Subuh-subuh seperti ini, Leoni sudah sibuk dengan pekerjaan rumah. Gadis itu membantu Bi Imah mulai dari beres-beres, menyapu, dan mengepel lantai. Setelah melakukan semua itu, kini dirinya beralih memasak untuk sarapan nanti.
"Bi Bro, tolong ambilin garam dong," ujar Leoni kepada Bi Imah yang sedang mengupas bawang. Dengan cepat wanita paruh baya itu mengambilkan garam untuk Leoni.
"Makasih Bi," ucap Leoni.
"Wangi banget baunya, Bro. Pasti enak nih," celetuk Bi Imah saat mencium bau sedap yang berasal dari nasi goreng yang tengah Leoni masak.
"Pasti enak dong, 'kan Oni yang masak." Leoni menjawab dengan kekehan ringan di akhir kalimatnya.
Bi Imah mengacungkan jempolnya. Menurutnya, Leoni itu adalah anak yang serba bisa. Otaknya pandai, baik hati, pintar beberes, pintar masak, apa adanya. Kurang apa lagi coba? Mungkin ... kurang waras?
Leoni mencicip nasi gorengnya. Lidahnya langsung bergoyang setelah sesendok nasi goreng itu masuk ke dalam mulutnya. "Oni udah cocok jadi Chef kayaknya."
Bi Imah tertawa mendengarnya. "Cocok kok, Bro. Banget malah."
Leoni menepuk dadanya dengan bangga. Kemudian keduanya tertawa bersama. Mereka memang sudah seperti pasangan ibu dan anak. Baik Leoni maupun Bi Imah, keduanya tidak lagi menganggap hubungan mereka sebatas pembantu dan majikan.
"Berisik! Masak jangan sambil bercanda!" sentak Nadira yang baru saja datang. Sepertinya, wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.
Leoni memutar bola matanya malas. "Mak Lampir ngapain di sini? Pergi sana, ganggu orang aja," balasnya tidak merasa takut.
Nadira melotot mendengar itu. "Berani kamu sama saya?!"
"Baaaaacoooooooodd," ledek Leoni sembari membentuk pelangi dengan kedua tangannya. Mati-matian Bi Imah menahan tawanya. Bisa dipecat dirinya kalau sampai ketahuan menertawakan majikannya.
"Kurang ajar kamu, Anak sialan!" balas Nadira, kesal.
"Baaaaaacooooooooodd!"
"Awas kamu!" Setelah mengatakan itu, Nadira pergi ke ruang makan. Lebih baik dirinya menunggu waktu sarapan di sana daripada harus beradu mulut dengan Leoni anak tirinya itu.
Setelah Nadira pergi, Leoni dan Bi Imah langsung melakukan tos ria. Dengan cepat keduanya menyelesaikan aktivitas memasak mereka. Leoni yang sudah selesai memasak nasi goreng itu mulai menatanya ke atas piring. Omong-omong, Reno sudah pulang. Leoni merasa senang setelah ayahnya pulang dari luar kota.
"Dadar gulungnya sudah siap," celetuk Bi Imah setelah berhasil menghidangkan dadar gulung buatannya yang terlihat menggiurkan lidah.
Keduanya mulai membawa hasil mereka ke ruang makan. Rupanya, Reno dan Nasha juga sudah nangkring di sana. Leoni tersenyum lebar melihat kedua orang itu. Dengan telaten ia mulai menata makanan di atas meja dengan rapi.
"Duduk, Oni," ujar Reno yang membuat Leoni menganggukan kepalanya. Gadis itu duduk di sebelah Nasha. Sementara Bi Imah langsung kembali ke dapur.
"Sekolah kamu gimana?" tanya Reno, memulai pembicaraan.
"Baik kok, Yah. Besok sekolah Oni ngadain camping buat memperingati hari ulang tahun AHS," balas Leoni dengan raut wajah yang ceria.
"Wah, seru dong," balas Reno ikutan senang.
Leoni mengangguk setuju. "Seru banget pasti! Banyak temen, nanti kita pasti nyanyi-nyanyi bareng."
Nasha yang mendengar percakapan itu pun langsung menunduk lesu. Wajah gadis itu terlihat sedih dan sedikit pucat. Mungkin dia merasa iri dengan Leoni yang terlahir menjadi anak yang begitu sehat, bukan seperti dirinya yang penyakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
أدب المراهقينLeonardo Marcelino, sering dijuluki -Singanya Andromeda. Aura tajam miliknya seakan membuat gentar semua orang yang ingin mendekatinya. Keramaian adalah hal yang paling tidak disukainya. Menurut Leo, hidup tenang jauh lebih menyenangkan. Kehidupanny...