Part 6💫

5.8K 800 114
                                    

Happy Reading -Istri Kai

👹🤖🤡

Leoni dan Leo hanya diam satu sama lain. Keduanya berada di ruangan Mrs. Pipin. Guru matematika super galak itu meminta dua remaja itu menemuinya disini. Setengah jam sudah Leoni dan Leo menunggu, namun guru itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Bu Pipin mana, sih?" gumam Leoni. Duduk-duduk saja seperti ini membuatnya merasa jenuh. Apalagi bersama Leo yang sama sekali tidak bisa diajak bercanda.

"Kira-kira Bu Pipin nyuruh kita kesini buat apa?" tanya Leoni kepada Leo.

Pemuda itu mengedikkan bahunya cuek tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari buku yang kini berada di tangannya.

Leoni memajukan bibirnya. "Sudah ku dugong."

Leo yang mendengar itu menatap ke arah Leoni dengan kening mengerut. "Maksud lo?"

"Selain pendiem, Leo juga jadul, ya?" ujar Leoni gemas. Apa-apaan Leo itu. Masa gitu aja nggak tau? Padahal Leoni tahu Leo itu mempunyai instagram dan dirinya pun sudah mem-follow akun miliknya. Kata-kata gahol seperti itu saja tidak tahu.

"Bodo," jawabnya cuek.

"Aish-"

"Assalamu'alaikum."

Belum sempat Leoni mengeluarkan hujatannya, Mrs. Pipin datang tiba-tiba di hadapan mereka. Melihat itu Leoni langsung antusias ingin cepat-cepat enyah dari sini.

"Wa'alaikumsalam," jawab keduanya.

"Sudah tau apa yang membuat saya memanggil kalian?" tanya Mrs. Pipin.

"Nggak," jawab keduanya.

"Haish! Kalian ini bener-bener kompak. Nggak salah saya memilih kalian sebagai partner lomba," celetuk Mrs. Pipin yang membuat keduanya terkejut.

"Apa?" tanya keduanya. Walaupun berbeda ekspresi, tetap saja mereka berdua menanyakan hal yang sama. Ini membuat Mrs. Pipin semakin gentar untuk menyatukan mereka.

"Begini, dua Leo. Bulan depan akan ada perlombaan matematika tingkat Nasional. Nah, sebagai perwakilan, saya memilih Leo untuk perwakilan laki-laki sekolah, dan Leoni untuk perwakilan perempuan sekolah. Jadi, bagaimana? Setuju?" ujar Mrs. Pipin.

"Setuju."

"Oni pikir-pikir dulu."

Mrs. Pipin menatap keduanya dengan raut bingung. Untuk saat ini keduanya berselisih paham. Dia memakluminya, mungkin Leoni masih perlu waktu untuk berpikir. Sedangkan Leo, mungkin sudah siap dari dulu jika diminta untuk mengikuti perlombaan.

Leoni menatap pemuda di sampingnya itu dengan raut heran. Meskipun dia sendiri mengakui bahwa selain kiyud ia juga pandai, tetap saja akan memerlukan waktu untuk mengiyakan hal seperti ini. Namun Leoni rasa, Leo tidak sama dengannya.

"Kalau Oni jadi perwakilan lomba, pasti banyak pembinaan, ya, Bu?" tanya Leoni.

"Kalau itu jelas. Di Andromeda, semua murid yang akan mewakili perlombaan, akan disiapkan matang-matang supaya hasilnya memuaskan," balas Mrs. Pipin.

Leoni mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Wajar kalau ada pembinaan ketat di setiap perlombaan, mengingat sekolah barunya ini tergolong ke dalam sekolah elite.

"Terus cilok Oni gimana?" tanya Leoni.

Leo menatapnya. "Disaat seperti ini, lo masih mikirin cilok?"

Leoni melotot tak terima. "Cilok itu bagaikan separuh hidup Oni sekarang," jawabnya.

"Mmm, kalau waktu istirahat, pembinaan lomba juga stop dulu, Oni.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang