Part 16💫

4.5K 670 75
                                    

Pagi-pagi sekali Leo bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Hari ini Leo memutuskan untuk mendatangi tempat kejadian pembunuhan sadis waktu itu. Tentunya tanpa sepengetahuan kekeknya. Jika kakeknya itu sampai tahu, mungkin Leo tidak akan diizinkan. Setiap kali Leo membahas tentang kejadian kala itu, Toni selalu mengalihkan pembicaraan entah karena apa.

Leo keluar dari rumahnya menggunakan pakaian kasual. Ditemani dengan Jack asisten pribadinya. Hari ini Toni berangkat ke Bogor karena ada urusan pekerjaan. Dan kesempatan ini pun tidak akan Leo sia-siakan.

Leo masuk ke dalam mobil dengan Jack sebagai supirnya. Mata tajamnya menatap sebuah gantungan dari kayu yang masih terlihat bagus walaupun sudah berumur sekitar sepuluh tahun. Pemuda itu tersenyum tipis, memandang dua nama yang terukir indah disana. Andai gadisnya tahu.

Apa katanya tadi? Gadisnya?

Leo tertawa miris. Dia saja belum tentu ingat dirinya. Bahkan Leo rasa, dia telah melupakannya.

                        ♐♐♐

Jack menatap Tuan Mudanya yang tengah merenung sambil menatap ke jalan raya. Dia tahu kalau Leo begitu merindukan orang tuanya. Berkunjung ke tempat menyakitkan yang bisa membuatnya teringat kembali peristiwa tujuh tahun yang lalu pati sulit. Jack sudah menawarkan diri agar dia saja yang pergi kesana. Tetapi Leo menolaknya dengan alasan ikut mencari petunjuk disana.

Mobil yang ditunggangi keduanya telah masuk ke dalam jalanan sepi yang kanan-kirinya terdapat beberapa pohon lebat. Jack meneguk ludahnya, sebentar lagi mereka akan sampai di tempat kejadian.

"Berhenti."

Perkataan Leo langsung dipatuhi oleh Jack. Lelaki itu menepikan mobil mereka di pinggir jalan yang sepi. Seperti di tengah hutan saja mereka ini. Melihat suasana juga sekelilingnya yang mirip dengan hutan.

Leo keluar dari dalam mobil. Matanya menatap keadaan sekitar.  Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak yang amat sangat. Memori kala itu mulai datang menghantui pikirannya.

Hari ini Leo, Arga, dan Lani memutuskan untuk pergi ke kebun binatang atas ajakan dari putra semata wayangnya yang merengek sejak kemarin. Walaupun jadwal Arga hari ini sangat padat, lelaki berumur empat puluh itu rela mengosongkan jadwalnya demi menuruti permintaan putranya.

Ketiganya begitu sumringah. Tawa canda juga bahagia, melengkapi perjalanan mereka menuju kebun binatang. Leo kecil tampak asik bernyanyi dan berjoget ria di dalam mobil. Tingkah-tingkahnya yang selalu menggemaskan membuat Arga dan Lani tertawa ketika melihatnya.

"Leo ...," panggil Arga.

Mendengar panggilan dari papanya, Leo kembali duduk manis. Menatap sang papa dengan raut yang bahagia. "Iya, Pa?" jawabnya.

"Leo kalau besar mau jadi apa?" tanya Arga.

"Leo mau jadi anak Papa sama Mama selamanya!" ujarnya lalu terkikik bahagia.

"Maksud Papa, cita-cita kamu nanti mau jadi apa?" tanya Arga lagi.

"Pokoknya Leo mau bahagiain Mama, Papa, Kakek, kalau udah dewasa nanti," balas Leo.

Lani tersenyum. Tangannya bergerak mengelus rambut Leo. Anak kecil seperti Leo sudah mempunyai pikiran seperti itu.

"Kalau Papa sama Mama udah nggak ada, Leo harus bahagiain Kakek Toni, ya?"

Jack menatap Leo yang tengah menunduk dengam tangan yang mencengkeram kepalanya dengan erat. Beberapa kali pemuda itu juga mengerang kesakitan. Tanpa sadar setitik air mata keluar dari ujung mata kiri Leo.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang