Part 2💫

10K 1.1K 148
                                    

Bagi Leoni, ada dua hal terpenting di dunia ini.

Yang pertama : Mana saya tahu, saya kan istri Kai. Kalian tanya Leoni aja sendiri!

Yang kedua : Udah dibilangin gak tau, masih aja dibaca.

Happy Reading -Istri Kai
               

Jika saja waktu itu Leo tidak merengek meminta pergi ke kebun binatang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika saja waktu itu Leo tidak merengek meminta pergi ke kebun binatang. Jika saja dirinya mau menuruti nasihat mamanya. Jika saja dirinya bisa memutar waktu kembali, mungkin keadaannya tak semakin runyam seperti saat ini. Leo menyesal. Sungguh menyesal. Bahkan kepada dirinya sendiri pun Leo tidak sudi.

Leo marah dengan dirinya sendiri.
Tetapi, sesal pun tak ada gunanya lagi. Semuanya sudah terlanjur. Kini tinggal dirinya yang harus mengatur semuanya.

Beberapa teman bisnis almarhum ayahnya sudah Leo hubungi untuk dimintai informasi yang sekiranya berguna untuk mengungkap kematian orang tuanya. Terkadang Leo merasa kalau dirinya terlalu bodoh saat masalah sebesar ini dirinya sepelekan sejak 7 tahun lalu. Mengapa dia baru sadar setelah semuanya sudah lama berlalu?

Pemuda itu menatap ponselnya yang memunculkan sebuah notifikasi dari seseorang. Dengan cepat Leo membukanya. Sesaat kemudian, helaan napas kecewa keluar dari mulutnya.

Lagi-lagi gagal.

"Bagaimana dengan bimbingannya tadi?" tanya Toni.

Leo menatap kakeknya sebentar lalu kembali mengalihkan pandangnnya ke arah ponselnya, "Baik-baik aja," jawabnya.

Toni mengangguk. Matanya menatap cucunya penuh selidik. "Tadi sore kemana?"

Leo mengepalkan tangannya menahan amarah. Seperti biasa, kakeknya selalu berlebihan dalam menyikapi dirinya. Apapun yang Leo lakukan, kakeknya itu harus mengetahui barang sekecil apapun urusannya. Tetapi, untuk masalah ini Leo terpaksa membohongi kakeknya.

"Ada bimbingan olim matematika," jawabnya berbohong. Leo menghela napas lega saat melihat Toni yang mengangguk-anggukkan kepala tanda bahwa dirinya percaya.

"Kakek lihat nilai-nilai kamu terus meningkat. Tapi harus lebih ditingkatkan lagi, sedikit lagi akan sempurna."

Sem-pur-na.

Itulah yang kakeknya harapkan darinya. Leo tidak benar-benar ingin menjadi pandai. Dirinya justru berharap menjadi remaja yang biasa-biasa saja. Melakukan apapun sesuai dengan kemauannya tanpa ada tuntutan hidup yang selalu ikut menyertainya.

"Kek."

"Kakek tidak mau tahu. Kamu harus belajar semaksimal mungkin supaya bisa menjadi penerus kakek. Siapa lagi kalau bukan kamu?" Toni mengelap bibirnya menggunakan tissu. Matanya masih terus menatap cucunya itu.

Leo hanya bisa menarik napas mencoba bersabar. Kalau saja kakeknya itu tahu kalau dirinya diam-diam ingin mengungkap kematian orang tuanya, Leo tidak tahu nasib apa yang akan mengerjainya.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang