapa diantaranya menatap gadis itu bingung, namun sebagian besar menatapnya ngeri. Mereka bisa melihat kilat kemarahan di mata Senja.

"Ja, ada apa?" tanya Reno. Ya, pemuda itu memang duduk di kelas 11 IPS 3 dan hanya dirinya lah yang berani bertanya pada Senja sekarang.

"Luna Angina mana?"

Reno mengerutkan dahinya, mempertanyakan dalam hati untuk apa Senja menanyakan gadis itu. "Lo ada urusan apa?"

"Yang mana?" Seperti biasa, Senja akan terus menanyakan hal yang sama sebelum mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

"Itu." Walau sedikit bingung, Reno akhirnya menunjuk seorang gadis yang tengah duduk di pojok ruangan. Gadis itu tampak berbisik-bisik sambil menatap Senja, seperti tengah menggosipkan gadis itu.

"Thanks," ucap Senja lalu berjalan mendekati Luna. Ia berhenti di hadapan gadis berambut pirang dengan baju dan rok ketat tersebut, lalu dengan sekali ayunan menampar kuat gadis itu.

"Lo apa-apaan sih!" marah Luna tak terima.

"Itu buat lo karna udah ganggu Jingga."

Luna terkekeh pelan sambil mengelus pipinya, "Jadi ceritanya lo mau belain kembaran lo itu? Jelas-jelas dia yang salah."

Senja menaikkan sebelah alisnya, melipat kedua tangan di depan dada. Lalu tersenyum miring, "Dia yang salah? Lo yang jadi selingkuhan, lo yang ngelabrak, lo yang bener?"

Senja tak habis pikir dengan pikiran gadis di depannya ini, sepertinya Luna adalah sosok yang tidak tahu malu.

"Lo." Luna menunjuk Senja dengan geram, lalu hendak menampar Senja.

Senja dengan cepat menangkap tangan Luna lalu memelintir ke belakang hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. Luna memberi kode kepada teman-temannya, namun tak seorang pun yang berani menolongnya. Mereka tahu siapa Senja, sikap dingin dan keras gadis itu, serta kemahiran Senja dalam bela diri tak diragukan lagi.

"Sentuh kakak gue seujung jari pun, lo gue bikin babak belur," bisik Senja tepat di depan telinga Luna lalu dengan sekali hentakan mendorong gadis itu hingga tersungkur membentur sebuah meja.

Senja berbalik, hendak meninggalkan gadis tak tahu malu di depannya. Namun Luna yang tak terima tiba-tiba bangkit dan melempar sebuah kursi yang mengenai punggung Senja. Ia hampir tersungkur ke lantai jika saja Reno tak menangkap tubuhnya dan membantu Senja berdiri tegap.

"Bitch!" Reno menunjuk Luna dengan wajah memerah, ia tak terima Senja diperlakukan demikian. Bagaimanapun Senja adalah bagian dari The Refive dan ia sudah menganggap gadis itu sebagai adik yang harus ia jaga. Ia hendak maju untuk memberi Luna pelajaran, namun dengan cepat ditahan oleh Senja.

"Ini urusan gue," ucap Senja lalu kembali maju menghadap Luna.

Sudut bibir Senja terangkat, senyum gadis itu tampak lebih menyeramkan dari sebelumnya. Ia bersedekap dada lalu berjalan lebih dekat pada Luna. "Main lo kasar juga."

Ia lalu mengelus pipi Luna yang terdiam dengan dada naik turun. Beberapa kali gadis itu menepis tangannya, namun bukan Senja namanya jika ia gentar hanya karna gadis lemah di depannya. Tangan Senja beralih pada rambut Luna, membelainya lembut dan menyelipkannya di telinga Luna. Orang-orang yang melihat hal tersebut menunggu dengan was-was, mereka yakin Senja akan membalas Luna.

"Tapi gue bisa lebih kasar dari lo," ucap Senja lalu dengan sekali gerakan tangan menarik rambut Luna.

"Agh ... Lepas!" Luna berteriak sambil meronta ingin di lepaskan. Ia juga mencoba untuk balas menarik rambut Senja, namun selalu gagal.

Senja terkekeh, bukan jenis kekehan yang berarti baik. Ia lalu mengangkat kedua tangannya di udara selayaknya orang yang sudah menyerah.

"Lanjut, Ja. Gue suka gaya lo," ucap Reno yang duduk di atas meja sambil menonton perdebatan di depannya. Senja mengangguk, mengangkat ibu jarinya.

Plak ... Plak ...

Semua orang disana terkejut melihat bagaimana Senja menampar Luna. Memang tenaga gadis itu tak dapat diragukan lagi, hingga kedua sudut bibir Luna berdarah sekarang.

"Ini buat Jingga," ucap Senja pelan. Lalu ia melayangkan pukulan di rahang dan pipi Luna.

Banyak siswi menutup mulutnya menahan jeritan menyaksikan apa yang Senja lakukan. Memang benar berita yang tersebar di sekolah ini, Senja tak dapat diremehkan. Gadis itu tampak tenang, tapi sekalinya ia terusik. Jangan harap hidupmu akan aman.

"Itu juga buat Jingga," ucap Senja.

Saat gadis itu hendak melayangkan pukulan kembali, seorang guru datang dengan Jingga di belakangnya.

"SENJA BERHENTI!" teriak Bu Desi-Guru BK mereka.

Wanita paruh baya itu lalu berjalan cepat menghampiri Senja, ia menatap Senja dan Luna tajam lalu menarik lengan Senja. "Ikut ibu ke ruangan."

"Kamu." Bu Desi menunjuk Luna. "Obatin luka kamu ke UKS, setelah itu temui saya," lanjutnya.

"Saya belum selesai, Bu." Senja dengan santai membalas perkataan Bu Desi. Wanita itu tampak geram, lalu menarik paksa Senja.

"Bentar, Bu." Senja melepas tangan Bu Desi dari lengannya, kemudian kembali berjalan mendekati Luna.

"BISMILLAHIRAHMANIRAHIM, HEADSHOT," teriak Reno tiba-tiba.

Brak ...

"Oke, selesai. Itu karna lo udah ngelukain punggung gue," ucap Senja setelah menedang perut Luna dengan keras.

Bu Desi nampak sangat terkejut, ia dengan cepat menarik Senja kembali. Mengomel panjang lebar sambil berjalan menuju ruang BK. Jingga juga sama terkejutnya dengan Bu Desi, bahkan lebih. Ia tak pernah melihat sisi gelap kembarannya yang seperti ini. Senja memang dingin dan keras padanya, namun ia tak pernah melihat sikap brutal adiknya itu.

"Darah," ucap Reno begitu melihat noda merah di punggung Senja. Ia dengan cepat meraih ponsel di saku celananya, mengetik sesuatu disana lalu kembali duduk di bangkunya karena seorang guru yang datang untuk mengkondusifkan kelas tersebut.

"Semoga lo gapapa, Ja."

Senja Tanpa Jingga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang