Senja berjalan santai menuju sebuah warung tempat biasa anak-anak The Refive berkumpul, dengan satu tangan membawa jaket dan sebuah tas yang tersampir di sebelah bahunya.
Beberapa anggota The Refive tampak menyapa gadis itu ketika ia tiba disana, yang tentunya hanya dibalas anggukan singkat oleh Senja.
"Weh, bu bos dateng," celetuk Rino ketika Senja berjalan mendekatinya.
"Regan mana?" tanya Senja yang membuat Rino dan Romeo bersiul menggoda.
"Kenapa nih bu bos nyari pak bos? Jangan-jangan kalian diem-diem udah jadian ya?" ujar Romeo yang langsung mendapat tatapan tajam dari Senja.
"Gue gampar mau?" Senja mengangkat sebelah tangannya seperti hendak menampar Romeo.
Romeo bergidik ngeri lalu menyatukan kedua tangan di depan dada meminta ampun.
"Regan belum kesini, mungkin bentar lagi. Kenapa emang?" kata Raja.
Senja mengangguk-anggukan kepala mengerti, melirik jaket ditangannya lalu jam yang menempel di dinding warung tersebut.
"Tunggu aja dulu, Ja. Mungkin bentar lagi kesini," ucap Roy diangguki yang lainnya.
"Emang ada urusan apa sih?" tanya Rino penasaran.
"Kepo lo." Bukan Senja yang menjawab, melainkan Romeo.
Rino mendelik sebal, siapa yang ditanya, siapa yang menjawab.
"Emang lo gak kepo?" Roy menaikan sebelah alisnya bertanya.
"Kepo sih," balas Romeo cengengesan.
"Yeuw ... si bangsat," ucap ketiga temannya kompak sambil melempari Romeo dengan bungkus makanan.
"Gue pulang aja," ujar Senja tiba-tiba.
Raja dan lainnya hendak bertanya, namun disela terlebih dahulu oleh Senja.
"Kasih ini ke Regan, bi—"
"Gue disini," potong suara berat dibelakang Senja yang membuat semuanya menoleh.
Regan berjalan mendekati Senja dengan satu tangan berada di saku celana dan satu lainnya menenteng kantong kresek.
Senja menyodorkan jaket ditangannya ketika Regan berhenti tepat di belakangnya. "Thanks," ucapnya.
Regan mengangguk lalu menyodorkan kantong kresek tersebut kepada Raja. "Bagiin ke yang lain," pinta pemuda itu.
Raja yang diminta demikian langsung menjalankannya. Entah apa isi kantong tersebut, Senja pun tak tahu dan tidak mau tahu.
"Gue balik," pamit Senja, ia hendak melewati Regan namun tangannya ditahan oleh pemuda itu.
"Mau gue anter?" tawar Regan. Senja menaikkan sebelah alisnya, lalu menggeleng.
"Oke, hati-hati." Setelah mengatakan itu, Regan mendudukkan bokongnya di bangku samping Roy.
"Astaghfirullah," celetuk Romeo ketika Senja sudah tidak terlihat lagi.
"Inalillahi," timpal Rino.
"Kenapa lo berdua?" tanya Roy tak mengerti, dan Regan yang mengerutkan dahinya bingung.
"Turut berduka cita atas matinya kecerdasan pak bos," ujar Romeo dan Rino kompak.
"Maksud lo apa bangsat?" Regan menjitak kepala Romeo yang berada di dekatnya.
"Aduh, kok cuma gue yang dijitak?" ucap Romeo sambil mengelus puncak kepalanya yang sedikit berdenyut.
"Mampus," ledek Rino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Jingga (End)
Teen FictionJingga pikir, memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Ia pikir keduanya akan akrab dan saling menyayangi. Namun ternyata Jingga salah, Senja justru membencinya. Senja benci segala hal tentang Jingga, sampai pada akhirnya Jingga harus s...