Dipersembahkan oleh : Ita istri Kai.
Happy reading -Istri Kai.
"Makasih," ujar Leoni saat keduanya telah sampai di rumah gadis itu.
Tanpa menjawab perkataan Leoni dengan sepatah kata pun, Leo pergi begitu saja bersama motornya. Membuat gadis itu mencak-mencak tidak jelas di tempat.
"Dasar Singa! Oni kira dia emang udah berubah. Taunya sama aja!" Leoni berbalik, berniat memasuki rumahnya karena merasa takut berada di luar. Apalagi ini sudah lewat tengah malam. Dengan belanjaan yang memenuhi kedua tangannya, Leoni membuka pintu utama rumahnya dengan susah payah.
Padahal, bisa saja gadis itu menaruh belanjaannya di bawah dulu untuk membuka pintu. Memang dasarnya Leoni, katanya hal itu terlalu merepotkan. Biarkan saja, cewek kiyud memang kadang aneh. Macam Leoni.
Baru saja pintu itu terbuka, Leoni disuguhkan pemandangan seseorang yang sering membuatnya kesal. Dengan wajahnya yang garang itu, wanita di depannya berkacak pinggang.
"Lama banget beli gituan doang!" ujarnya yang membuat Leoni ingin mencakar wajahnya yang menurut Leoni mirip seperti Mak Lampir.
"Situ pikir Oni kesana naik pesawat terbang? Nggak, kan? Jalan kaki iya!" balas Leoni tak mau kalah.
Merasa tak terima dengan perlawan dari 'anak tirinya' itu, wanita itu menarik rambut Leoni hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. "Berani kamu melawan saya?!"
"Emang situ Tuhan? Sama-sama manusia, kan? Oni makan nasi, anda juga makan nasi. Atau jangan-jangan malah makan tai?" Memang sudah dasarnya sifat Leoni itu bar-bar, apapun yang ada di pikiran jailnya itu pasti akan dia utarakan.
"Kurang ajar kamu!" Wanita itu menampar pipi Leoni keras. Bukan hal baru Leoni mendapatkan perlakuan seperti ini. Seringkali 'ibu tirinya' itu melakukan kekerasan terhadapnya. Ini bukan seberapa, biasanya akan lebih parah dari ini.
Leoni kira, ibu tiri yang jahat itu hanya ada di film-film saja. Tak pernah terbayang sedikitpun kalau dirinya juga harus mengalami hal seperti itu.
Karena kesal, Leoni membanting belanjaannya ke lantai. Dengan memegang pipinya yang terasa perih, Leoni meninggalkan wanita itu setelah menyempatkan diri untuk menginjak kakinya.
"Anak sialan!" umpat wanita itu merasa kesal.
****
Leo memandang anak-anak jalanan yang tengah memakan sarapan darinya itu dengan senyum tipis. Melihat mereka begitu semangat memakan makanannya membuat hati Leo merasa senang. Sudah menjadi kebiasaannya sejak memasuki tingkat SMP, Leo selalu menyisihkan uang hasil perlombaan yang dimenangkannya untuk anak-anak kekurangan seperti mereka.
Bagi Leo, mereka seperti teman sekaligus sebagai adik-adiknya. Pemuda itu selalu siap pasang kuda-kuda jika ada seseorang yang mengganggu mereka.
Mereka semua bersekolah di sekolahan khusus untuk anak seperti mereka. Tanpa ada biaya sedikitpun yang harus dikeluarkan. Mungkin, hanya pasal seragam dan uang saku yang harus Leo tanggung. Alasan inilah yang menjadikannya mau mengikuti beberapa perlombaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Teen FictionLeonardo Marcelino, sering dijuluki -Singanya Andromeda. Aura tajam miliknya seakan membuat gentar semua orang yang ingin mendekatinya. Keramaian adalah hal yang paling tidak disukainya. Menurut Leo, hidup tenang jauh lebih menyenangkan. Kehidupanny...