Our Direction: The Phsycopath - 5

8.4K 610 60
                                    

"Permisi, bisa berikan kami data pasien yang bernama Randall dan bisa tunjukan kamarnya?" kata Lilly kepada seorang suster yang berada di meja resepsionis.

Suster itu tentu tahu perempuan yang berada di hadapannya adalah Lilly Kensbrook, akhir-akhir ini suster itu sering melihat Lilly muncul pada acara berita televisi. Suster itu sedikit merasa gugup.

"Maaf. Tapi, pihak rumah sakit menjaga privasi setiap pasiennya" jawab suster itu.

Lilly kemudian menunjukan kartu keanggotaannya sebagai seorang detektif di NY Investigation. "Untuk apa kalian menjaga privasi pasien kalian jika pasien kalian telah mencoba untuk membunuh presiden?" kata Lilly yang membuat suster tersebut tertegun.

"Baiklah. Biar saya tunjukan" kata suster itu. Suster itu keluar dari meja resepsionis, lalu mulai melangkah menuju kamar yang dulu ditempati oleh Randall. Suster itu langsung diikuti oleh Lilly dan kelima rekannya.

Lilly dan kelima rekannya itu sampai disebuah kamar kecil yang tidak berfentilasi, dindingnya dicat bewarna putih. Terdapat sebuah toilet pada ujung ruangan dan wastafel yang tidak diberikan penghalang, lalu sebuah ranjang single.

"Ini dia kamarnya. Kami akan memberikan data lengkapnya, kalian bisa ke meja resepsionis untuk mengambilnya. Permisi" ucap suster itu sedikit gugup.

Lilly dan kelima rekannya tidak menghiraukan ucapan suster itu. Mereka langsung memasuki mantan kamar Randall. Zayn melihat sekeliling. Ini adalah kamar kecil biasa. Tapi, Zayn bisa merasaka suatu hawa disini. Hawa seorang psikopat yang mempunyai dendam dalam hatinya, dan mempunyai rencana untuk membunuh orang dalam waktu dekat. Zayn beristighfar dalam hatinya kemudian menggelengkan kepalanya.

Lilly berjalan perlahan mendekati ranjang. Ranjang yang dulunya ditiduri oleh seorang psikopat yang melarikan diri dan mencoba untuk membunuh Presiden beserta penjabat tinggi lainnya. Lilly bisa merasakan hawa negatif yang terpancar dari kamar ini. Kamar seorang psikopat. Lilly memberanikan diri untuk duduk di ranjang tersebut. Kasur ranjang ini sangat tipis, bahkan Lilly bisa merasakan kerangka ranjang ini yang membuat badan sakit jika meniduri ranjang ini lama-lama.

Lilly bangkit dari duduknya, dan memutuskan untuk menundukkan kepalanya. Lilly membalikan kasur itu dan menemukan sebuah kertas terselip di dalam kasur itu. Lilly mengambilnya dan membacanya. Sebuah kerutan muncul pada kening perempuan itu karena tulisan yang sedang Lilly baca adalah sebuah sandi. Lilly tidak begitu memahami tentang sandi. Ayolah, zaman sekarang sudah maju kenapa harus menggunakan sandi?.

Louis yang melihat Lilly sedang memegang sebuah kertas segera menghampiri Lilly, melihat apa yang Lilly temukan.

"Apa yang kau temukan?" tanya Louis. Dia melihat tulisan di kertas itu. Sebuah sandi.

"Kau bisa membaca ini?" balas Lilly sambil menyerahkan kertas itu pada Louis. Louis langsung membacanya kemudian timbul sebuah kerutkan pada kening lelaki itu, dia tentu bisa membaca sandi. Louis mengetahui apa arti sandi itu, tapi dia tidak mengerti apa maksudnya.

"Roma" ucap Louis. Lilly mengerutkan keningnya lagi. Ada apa dengan Roma?

***

"Ledakan sekarang, mereka sudah menemukannya" kata seorang pria dari telepon dan melihat ke sebuah layar komputer.

"Siap'

"Nanti siang aku sudah harus melihat beritanya"

"Siap, Sir"

Pria itu mengaduk kopi kesukaannya sembari melihat keenam detektif tolol sedang menggeledah bekas kamarnya dulu di rumah sakit Brossence dari layar komputernya. Pria itu Randall. Randall si psikopat. Dia memang dalang di balik semua ini. Dia tidak akan berhenti sebelum dia berhasil membunuh presiden, dan membunuh Lilly Kensbrook. Wanita itu hanya sampah di mata Randall. Dia sama saja seperti ayah dan ibunya. Mereka memang keluarga sampah.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang