Kelima pria itu menyaksikan sendiri Lilly tertidur pulas di tempat tidurnya, mungkin itu efek dari obat yang diberikan oleh dokter Andy. Louis dan Harry langsung menarik Liam. Zayn dan Niall yang melihat itu hanya mengikuti Louis dan Harry saja.
Liam bingung melihat keempat rekannya yang melihatnya seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Apa kesalahan yang kulakukan?, tanya Liam dalam hatinya.
"Jujur." kata Harry. Liam langsung mengangguk.
"Apa kau mempunyai perasaan pada Lilly?" tanya Louis.
Damn.
Liam diam, bingung akan menjawab apa.
"Oke. Sudah dapat disimpulkan! Berhati-hatilah dengan wanita itu." kata Niall. Dia menepuk pundak Liam pelan, setelah itu Niall berjalan menuju kamarnya.
"Well, dia memang mempesona sih. Seandainya dia satu agama denganku." kata Zayn. Dia bangkit dan berjalan menuju kamarnya juga.
"Liam. Jangan sampai ini membuat pekerjaan kita berantakan." kata Harry. Harry juga berjalan menuju kamarnya.
"Kau tau bagaimana sifat Lilly bagaimana. Bijaksanalah." peringat Louis. Louis juga berjalan menuju kamarnya.
Sedangkan Liam, dia masih berada di tempat. Bingung bagaimana mereka bisa mengambil kesimpulan seperti itu?. Apakah tingkah atau ekspresinya terlihat seperti aku mempunyai perasaan pada Lilly?, tanya Liam dalam hati.
***
"Jangan pernah melihat ke belakang, masa depanmu ada di depan. Ikuti apa kata hatimu, itulah yang terbaik. Maka dari itu jagalah hatimu, nak. Jangan pernah menaruh dendam pada orang lain, maafkan kesalahan orang lain. Itulah kekuatanmu, tidak ada yang lebih hebat dari kekuatan itu"
DUAAARRR
"DAD!!!!"
Lilly berteriak. Dia selalu berteriak jika mendapat mimpi itu. Semakin lama mimpi itu terasa semakin nyata. Lilly menatap dinding langit dengan napasnya yang memburu. Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi, Lilly bangkit dari tempat tidurnya. Dia berencana untuk mandi, setelah itu pergi menemui psikiaternya.
Lilly tidak mampu untuk berdiri, kedua kakinya terasa lemas. Lilly terjatuh tepat di depan dimana sebuah figura terpajang. Lilly melihat foto dirinya bersama ayahnya. Lilly rindu dengan ayahnya, dia membutuhkan ayahnya karena saat ini dia sedang tersesat. Dia memang tersesat. Tersesat terlalu jauh dari jalan hidupnya.
Lilly memeluk kedua kakinya, dan menangis disana. Menumpahkan rasa rindu pada ayahnya. Jika dia bisa melakukan sesuatu untuk mengembalikan ayahnya, Lilly akan lakukan itu. Lilly benar-benar membutuhkan ayahnya saat ini.
***
Zayn, Louis, Harry, Niall, dan Liam sedang berada di ruang tengah. Mereka sedang menonton berita pagi di televisi bersama. Terkadang mereka menceritakan diri mereka satu sama lain. Kelima lelaki itu terkaget ketika mendengar teriakan yang sangat kencang, sampai menggema ke seluruh seluk beluk rumah ini.
"Lilly!" kata Zayn.
Kelima pria itu langsung berlari menuju kamar Lilly. Takut sesuatu terjadi pada wanita itu. Bisa saja Randall menyusup ke dalam kamar Lilly, dan mencoba untuk membunuh wanita itu.
Kelima pria itu menemukan Lilly terduduk di lantai. Memeluk kedua kakinya dan menangis disana. Kelima pria itu melirik satu sama lain. Harry menyenggol pundak Louis, sedangkan Niall menyenggol pundak Liam. Zayn memberi isyarat agar mereka berdua menghapiri Lilly.
Louis dan Liam menatap satu sama lain. Mereka sama-sama mengangguk, lalu mulai berjalan mendekati Lilly. Ketika mereka berdua sudah berada di dekat Lilly. Mereka saling menyuruh satu sama lain untuk menegur Lilly lewat tatapan. Karena terlalu lama berdebat, Lilly keburu mendongakan kepalanya. Mengusap air matanya, lalu menatap Liam dan Louis. Liam dan Louis langsung salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Direction [ON EDITING]
Fanfic[COMPLETED] Lilly Kensbrook, akan bekerja sama dengan lima lelaki dengan latar belakang yang berbeda-beda serta kemampuan yang berbeda-beda pula. Niall Horan, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Liam Payne, dan Harry Styles. Dapatkah mereka berhasil memeca...