Jangankan menyukaimu,
melirikmu saja aku malas.💫Happy Reading💫
Leo berhenti menjalankan motornya saat dirinya dikepung oleh tiga mobil di sekelilingnya. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi dan jalanan yang kini dilewatinya selalu sepi apalagi di jam segini. Entah apa maunya orang-orang berjas hitam itu menghadangnya seperti ini.
Tanpa Leo duga mereka langsung menyerangnya tanpa ampun. Sehebat apapun ilmu bela diri yang Leo kuasai, tetap saja tidak sebanding dengan mereka yang berjumlah sekitar sepuluh orang. Apalagi main keroyokan.
Dengan sekuat tenaga Leo mengerahkan energinya walaupun ia tahu itu hanya sia-sia, tetapi setidaknya ada usaha dari dirinya.
"Bangsat lo!" umpat Leo keras saat salah satu dari mereka menendang perut bagian ulu hati. Pusat kelemahan Leo.
♐♐♐
"Oni pacarnya siapa?"
"EXO!"
"Oni pacarnya siapa?"
"EXO!"
Kalian salah jika mengira Leoni berbicara dengan orang lain. Melainkan dia berbicara dengan dirinya sendiri. Entahlah, itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dini. Terserah mereka jika ingin mengatai dirinya gila, yang terpenting tidak untuk kenyataannya.
Pagi ini Leoni berjalan kaki menuju sekolah. Di rumah tidak ada orang dan sepedanya pun rusak setelah dipinjam tetangganya yang tidak bertanggung jawab. Jadi, Leoni memutuskan untuk berjalan kaki sekalian berolahraga pagi.
"Oni sedih." Leoni mengerucutkan bibirnya, "hari ini Oni nggak bisa jualan cilok, huaaaaa," ujarnya histeris. Mungkin orang lain akan mengiranya alay. Baginya, tiada hari tanpa promosi, tiada hari tanpa cilok, dan tiada hari tanpa Oppa-Oppa Korea.
"Nanti kalau Oni Cilovers nanyain gimana? Oni harus jawab apa?" gumamnya semakin menggila.
"Gara-gara kopi syalan." Leoni menutup mulutnya yang tertutup masker menggunakan tangan.
"Astagfirulloh, Oni lupa kalau cewek kiyud nggak boleh ngumpat," ujarnya menyesal.
Bughh
Bugghhh
Bughhh
Leoni menatap sekitarnya mencari sumber suara itu. "Itu suara apa? Oppa Korea jatuh dari surga?"
Leoni mempercepat langkahnya saat berhasil menemukan sumber bunyi itu menggunakan telinga tajamnya. Alangkah terkejutnya dia saat mendapati Leo dengan sepuluh orang berjas hitam yang mengeroyoknya.
Leoni berjongkok di atas aspal, memukul kepalanya tidak jelas, lalu berdiri lagi dengan bibir yang digigit keras. Bingung harus apa dirinya ini. Tiba-tiba muncul sebuah ide cemerlang yang selalu hadir di otak kecil-kecil cabe rawitnya itu.
Dengan tangan yang bergetar Leoni membuka aplikasi youtube di ponselnya. Beruntung hari ini gadis itu membawa ponsel mahalnya. Lalu dengan cepat Leoni mengetikkan sesuatu di kolom penelusuran.
Suara sirine polisi
Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, Leoni buru-buru memutarnya. Dengan jantung yang berdegup kencang juga tubuh yang bergetar tak karuan, Leoni berharap dirinya tidak ketahuan. Suara sirine polisi yang berasal dari ponselnya mengalun dengan kerasnya.
Hampir saja gadis itu menyemburkan tawanya melihat para pria berjas hitam itu lari dengan tergesa-gesa meninggalkan Leo yang seudah terkapar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Teen FictionLeonardo Marcelino, sering dijuluki -Singanya Andromeda. Aura tajam miliknya seakan membuat gentar semua orang yang ingin mendekatinya. Keramaian adalah hal yang paling tidak disukainya. Menurut Leo, hidup tenang jauh lebih menyenangkan. Kehidupanny...