Part 26💫

4.1K 639 161
                                    

Ceklek

Baik Leoni, Nasha, maupun Bi Imah kompak menengok ke arah pintu masuk ruang rawat Leoni. Nasha yang melihat Leo pun langsung membulatkan matanya terkejut melihat kehadiran pemuda itu. Leo yang dilihat seperti itu hanya bisa meringis canggung. Tidak tahu harus berbuat apa.

"Leo? Kenapa bisa di sini?" Nasha menatap Leo dan Leoni secara bergantian. Ekspresinya menandakan kalau dirinya tengah kebingungan dan bertanya-tanya.

Leoni memejamkan matanya sejenak. Ia masih cukup kaget setelah mengetahui kalau ternyata Nasha menyukai Leo. "Dia sahabat Oni waktu kecil."

"Hah? Sahabat? Kok bisa?!" ujar Nasha kebingungan.

"Bisa. Dia sama gue pisah waktu umur tujuh tahun," sahut Leo. Ia memberikan sebuah boneka kecil untuk Leoni. "Buat lo." Leo tersenyum tipis dan itu sangat manis.

"J-jadi kalian udah kenal duluan sebelum aku?" tanya Nasha untuk memperjelas semuanya.

"Kita lahir aja bareng." Leoni tertawa kecil.

Nasha terkejut bukan main. Ternyata ia menyukai sahabat dari adiknya sendiri. Ia memegang dada sebelah kirinya yang mendadam terasa sakit lalu terduduk di atas lantai. Semuanya panik melihat itu.

"Non kenapa?" tanya Bi Imah sembari membantu Nasha berdiri dan membawanya duduk di atas sofa.

"Lo sakit?" tanya Leo.

"Aku penyakitan." Nasha tersenyum sendu. "Aku sakit jantung dari kecil. Mungkin karena kaget dadaku jadi agak sakit."

"Maaf," balas Leo merasa tidak enak.

"Santai aja." Nasha menarik napas kuat-kuat lalu menghembuskannya secara perlahan. Mencoba untuk meredam rasa sakit di dadanya.

"Nasha pulang aja, ya. Besok Oni udah boleh pulang kok. Takutnya nanti mama marah sama Nasha," ujar Leoni memberitahu. Ia tidak ingin kakaknya itu ikut kena marah akibat datang menjenguknya.

"Oni sama siapa nanti?" Sebenarnya Nasha ingin merawat Leoni. Namun ia sadar kalau dirinya tidak mampu.

"Oni biar sama Bi Bro." Leoni tersenyum. "Leo, tolong anterin Nasha, ya?" pinta Leoni dengan sorot mata penuh harap.

Leo ingin menolak namun saat melihat tatapan Leoni yang seperti itu ia tidak tega untuk menolaknya. "Ayo," ujarnya kepada Nasha.

Keduanya pun keluar dari ruang rawat Leoni. Nasha berjalan di samping Leo dengan senyum yang tertahan. Ia merasa senang bisa bertemu dengan Leo lagi. Dirinya begitu senang karena Leoni ternyata berteman dengan pemuda itu. Sepertinya Nasha akan mudah untuk bertemu dengan Leo.

"Ternyata lo kakak tirinya Leoni, ya?" Leo memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Iya. Baru jalan dua tahun ini." Nasha tersenyum senang. Semenjak ada Leoni hidupnya menjadi tidak sesepi dulu.

"Oni kalau di rumah bahagia gak?" Entah mengapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Leo.

Nasha mengerutkan keningnya. "B-bahagia kok."

"Bener?" tanya Leo lagi.

"Mama jahat kalau sama Oni." Nasha menunduk. Mengingat beberapa kali Nadira memperlakukan Leoni dengan tidak adil.

Leo menatap gadis di sampingnya. Ia mengingat kalau Leoni dulu pernah menyebut mama tirinya dengan sebutan mak lampir. "Contohnya?"

"Mama gak pernah ngasih uang jajan ke Oni. Padahal papa selalu ngasih uang bulanan buat Oni lewat mama," balas Nasha.

"Karena itu Oni jualan cilok?"

Nasha mengangguk. "Masih untung Leoni dapet beasiswa. Kadang aku coba bujuk mama tapi mama malah marahin aku."

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang