Lemparan batu dan layangan balok serta adu tonjokan tengah bersalung di area jalan dekat SMA Angkasa. Saat ini tengah terjadi perkelahian antara The Refive dan Argora-Geng motor dari SMA Garuda.
"WOI, CUPU BANGET SIH PAKE SENJATA," teriak Rino di tengah aksi perkelahian tersebut. Walaupun kemampuan anak-anak The Refive lebih unggul daripada Argora, tapi jika melawan mereka yang menggunakan balok dam batu, pasti akan kewalahan juga.
"TANGAN KOSONG KALO BERANI!" Salah satu anak The Refive ikut berteriak. Namun teriakan tersebut justru memancing tawa beberapa orang.
"Lah, malah ketawa," ucap pemuda yang barusan berteriak.
"BACOT LO SEMUA!" umpat Gio-ketua geng Argora. Setelah membuat beberapa anak The Refive tumbang, kini pemuda itu berjalan menghampiri satu-satunya gadis disana-Senja.
Senja menatap nyalang Gio, gadis itu sedikit ngos-ngosan setelah mengalahkan setidaknya dua atau tiga anggota Argora.
"Hai," sapa Gio tersenyum manis. Senyum yang tampak begitu memuakkan untuk Senja.
Gadis itu melayangkan kepalan tangannya ke arah Gio, namun dengan cepat pemuda itu hindari.
"Lo jangan galak-galak kali sama gue," kekeh Gio sambil menatap Senja dengan tatapan yang tampak jahil.
"Mau lo apa?" tanya Senja dengan nada dingin.
Gio tertawa, lalu melirik Regan yang masih sibuk adu jotos dengan anak buahnya. "Peka juga lo ternyata, gue terkesan," ucap Gio sambil bertepuk tangan.
Bugh...
Dengan sekali hentakan, Senja menendang perut Gio. Pemuda itu meringis memgang perutnya, ia tak sempat menghindar karena gerakan Senja yang tiba-tiba tadi. "Agh, gila lo."
Senja bersedekap, ia sudah hapal bagaimana tabiat Gio setiap kali geng The Refive dan Argora terlibat perkelahian.
Gio mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Senja. "Tau gak, alasan gue selalu ngajak duel geng lu?" tanya Gio, Senja hanya menatap datar pemuda itu sambil menaikkan sebelah alisnya bertanya.
"Karna gue cuma mau ketemu lo. Kalo gak gini, kan kita gak bakal ketemu," kekeh Gio.
Senja menggeram kesal, lalu melayangkan pukulan tepat mengenai pelipis Gio. Pemuda itu meringis kesakitan, tapi bukannya marah, ia justru tersenyum menatap Senja. Memang benar yang Gio katakan, ia menyukai Senja. Sejak pertama kali ia melihat gadis manis itu diantara segerombolan anggota The Refive, Gio sudah tertarik pada Senja.
"So, gue mau lo jadi pac—"
Bugh...
Belum sempat Gio menyelesaikan kalimatnya, sebuah pukulan dari seseorang mendarat di punggungnya. Gio hampir saja tersungkur, tapi untungnya ia berhasil menahan keseimbangan.
"Ja." Regan memberi kode Senja agar dia pergi dari sana. Senja mengangguk, memilih untuk adu jotos dengan anggota Argora yang lain saja.
"Brengsek lo," umpat Gio. Lalu keduanya terlibat perkelahian sengit. Gio dan Regan memang selalu terlibat pertikaian, dimulai dari urusan pribadi sampai geng keduanya.
Disisi lain, Jingga baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Ia diminta untuk mengikuti olimpiade Matematika, dan harus melaksanakan les tambahan yang diberikan oleh salah satu Guru Matematika di sekolahnya utuk mempersiapkan itu semua. Jingga memang pintar, tapi sebetulnya IQ Jingga masih dibawah Senja. Hanya saja selama memasuki masa SMA ini, Senja memilih untuk menjadi siswa yang bandel dan banyak meninggalkan tugas.
Jingga berjalan keluar area sekolah. Pesan taksi di jam segini mungkin akan sulit, jadilah ia memutuskan untuk berjalan ke halte dan menunggu angkot yang lewat. Setelah tiba di halte tersebut, ia tak sengaja melihat perkelahian yang tak jauh dari sana. Dan ada Senja, satu-satunya gadis di antara kerumunan pemuda yang berkelahi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tanpa Jingga (End)
Genç KurguJingga pikir, memiliki saudara kembar adalah hal yang menyenangkan. Ia pikir keduanya akan akrab dan saling menyayangi. Namun ternyata Jingga salah, Senja justru membencinya. Senja benci segala hal tentang Jingga, sampai pada akhirnya Jingga harus s...