Part 14💫

4.6K 703 131
                                    

    💫Happy Reading Gaisss!! 💫

Alvino membantu Leoni berdiri. Gadis itu menjadi malu sendiri kalau begini. Wajahnya pasti acak-acakan, padahal di depannya ada cogan. Meskipun ia yakin kalau wajahnya tetap kiyud, bagaimanapun keadaannya.

"Alvino kelas berapa?" tanya Leoni.

"Sebelas IPS 3. Lo kelas berapa?" tanya Alvino.

"Oni kelas sebelas IPA 1," jawab Leoni.

"IPA 1? Kok gue nggak pernah liat lo, ya?" tanya Alvino bingung. Ia hampir hafal seluruh wajah perempuan cantik di AHS. Tapi Leoni, ia sama sekali belum pernah melihatnya.

"Oni murid baru. Sekitar dua minggu resmi jadi anak AHS," jawab Leoni yang membuat Alvino mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Pantas saja ia tidak pernah melihat Leoni. Selama dua minggu kemarin pemuda itu tidak masuk sekolah karena ibunya yang harus menjalani pengobatan ke Singapura. Dan Alvino sebagai anak satu-satunya harus menemani ibunya itu.

"Stok cewek cantik disini nambah lagi. Selamat datang di AHS, Cia." Alvino memasang senyum tampannya yang bisa membuat siapapun leleh kepadanya.

"Makasih," balas Leoni ramah.

"Oh iya, lo tadi kenapa nangis?" tanya Alvino kepo. Pemuda itu memang anti membuat cewek menangis. Menurut Alvino, jika dirinya membuat perempuan maka sama saja ia menyakiti ibunya. Walaupun terkenal dengan tampang BadBoy-nya, sering menggoda cewek-cewek, dan urakan, berbanding terbalik dengan hatinya yang cheese cake.

"Ada yang ngatain cilok Oni," ujar Leoni lesu. Mengingat perkataan Singa tadi membuatnya kembali ingin mewek.

"Cilok?" beo Alvino.

"Oni jualan cilok. Tapi ada orang yang seenaknya ngatain cilok Oni. Padahal 'kan cilok Oni itu paling enak di dunia. Apalagi yang buat orang kiyud kayak Oni," jelas Leoni.

Alvino terkekeh sebentar. "Siapa yang ngatain? Biar gue hajar orangnya," ujar Alvino dengan menyingkap lengan bajunya. Bersiap-siap untuk menghajar.

Leoni panik. "Eh! Eh! Jangan!" katanya melarang.

"Siapa juga yang mau hajar beneran. Sayang muka tampan gue nih," jawab Alvino. Pemuda itu mengelus hidungnya yang mancung.

"Ish! Kepedean banget sih!" gerutu Leoni sebal.

"Emang lo nggak kepedean?" Alvino menaik turunkan alisnya berniat menggoda Leoni.

"Oni 'kan emang kiyud, Al gimana sih?" Leoni mengerucutkan bibirnya kesal.

Alvino tertawa. "Iya, kiyud kok. Di AHS kayaknya lo yang paling kiyud," balas Alvino yang membuat Leoni terbang ke atas awan.

"Alvino! Leoni! Ngapain kalian disini?! Bukannya ini udah masuk jam pelajaran pertama, hah?!"

Bu Muzir yang kerap disapa Bu Mujair itu datang dengan teriakan keras sambil membawa rotan andalannya. Pelototan matanya yang membuat bola matanya ingin copot itu selalu membuat siswa-siswi AHS ingin mencongkelnya menggunakan garpu. Katakan ini sadis.

"Eh Bu Mujair. Gue lagi kenalan sama Cia nih Bu." Memang bukan hal baru kalau Alvino tidak sopan menggunakan logat itu kepada guru.

"Cia? Dia itu Oni. Cepat kembali ke kelas! Baru saja masuk sekolah sudah membuat kesalahan lagi! " balas Bu Muzir.

"Terserah gue dong. Udah Bu, jangan marah-marah terus. Keriputnya makin kentara tuh." Setelahnya Alvino berlari sekuat tenaga menghindari amukan jelmaan nenek sihir yang satu itu.

"Sampai ketemu lagi, Cia!" Alvino melambaikan tangannya sembari berlari dan menyempatkan untuk mengejek Bu Muzair dengan menjulurkan lidahnya.

"ALVINO DEWANTARA!" teriak Bu Muzair yang membuat gendang telinga Leoni ingin pecah saat itu juga.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang