Part 34💫

9.9K 936 327
                                    

Raut wajah Nasha langsung berseri ketika melihat kehadiran Leo yang datang bersama Leoni. Wajahnya yang semula pucat pasi dengan mata yang begitu sayu, sekarang terlihat lebih segar. Senyum lebar terukir menawan di bibirnya. Nadira yang berada di samping anaknya itu pun dengan dengan senang hati menyambut kedatangan Leo demi menemui Nasha.

"Hai Leo," sapa Nasha dengan semringah.

Leo yang awalnya enggan membalas sapaan dari Nasha itu langsung berdeham pelan sebagai balasan karena Leoni sengaja menyenggol lengannya. Sebenarnya, ia sangat malas berada di sini.

"Mau apa?" tanya Leo. Dari nada bicaranya saja sudah dapat diketahui kalau pemuda itu datang dengan terpaksa.

Melihat wajah Nasha yang sedikit masam itu membuat Nadira langsung mengambil tindakan. Wanita itu mengambil nampan berisi makanan yang seharusnya Nasha makan sejak tadi. Kemudian berjalan menghampiri Leo yang berada di samping Leoni.

"Tante minta tolong sama kamu, ya. Tolong suapin Nasha. Dia nggak mau makan kalau bukan kamu yang nyuapin," pinta Nadira dengan raut wajah penuh permohonan. Seorang ibu sepertinya pasti akan melakukan segala cara untuk membuat anaknya bahagia.

"Males," balas Leo ogah-ogahan. Pemuda itu tidak menerima nampan yang disodorkan Nadira ke arahnya. Bahkan sekarang, kedua tangannya itu masuk ke dalam saku celana.

"Ino nggak boleh gitu. Dia kakaknya Oni. Plis, bantuin, ya?" pinta Leoni, berbisik di telinga Leo. Pemuda itu menghela napas panjang. Raut wajahnya yang tidak bersahabat itu membuat Leoni meringis pelan karena merasa tidak enak.

"Hm," gumam Leo lalu mengambil semangkuk bubur yang berada di atas nampan. Ia berjalan mendekat ke arah Nasha yang tersenyum malu-malu. Leo benar-benar muak melihatnya.

"Buru," titah Leo sembari menyodorkan sesendok bubur ke arah mulut Nasha. Pemuda itu melakukannya tanpa ada kelembutan sedikit pun. Meskipun begitu, Nasha tetap membuka mulutnya dengan senang hati. Kapan lagi ia bisa begini?

Leoni yang melihat itu hanya bisa diam. Gadis itu sangat menyayangi Nasha, begitu pun sebaliknya. Melihat kakak tirinya itu bersedih tentu membuat Leoni merasa tidak enak. Lagi pula, Leo hanya menaruh perasaan kepadanya.

"Lelet," cibir Leo karena merasa kalau Nasha terlalu lama dalam mengunyah. Leo memang tidak akan berpikir dua kali jika hendak berbicara.

"Buset, galak bener," gumam Leoni begitu pelan. Singa dilawan.

"Aku udah kenyang," kata Nasha setelah merasa kalau dirinya ingin mual.

Leo mengedikkan bahunya cuek lalu meletakkan mangkuk bubur itu di atas nakas. Tanpa banyak bicara, pemuda itu langsung keluar. Meninggalkan Nasha, Leoni, dan Nadira yang sama-sama menatap bingung kepergiannya.

Leoni tahu kalau Leo pasti sangat marah.

                              ♥   ♥   ♥

"INO! TUNGGUIN ONI!" teriak Leoni dengan kerasnya.Tidak peduli dengan orang-orang yang memandang aneh dirinya. Kaki-kakinya itu melangkah cepat untuk mengejar Leo yang berada lumayan jauh di depannya. Pemuda itu enggan menoleh ke arahnya dan tetap berjalan tanpa ada beban.

"IH JAHAT!" gerutu Leoni sebal. Tidak ingin menyerah, ia pun menambah kecepatan larinya untuk menggapai Leo yang jaraknya mulai dekat.

"Masa pacarnya ditinggalin?" tanya Leoni dengan nada manja. Ia menggapai tangan kanan Leo, membuat pemuda itu langsung menoleh ke arahnya dengan sebelah alis yang terangkat.

Terdengar helaan napas panjang dari mulut Leo. Pemuda itu mengajak Leoni untuk duduk di kursi yang ada di kantin rumah sakit. Jujur saja, ia masih merasa kesal dengan gadisnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang