Part 25💫

4.2K 669 195
                                    

Ssstttt tahan dulu. Jadi, kemarin ada yang minta dibuatin grup WA. Kira-kira kalian pada setuju nggak nih? Kita bisa saling sharing, nambah temen, dan tahu info-info tentang Leo juga. Mau halu bareng juga boleh, mau promosi, minta saran, bebas deh pokoknya. Kalau setuju langsung komen di sini, oke?

                              ••••

Happy Reading!

Leoni menangis sekencang-kencangnya di dalam pelukan erat Leo. Sesak di dadanya perlahan berkurang. Rasa rindu yang selama ini menggebu di dadanya tumpah begitu saja bersamaan dengan isak tangisnya. Beberapa kali Leo mengecup puncak kepala gadis itu. Pemuda itu memejamkan matanya. Merasakan sensasi yang selalu terasa menyenangkan ketika bersama Leoni.

Beberapa saat kemudian keduanya mengurai pelukan. Telapak tangan Leo mulai menghapus air mata yang membanjiri deras pipi mulus milik Leoni. Gadis kecilnya telah kembali dalam genggamannya.

"Lo inget semuanya?" tanya Leo dengan mata yang masih tidak percaya. Ia kira Leoni benar-benar telah melupakan dirinya. Karena itu lah Leo hanya diam saja selama ini semenjak mengetahui kalau Leoni benar-benar sahabat kecilnya.

Leoni mengangguk kecil. Ia menggenggam erat gantungan kunci bertuliskan 'LEO' itu dengan raut bahagia. Jadi, selama ini dugaan Leoni benar?

"Oni kira Leo yang udah lupa sama Oni." Leoni menggembungkan pipinya lucu hingga membuat Leo tak tahan untuk tidak mencubitnya.

"Nggak ada satu hari pun dalam hidup gue buat nggak mikirin lo, On." Senyum tipis menghiasi bibir Leo. "Gue baru sadar setelah kejadian di UKS waktu itu. Kita emang nggak punya hubungan darah, tapi setiap lo ngerasa sakit atau pun sedih gue pasti ikut ngerasain. Makanya waktu gue ngobatin lo waktu itu ikut ngerasain sakitnya."

Pipi Leoni bersemu merah. "Oni kaget waktu denger nama Leo pertama kalinya. Tapi setelah lihat muka Leo yang galak itu Oni jadi ragu. Dulu 'kan Leo ompong, manja, suka nangis, lucu, imut. Makanya Oni nggak tahu kalau itu Leo."

"Gue terlalu tambah ganteng sampai lo lupa sama wajah gue?" Leo menaik turunkan alisnya yang membuat Leoni meninju dada pemuda itu pelan. Dasar kepedean!

"Terus kenapa Leo nggak ngaku aja sih?! Harusnya Leo itu peka! Masa Oni duluan yang harus ngaku!" Leoni membalikkan tubuhnya membelakangi Leo.

"Lo 'kan tahu kalau gue orangnya gengsian. Kalau gue tiba-tiba ngomong kalau kita ini sahabatan waktu kecil apa nggak aneh gitu? Kalau misalnya lo lupa gimana?" Leo berjalan mendekat ke arah Leoni lalu mencubit gemas hidung gadis itu.

"Oni marah pokoknya!" ujar Leoni kesal lalu memalingkan wajahnya.

Leo menarik napasnya panjang. Dalam waktu dua detik ia berhasil membawa Leoni ke gendongannya dan membawa lari gadisnya itu. Tentu saja Leoni tidak kuasa untuk menahan rasa senangnya. Ia mengalungkan tangannya ke leher sahabatnya itu.

"Ino janji jangan pernah tinggalin Oni, ya?

Leo tersenyum. "Ino nggak akan pernah ngingkarin janji."

                              ♐

"Kenapa Oni nggak pernah tahu kakek Leo?" tanya Leoni sembari menikmati es wawan yang menjadi kesukaannya sejak kecil.

Leo menatap gadia itu. "Kakek gue dulunya tinggal di mansionnya. Paling kalau mau ketemu dia harus gue sama mama papa yang ke sana."

Leoni manggut-manggut. "Leo pernah cerita ke Oni kalau orang tua Leo meninggal karena dibunuh 'kan?"

Leo langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Pandangannya mendadak kosong ke depan. Hal itu membuat Leoni tidak tega. Namun dirinya berhak tahu, kan?

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang