Part 17💫

4.4K 651 71
                                    

Leoni tersenyum ke arah Alvino yang berdiri di depan pintu rumahnya. Setelah mengiyakan ajakan cowok itu, Alvino langsung menuju ke rumahnya. Alasan Leoni menerima ajakan Alvino salah satunya karena tidak betah lama-lama di rumah. Daripada harus berhadapan dengan Nadira terus menerus, lebih baik Leoni pergi jalan-jalan sebentar. Mak Lampir bertopeng malaikat itu pasti akan mengerjainya.

"Al kok bisa tahu rumah Oni? Terus dapet nomor Oni darimana?" tanya Leoni yang sedari tadi merasa penasaran.

"Gue tahu rumah lo gara-gara waktu pulang sekolah nggak sengaja lihat lo masuk perumahan ini," balas Alvino.

"Kok tahu kalau rumah Oni yang ini?"

"Nurutin kata hati," balas Alvino yang membuat Leoni tertawa mendengarnya. "Kalau soal nomor, gue dapet dari seseorang," lanjutnya.

Leoni mencebikkan bibirnya. Padahal sejak tadi dia sudah bertanya-tanya dalam hati. Tetapi cowok itu tidak menjawabnya dengan jelas.

"Gue izin orang tua lo dulu, ya?" ucap Alvino. Sebagai cowok yang gentle, meminta izin sungguh hal yang mudah.

"Eh nggak usah, Oni udah izin kok sama Ayah," balas Leoni. Dia memang meminta izin kepada Reno untuk pergi dengan catatan tidak boleh pulang larut malam.

"Yaudah. Yuk berangkat," ajak Alvino.

"Yuk," jawab Leoni.

Alvino memberikan helm yang dibawanya untuk Leoni kepada gadis itu. Setelah siap, keduanya mulai membelah jalanan yang lumayan ramai waktu itu. Padahal besok adalah hari Senin.

                         ♐♐♐

Ternyata, Alvino membawanya ke pasar malam yang terletak tidak jauh dari rumah Leoni. Gadis itu bahkan tidak tahu kalau ada pasar malam disini. Leoni turun dari atas motor, matanya menggulir menatap ke sekeliling. Banyak pasangan remaja, anak-anak, orang tua, dan masih banyak lainnya.

Leoni bertepuk tangan senang saat melihat beberapa pedagang yang berjejer. Perutnya seketika memberontak minta diisi. Tatapannya tertuju kepada penjual kembang gula yang berada di dekat mereka berdua. Tanpa lama-lama, Leoni menarik tangan Alvino menuju penjual kembang gula itu.

Melihat keantusiasan Leoni, Alvino tersenyum. Terlihat lucu di matanya.

"Pak! Mau dong yang warna pink!" ujar Leoni girang kepada Bapak penjual kembang gula. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Leoni mengeluarkan dompet berniat membayarnya.

Alvino mencegahnya. "Biar gue yang bayar. Tenang aja, ini duit gue sendiri kok," ujar Alvino yang membuat Leoni mengurungkan niatnya untuk membayar makanannya. Menolak rezeki sungguh tidak baik, bukan?

"Makasih Al," ujar Leoni dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya.

Alvino mengangguk. "Duduk disana yuk." Alvino menunjuk sebuah kursi di depannya. Leoni pun menuruti ajakan cowok itu.

Gadis itu tampak asik memakan kembang gulanya. Mungkin itu adalah makanan favorit Leoni. Ketika sedang menikmati kembang gulanya, dering telepon berbunyi yang membuat Leoni dengan cepat membuka tasnya.

"Bisa ke rumah gue nggak?"  ujar seseorang di seberang sana.

Leoni mengerutkan keningnya saat mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Gadis itu melihat nama konfak yang menelponnya 'Leo Tampan'. Oh pantesan.

"Ngapain?" tanya Leoni.

"Bu Pipin nyuruh kita ngerjain soal dan dikumpulin besok. Udah tadi pagi ngasih tahunya, cuman gue lupa."

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang