Part 15💫

4.6K 695 129
                                    

"Suapin cilok itu ke mulut gue, sebelum berubah pikiran."

Leoni menampar pipinya pelan. Bisa-bisanya dia membayangkan hal seperti itu. Ya, itu hanyalah sebuah imajinasinya. Bukan kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya, Leo masih memandang cilok Leoni dengan tampang malas-malasan. Mengamati dengan teliti cilok itu. Kurang kerjaan sekali pemuda itu. Tinggal makan saja apa susahnya sih?

"Ini nggak bikin gue mati 'kan?" tanya Leo was-was.

Hampir saja Leoni mengeluarkan umpatannya kalau saja dia tidak ingat kalau cewek kiyud tidak boleh mengumpat. Yang bisa gadis itu lakukan hanyalah tersenyum paksa sambil menggelengkan kepalanya.

"Beneran?" tanya Leo masih ragu.

"Kalau cilok Oni bikin orang mati kenapa mereka nggak mati?!" Leoni menunjuk anak-anak jalanan itu yang tengah asik menikmati cilok Leoni.

Leo mengangguk-anggukkan kepalanya. Pemuda itu mulai membuka mulutnya lalu memasukkan satu butir cilok ke mulutnya. Dengan perlahan Leo mengunyahnya. Sedangkan Leoni, gadis itu berharap dengan cemas semoga Leo menyukai cilok buatannya.

Enak-batin Leo.

Karena ketagihan, Leo pun menghabiskan sepuluh butir cilok sekaligus. Melupakan rasa gengsinya terhadap Leoni hanya karena sebuah cilok.

Leoni hampir saja menyemburkan tawanya saat melihat Leo makan dengan lahap. Dugaannya benar, Leo pasti menyukai ciloknya. Terlihat dari cara makan pemuda itu yang antusias seolah-olah ada yang ingin merebut cilok itu.

"Gimana? Enak?" tanya Leoni semangat.

Leo menaruh kembali mangkuk yang sudah tidak berisi itu. "Biasa aja," jawabnya berbohong. Jelas-jelas tadi dirinya mengatakan  bahwa cilok buatan Leoni itu enak di dalam hati.

"Bohong! Jelas-jelas Leo makan cilok Oni lahap banget!" balas Leoni tidak terima.

Leo gelagapan. "I--itu karena gue laper!" jawabnya.

"Masa?" goda Leoni tidak percaya.

"Hm."

"Bohong!"

"Banyak bacod lo. Ayo balik!" titah Leo cepat. Daripada meladeni Leoni yang bisa-bisa membuatnya ketahuan, lebih baik Leo segera mengakhiri.

"Abang pulang dulu. Kalian baik-baik disini. Sholatnya jangan lupa sama ngajinya dikencengin," pesan Leo kepada anak-anak itu.

"Kakak kiyud cantik pulang dulu ya. Kalian jangan kangen. Ini Kakak kasih foto biar kalian nggak kangen." Leoni memberikan selembar foto dirinya kepada Adit. "Itu buat kalian semua. Jangan rebutan, ok? Nanti Kakak kasih lagi," lanjutnya.

"Siap Abang! Siap Kakak kiyud cantik!" balas mereka serempak.

Melihat itu Leo menggeleng-gelengkan kepalanya. Leoni itu memang makhluk yang pantas untuk dihujat. Ingin rasanya dia melenyapkan gadis itu dari bumi. Dulu saat belum ada Leoni di sekolah, kehidupannya berjalan tenang walaupun suram.

                          ♐♐♐

Dalam perjalanan menuju rumah Leoni, keduanya hanya diam. Suara bising kendaraan bermotorlah yang mengiringi perjalanan mereka. Entah apa yang membuat Leoni diam membisu saat ini. Yang jelas telinga Leo terasa damai saat suara Leoni yang menusuk telinga itu tak lagi terdengar.

Leo merasa punggungnya memberat akibat Leoni yang menyenderkan kepalanya. Pemuda itu menatap Leoni yang tengah menutup matanya melalui spion motor. Pantas saja gadis itu diam sedari tadi, sedang tidur rupanya.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang