Part 24💫

4.1K 668 125
                                    

Leoni menatap bingung ke arah Leo yang terlihat panik. Wajah pemuda itu terlihat menggemaskan ketika sedang khawatir seperti itu. Entah karena apa, Leoni tidak tahu. Tiba-tiba saja pemuda itu menelponnya dan menyuruhnya untuk turun ke bawah menemui dia. Malam-malam seperti ini, Leo mau apa? Iya, Leoni tahu kalau dirinya memang sengangenin itu jadi cewek.

"Nggak ada yang ganggu lo 'kan? Atau ada sesuatu yang aneh? Atau lo ngerasa dilihatin sama orang?" Oh ayolah Leo terlihat sangat aneh malam ini. Mulutnya yang terbiasa terkunci itu mendadak mengoceh seperti ini.

"Leo ... nggak kesurupan, kan?" Leoni menyentuh dahi Leo lalu membacakan mantra ngawur miliknya. "LalikoselaonwjqoabsjeoamwOnikiyudtiadatara." Kira-kira seperti itulah mantra yang Leoni ucapkan.

Leo menepis tangan gadis itu lalu membawa tubuh mungil Leoni ke dalam dekapan hangatnya. Tangannya bergerak mengelus lembut rambut milik Leoni. Ia yakin kalau gadis itu bisa merasakan betapa kencangnya jantung Leo berdetak. Bahkan saat perjalanan menuju rumah Leoni pemuda itu sama sekali tidak bisa menenangkan perasaannya.

"Gue tanya serius," ujar Leo mengintimidasi. Wajahnya itu terlihat kembali datar dengan pandangan menusuk yang tentu saja membuat Leoni merasa takut.

"On-Oon-Oni nggak apa-apa kok. Leo nggak usah khawatir kayak gitu, nanti Oni kepedean." Leoni menundukkan kepalanya dalam untuk menutupi semburat merah yang tercetak jelas di pipinya.

Leo menghembuskan napas lega setelah mendengar itu. Ia merogoh ponsel di saku celananya saat mendengar suara notifikasi. Dengan cepat Leo membaca sms yang masuk.

Sebegitu penting dia bagimu? Aku hanya mengetesmu saja. Ternyata, reaksimu benar-benar di luar dugaanku.

Leo mencengkeram erat ponselnya. Dari mana orang itu bisa mendapatkan nomornya? Itu semua tak luput dari penglihatan Leoni. Bahkan gadis itu bisa melihat dengan jelas urat leher pemuda itu terlihat jelas dengan wajah memerah seperti menahan amarah.

"Leo kenapa? Oni takut ...," cicit Leoni pelan.

Setelah meredakan emosinya, Leo memegang tangan gadis itu lalu menggeleng pelan. "Gak apa-apa."

"Beneran?" Melihat anggukan dari Leo tentu saja membuat Leoni tidak percaya. Mimik wajah pemuda itu jelas mengisyaratkan kalau ada sesuatu yang terjadi.

"Udah malam. Masuk sana. Maaf ganggu." Leo tersenyum tipis dan menepuk puncak kepala Leoni hingga menghadirkan sengatan luar biasa di tubuh Leoni. Jadi ini yang dirasakan cewek-cewek di dunia wattpad? Ternyata menyenangkan.

"Nggak ganggu kok. Leo pergi dulu aja, Oni tungguin," ujar Leoni.

Tanpa lama-lama Leo segera mengenakan helmnya kembali dan menaiki motornya. Sekali lagi ia menatap Leoni sebelum pergi bersama motornya dengan kecepatan tinggi.

Gadis yang mengaku kiyud itu memegang kedua pipinya lalu beralih memegang dadanya. "Leo ganteng banget sih." Dengan geram Leoni menggigit lengan bajunya untuk menahan teriakannya.

Keningnya berkerut saat melihat sebuah gantungan yang terjatuh di atas tanah tempat Leo berdiri tadi. Ia pun mengambilnya. Matanya membulat saat melihat tulisan yang terukir di sana.

Ino dan Oni

                         ♐♐♐

Leoni melangkahkan kaki gemetar ke arah meja makan. Matanya menatap ayahnya yang sudah duduk manis di sana beserta Nasha dan juga Nadira. Leoni ingin langsung pergi ke sekolah saja daripada harus berada di antara mereka bertiga yang sepertinya sudah bahagia tanpanya. Namun Ayahnya itu pasti akan kesal jika dirinya bertindak seenaknya sendiri. Meskipun ragu, Leoni menarik satu kursi lalu duduk di atasnya.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang