Part 20💫

4.3K 694 86
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya vote dulu gais, awkwk. Setelah vote, follow instagram @leoni_kiyud @leo_nardomarcel dulu. Ditungguin sama mereka.

Udah belum?!

Selamat membaca 💫

****

Leoni menatap sendu ke arah Reno, Nadira, dan Nasha. Senyum getir menemani paginya kali ini. Hatinya terasa sakit melihat Reno yang terlalu sibuk mengurusi Nasha dan mencampakkan dirinya begitu saja. Semakin Leoni diam, Nadira akan semakin berkuasa dan menindas dirinya. Leoni hanya ingin mendapatkan secuil kasih sayang antar keluarga. Hanya itu, tidak lebih.

Leoni ingin berpamitan hendak pergi ke gedung perlombaan pagi ini. Namun sayangnya, Nasha kembali kumat. Penyakit jantung kakak tirinya itu terlihat semakin parah. Leoni tidak tega melihatnya. Tapi, dirinya juga ingin merasakan kasih sayang Reno dan Nadira seperti yang kakaknya itu dapatkan.

Ponsel Leoni berbunyi. Dengan malas ia membukanya. Matanya membulat saat melihat nama seseorang tertera di sana.

Leo Tampan

Mau dijemput?

Leoni tersenyum tipis melihatnya. Jarinya mulai mengetikkan balasan.

Enggak usah, Oni mau berangkat sendiri.

Leoni tidak ingin merepotkan pemuda itu. Ia memilih untuk pergi ke gedung perlombaan sendiri saja.

Leo Tampan

Hati-hati.

Perasaan Leoni terasa lebih baik. Leo telah berhasil memulihkannya. Perhatian kecil yang pemuda itu berikan terasa begitu berharga bagi Leoni. Gadis itu tertawa kecil. Jurus ciloknya ternyata mampu meluluhkan Leo.

Dengan menarik napas dalam Leoni bangkit dari duduknya. Ia tidak boleh terlihat lemah. Leoni kiyud yang dikenal orang-orang adalah seorang yang periang dan selalu menebar senyuman.

Ia masih harus berjuang di perlombaan nanti.

Setelah berpamitan dengan Bibi, Leoni keluar dari rumah dengan berjalan kaki. Ia harus berjalan terlebih dahulu menuju halte untuk menaiki bus. Hari masih pagi dan jalanan terlihat begitu lenggang.

Sesampainya di halte, Leoni memutuskan untuk duduk terlebih dahulu. Tepat saat dirinya mendaratkan bokongnya di atas kursi, sebuah kain yang sudah diberi obat bius itu menutup mulut dan hidungnya.

Beberapa detik kemudian Leoni kehilangan kesadarannya.

                        ♐♐♐

Leo bingung, panik, dan gelisah. Leoni sama sekali tidak bisa dihubungi. Waktu mulainya perlombaan pun tinggal beberapa menit lagi. Ini salahnya, mengapa tadi pagi ia tidak menjemputnya? Salah satu pihak sekolah pun sudah datang ke rumah Leoni. Namun katanya, kondisi rumah gadis itu kosong.

Leo mengacak rambutnya kesal. Apakah gadis itu kenapa-kenapa saat menuju ke sini? Apakah ada halangan di jalan sampai membuatnya terlambat?

"Bagaimana ini, Leo?" Mrs. Pipin ikut panik di sebelah Leo. Ini bukan perlombaan main-main. Jika AHS sampai gagal mengikutinya, maka reputasi nama baik sekolah akan tercoreng.

"Saya enggak punya pilihan lain selain mengganti Leoni," ujar Mrs. Pipin menyerah. Daripada lomba ini gagal lebih baik mengganti Leoni dengan personil lain.

"Tunggu bentar lagi, Bu. Mungkin macet," balas Leo tak ingin Leoni diganti.

"Macet apanya? Jelas-jelas ini masih pagi dan jalanan juga lenggang," jawab Mrs. Pipin. Ia yakin kalau terjadi apa-apa dengan Leoni.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang