Our Direction : One Direction - 11

3K 376 33
                                    

"AMANDA?!" teriakku dan Niall bersamaan.

Tidak tahu apakah dia mendengar percakapan kami yang menurutku begitu intens tadi atau tidak, kuharap tidak. Perempuan itu memakai topi warna hitam dan rambut panjangnya ia kuncir tinggi. Tidak ada yang begitu berbeda dari terakhir kali aku bertemu dengannya.

"Louis php" gumam Niall kecewa.

Dia tidak tahu kalau aku merasa lebih kecewa, Niall langsung mengeluarkan mobil dengan gusar sampai-sampai bagian belakang mobil ini menabrak mobil lain.

"Kau lulus ujian mengemudi tidak sih Horan?" omel Amanda yang tak mendapat gubrisan dari Niall.

Dari awal aku tahu kalau Niall tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk bersatu dengan Liam. Selama perjalanan tidak ada yang mencoba untuk memecah keheningan, Niall yang biasa paling tidak bisa diam tidak menggerakkan bibirnya sedikit pun. Raut wajah Niall saat ini menandakan lelaki itu sedang mencoba untuk meredam amarahnya.

Jadi dia juga sangat berharap kalau yang akan kami temui adalah Liam, sama sepertiku?. Jangankan salahkan kami berdua, salahkan saja si Tomlinson itu yang telah memberikan sebuah harapan palsu. Kenapa tidak ditempat lain?. Kenapa harus di supermarket itu. Apa Louis tidak tahu kalau supermarket itu memiliki sebuah kenangan tersendiri untukku dan Niall?.

Shit. Aku bodoh, kenapa aku masih terus berharap? Kuulangi, berharap hanya membuatku semakin lemah.

***

"Apa yang terjadi dengan wajahmu? Ini semua pasti akibat rencana Louis kan?" tanya Amanda saat aku baru saja melepaskan masker yang membuatku langsung menatapnya curiga. Kumasukkan masker pemberian Zayn ke dalam saku celanaku.

Jadi, Amanda tahu apa yang Louis rencanakan?. Aku menatap Harry yang asik memakam sandwich nya. Dia tidak terlihat curiga atau apa sama sekali, dia terlihat biasa saja. Sungguh aku bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Jika mereka merahasiakan rencana mereka padaku, well aku bisa berbuat lebih. Tanpa pamit aku keluar dari ruangan ini untuk menemui Kevin.

"Hey Kevin" sapaku. Matanya yang agak sipit menatapku lekat, sekilas wajahnya mirip dengan wajah boyband-boyband korea yang anggotanya terlalu banyak itu. Aku bahkan bingung mereka mau bernyanyi atau tawuran?. "Bisa kau bantu aku?"

"Apa yang harus kulakukan?" balasnya. Untung saja Kevin lumayan ahli dalam soal IT ditambah setiap PC yang ada di lantai ini akan otomatis terhubung dengan komputer yang selalu setia menemani Kevin selama ini.

"Bisakah kau temukan satu alamat dari laptopnya Louis?" tanyaku.

"Kenapa tidak tanya langsung saja pada orangnya?" tanya Kevin balik. Aku mengumpat dalam hati, aku tidak mungkin mengatakan semuanya pada Kevin jatuhnya aku malah curhat dengannya. "Ok, aku mengerti. Tunggu sebentar"

Kevin pun berkutat dengan komputernya, matanya menari ke sana kemari. Mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama mengingat Louis sangat menjaga keamanannya, aku yakin semuanya ada dalam laptopnya itu.

"Ini pesananmu" Kevin menyodorkan sebuah notes padaku.

"Oh ya, ada satu lagi" ucapku. "Aku pinjam mobil lagi"

Kevin hanya menaikkan kedua pundaknya lalu memberikan sebuah kunci yang berbeda dari yang Niall kendarai. "Semuanya sudah berada disana. Aku tahu apa yang akan kau lakukan. Kembali dengan selamat atau aku akan ditendang dari sini oleh Paul karena membiarkanmu melakukan suatu hal bodoh

"Terima kasih. Jika aku kembali, kupastikan kau naik jabatan"

"Aku akan menagih itu Kensbrook" aku memberikan senyum singkat lalu membalikkan badanku. "Tunggu" cegat Kevin. Aku berbalik kembali lalu menatapnya lagi "Kau akan butuh ini"

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang