Our Direction : Paradise Beach - 2

5.6K 395 27
                                    

Lilly sibuk dengan berkas-berkas yang memenuhi meja kerjanya. Sampai-sampai Lilly sendiri pusing melihat meja kerjanya sendiri yang dipenuhi oleh ratusan kertas. Lilly juga telah memasang tanda supaya tidak diganggu oleh siapapun. Termasuk Paul.

Lilly mendengar suara nada dering ponselnya, tertera nama Liam. Tanpa pikir, Lilly menekan tombol merah pada handphonenya. Liam terus mencoba menghubungi Lilly sampai 5 kali dan Lilly selalu membalasnya dengan menekan tombol merah.

"Apa dia tidak tahu jika aku sedang sibuk?" umpat Lilly.

Sampai akhirnya Lilly kesal ketika mendengar nada dering ponselnya berbunyi untuk yang ke 10 kalinya.

"Ada apa Liam?"

"Liam? ini aku, Garret. Kau masih menyimpan nomorku tidak?"


"..."






Sementara itu...

"Apa-apaan itu! dia tidak mengangkat telepon dariku, padahal aku sudah menghubunginya berkali-kali, tapi dia malah mengangkat telepon dari mantan pacarnya yang baru mencoba untuk menghubunginya satu kali! uggghhh!" kata Liam kesal sambil menatap layar laptop Louis.

Louis yang melihat Liam yang kesal seperti itu tertawa terbahak-bahak. Andaikan dia tahu kalau Lillyy mengira Garret itu adalah Liam. Pasti Liam tidak akann kesal seperti itu, tapi Louis tidak akan memberitahunya. Sebenarnya Louis bisa mendengar apa yang diucapkan Lilly dalam headphonenya. Louis melepas headphonenya untuk memberikan privasi kepada Lilly dan mantan pacarnya itu. "Sudahlah, mungkin dia ada urusan dengan mantan pacarnya itu" kata Louis menenangkan Liam.

"Tapi tetap saja!!! uggghhh!!!" balas Liam. Liam memang sengaja meminta Louis untuk membantunya, kebetulan Louis sedang tidak ada kerjaan alias nganggur.

"Itulah akibatnya jika kau tidak cepat-cepat membuat status Lilly berubah. Dia bebas dekat dengan laki-laki siapa saja, kau mau melarangnya? aku yakin Lilly akan berkata 'apa urusanmu?! kau bukanlah kekasihku yang berhak mengatur-atur hidupku'" kata Louis mengikuti nada suara Lilly walaupun tidak sama sekali terdengan seperti nada suara Lilly. Liam melemparkan bantal ke arah Louis, melampiaskan rasa kesalnya.

"Kukira kau bisa membantuku, Lou!" balas Liam.

"Well, pulanglah. Sebentar lagi aku akan pergi ke bandara" 

"Kau mau kemana?"

"Menyelesaikan persoalan yang belum kuselesaikan"

Kembali pada Lilly





Lilly langsung mengakhiri telepon tanpa ba-bi-bu dan mencabut baterai handphonenya, setelah itu Lilly kembali fokus. Lilly melihat ke arah pintu ketika mendengar suara pintu terbuka. Apa dia tidak melihat tanda yang telah kupasang?! gerutu Lilly dalam hati. "Kevin! apa aku harus membawamu ke dokter mata?" ucap Lilly sedikit membentak.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang