Our Direction: The Physcopath - 7

7.6K 597 17
                                        

Part 7

Entah berapa lama Lilly berjalan, dan entah berapa jauh Lilly berjalan. Dia terus berjalan, sesekali melirik siapa tahu ada mobil yang lewat. Tapi tidak ada mobil yang lewat, jika ada yang lewat mobil itu tidak berhenti. Dimana sebenarnya diriku?, tanya Lilly dalam hati.

Lilly melirik ke arah jalan, senyumnya mengembang ketika melihat sebuah truck. Dia langsung mengacungkan jempolnya, dan truck itu berhenti. 

"New York?" tanya Lilly.

"Masuklah." kata sang supir. Lilly membuka pintu dan memberikan senyum pada sang supir. Sang supir adalah seorang kakek-kakek.

"Kenapa kau berada di tempat ini sendirian?" tanyanya.

"Sangat sulit untuk dijelaskan."

"Siapa namamu, nak?"

"Lilly Kensbrook."

"Kensbrook? sepertinya aku tak asing dengan nama itu. Seperti nama belakang teman lamaku yang tak pernah kudengar lagi kabarnya. Dia genius, memiliki pemikiran yang luas."

"Oh ya? siapa namanya?"

"James Steve Kensbrook." Lilly tercengang mendengar nama itu. Ayahnya. Apa kakek ini merupakan teman lama ayahnya?. "Apa kau mengenalnya, nak?"

Lilly gelagapan, bingung harus menjawab apa. "Hmm, kupikir nama Kensbrook itu banyak. Tak hanya milik temanmu itu."

"Betul juga, tapi James Steve Kensbrook hanya satu. Otaknya yang menjadi ciri khasnya." kata kakek itu.

"Apa dia seorang professor?"

"Bukan. Dulu, dia senang memecahkan suatu masalah. Aku yakin, dia sekarang menjadi detektif terkenal." Lilly tertegun. Apa iya James Steve Kensbrook yang dimaksud kakek ini adalah ayahnya?.

"Tunggu, aku tahu James Steve Kensbrook yang kau maksud. Ya, dia memang detektif yang hebat." Lilly ingin mengetahui apa benar James Steve Kensbrook yang kakek ini maksud adalah ayahnya atau orang lain. Ada berapa James Steve Kensbrook di dunia ini?.

"Dia terlahir untuk menjadi seorang pahlawan, dan mati untuk mengabdi pada negara. Bagaimana kabarnya?"

"Aku tidak pernah mendengar beritanya lagi."

"Semoga dia sehat." Lilly mengalihkan pandangannya keluar. Air matanya mulai menggenang, mengingat ayahnya. 

Kenapa aku menjadi begitu lemah lagi sekarang?, kata Lilly dalam hati.

"Hey, kau kenapa? Apa kau teringat dengan kekasihmu? Apa kau bertengkar dengannya dan dia menurunkanmu di tengah jalan seperti ini?" tegur kakek itu. Lilly tersenyum, dia tidak akan membiarkan lelaki melakukan hal itu padanya.

"Tidak," bantah Lilly. "Kalau boleh tahu, kita berada dimana?"

"Kau tidak tahu berada dimana?" Lilly menggeleng.

"Kita ada di Dallas." hah? Dallas? Texas?. "Bagaimana kau bisa berada disini, sedangkan kau tidak mengetahui kau berada dimana sekarang?"

 "Aku berurusan dengan berbagai macam masalah yang dapat mengakibatkan diriku bisa terdampar di tempat yang tidak kuketahui." Jawab Lilly. Kakek itu tertawa, Lilly hanya tersenyum.

"Baiklah, kau seorang gangster?" tanyanya sambil tertawa.

"Tidak. Bukan gangster." bantah Lilly. Enak saja dirinya disebut gangster.

"Aku percaya, mukamu bukanlah tampang seorang gangster," katanya, dia mulai berhenti tertawa.

"Kau menuju New York?" tanya Lilly.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang