🔅#42🔅

2.1K 198 7
                                    

Assalamu'alaikum.
Makasih ya udah selalu stay
Jangan lupa tekan tombol bintangnya.

Malam ini hujan turun begitu deras, udara yang dingin membuat siapa saja harus menggunakan baju tebal atau meringkuk di bawah selimut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini hujan turun begitu deras, udara yang dingin membuat siapa saja harus menggunakan baju tebal atau meringkuk di bawah selimut.

Kedua gadis dengan wajah serupa itu saling membelakangi dengan punggung yang menyatu, buku-buku tebal tergeletak tak berdaya di antara kaki keduanya.

Ulangan akhir semester akan di mulai besok, membuat kedua gadis ini terpaksa bergelut dengan buku pelajaran sepanjang malam. Senja dan Jingga sebenarnya cukup pintar, namun orang pintar juga perlu belajar untuk lebih menambah wawasan.

Di kala hujan seperti ini, tidur adalah hal ternyaman yang bisa dilakukan. Jingga beberapa kali menguap dan mengucek mata, rasa kantuk telah menyerangnya.

"Kudu pake ritual ini mah," kata gadis dengan piyama merah muda itu. Ia kemudian membuka satu persatu lembaran buku dengan angka-angka di dalamnya, membentuk kedua tangan seperti hendak menampung air ke atas buku lalu menuangnya ke puncak kepala.

Senja menoleh ke belakang, merasa ada yang tak wajar dengan sang kakak. Kemudian ia dikejutkan oleh tingkah Jingga, yang lagi-lagi sangat konyol. "Lo ngapain?"

"Menyerap ilmu dari buku," ucap Jingga tanpa menoleh, masih terus melakukan ritualnya.

Senja menggeleng tak habis pikir, sekarang ia ragu jika Jingga benar-benar pintar. Gadis dengan rambut di ikat asal itu meraih sebuah buku tulis di sisi kirinya, menggulung benda persegi tersebut lalu memukul Jingga guna menyadarkannya.

"Ish ... Apa sih? Jangan ganggu gue, gue lagi sibuk."

Senja menghela napas, lelah karena setiap hari dibuat naik darah oleh kembaran gilanya itu. "Mau gue ruqiyah?"

Jingga terdiam sebentar, memutar tubuh hingga menghadap Senja. "Dih, Gak mau lah! Emang gue kerasukan setan?"

"Bukan kerasukan, tapi lo setannya!"

Jingga mendengus mendengar ucapan sarkasme Senja, mulut adiknya itu sepertinya cocok untuk di sumpal cabai.

"Sialan lo," umpatnya kesal sembari meraih buku lalu melemparnya pada Senja.

Senja mengedikkan bahu acuh, memilih melanjutkan membaca buku di pangkuannya.

"Gue tidur duluan." Jingga memunguti beberapa buku, kemudian berdiri untuk kembali ke kamarnya. Ia benar-benar sudah mengantuk, tak peduli dengan buku yang belum habis ia baca. Lagipula, ia sudah cukup memahami garis besar buku tersebut. Tak akan ada masalah, Jingga yakin.

Senja hanya mengangguk sekilas, ujung matanya diam-diam mengamati punggung kecil Jingga yang mulai menjauh. Gadis itu tersenyum, merasa senang karena bisa belajar bersama Jingga walau sesaat. "Sekarang gue baru ngerasain artinya persaudaraan itu apa."

Senja Tanpa Jingga (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang