Saat ini Lilly berada di toilet bandara LAX, menata rambutnya agar terlihat sedikit rapi dan menutupi kesan seorang perempuan yang belum tidur selama 34 jam.
Mereka mendarat dengan selamat di LAX pukul lima sore, sedangkan pementasan drama Pamela dimulai pukul tujuh malam. Mengambil barang bawaan mereka saja sudah membutuhkan waktu lima belas menit. Setelah itu mereka membuat kesepakatan tempat berkumpul setelah membenahi diri di toilet. Sebelumnya, Lilly sudah memberitahu kepada Liam, Zayn, dan Niall untuk menempatkan pakaian yang akan mereka kenakan untuk ke pementasan drama Pamela pada tempat khusus.
Zayn sempat menanyakan tentang jadwal Lilly, awalnya Lilly tidak menaruh curiga sama sekali pada lelaki berdarah Pakistan itu. Akibat celetukan dari Niall tentang seorang perempuan bernama Jasmine yang ikut dalam penerbangan pribadi kedua lelaki itu, sukses membuat Lilly penasaran. Setelah itu Lilly dan Niall menggoda Zayn habis-habisan. Itulah penyebab kenapa Lilly tidak memanfaatkan waktu perjalanan dari New York ke Los Angeles untuk tidur.
Lilly menarik saklar alat catokan rambutnya lalu menggulung kabelnya dan menaruhnya kembali ke tempat semula. Untuk urusan rambut, Lilly tidak begitu mengikuti tren. Karena panjang rambut Lilly setara dengan bahunya, yang terlintas pada pikiran Lilly adalah memberikan aksen melengkung pada setiap rambutnya.
Lilly melirik jam tangannya, sepertinya ketiga lelaki itu sudah menunggunya. Lilly mempercepat gerakannya, membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit untuk mencapai tempat kesepakatan yang telah mereka sepakai. Mungkin jika Lilly berlari hanya membutuhkan waktu tiga sampai lima menit.
***
Pamela mengusap kedua tangannya untuk mengurangi rasa gugup dan gelisah yang sedang meliputi dirinya. Lilly belum juga sampai padahal pertunjukan akan dimulai tiga menit lagi. Semua pemain sudah siap pada posisinya kecuali Pamela.
Bagaimana kalau Lilly tidak jadi datang? Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?, batin Pamela.
"Pamela"
Ketika mendengar suara itu, Pamela langsung menarik Lilly dalam pelukannya. Setidaknya rasa gelisahnya sudah sedikit berkurang dengan melihat kehadiran Lilly. Pikiran Pamela sudah melayang jauh memikirkan Lilly.
"Akhirnya kau datang juga" ucap Pamela setelah melepas pelukannya.
Sudah ketara sekali kalau Lilly tidak mempunyai banyak waktu untuk merias wajahnya. Lilly justru terlihat cantik dengan make up naturalnya. Rasanya Pamela ingin menangis mengetahui perjuangan Lilly untuk menyaksikan pertunjukan dramanya.
"Kau sangat cantik" puji Pamela.
"Kau sangat manis dengan pakaian ini. Kupikir Harry akan semakin tergila-gila padamu" balas Lilly.
"Terima kasih atas semuanya Lilly" ucap Pamela mulai terisak.
Lilly segera memegang bahu Pamela, membantu perempuan itu menahan tangisnya. "Jangan menangis! Jangan rusak riasanmu!"
"Pamela, sebentar lagi pertunjukan akan dimulai!" ucap salah satu crew. Pamela menoleh sebentar lalu mengangguk pada crew itu.
"Kau masih memakai cincin itu bukan?" Tanya Lilly. Pamela lansung menatap cincin jeruknya yang setiap menghiasi jari manisnya selama ini. Pamela mengangguk mantap. "Aku tahu kau pasti bisa"
"Doakan aku" pamit Pamela.
"Selalu"
--
Lilly tak sanggup menahan rasa bosannya, pementasan sudah berlangsung setengah jalan. Bukan karena alur cerita drama ini membosankan dan akting Pamela yang buruk. Lilly memang tidak terlalu tertarik pada hal semacam ini. Akhirnya Lilly menyenggol lengan Liam.
"Ada apa?" tanga Liam.
"Kau menikmatinya?"
"Kau bosan ya?"
Lilly yang melihat tangan Liam terbuka langsung mendapatkan sebuah ide jahil. Dengan mantap Lilly menautkan tangannya pada tangan Liam yang terbuka itu. Liam sedikt terkejut melihat tangannya sudah bertautan dengan tangan Lilly, namun lelaki itu berhasik bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa.
"Ya, aku bosan. Aku lebih memilih nonton film" kata Lilly.
"Kau suka genre film apa?"
"Aku masih suka dengan film-film keluaran Disney"
"Omong-omong soal Disney, aku mempunyai banyak kasetnya di apartemenku"
"Kita belum pernah membicarakan tentang tempat tinggalmu"
Kita, ulang Liam dalam hati. "Sebenarnya aku lebih memilih untuk menunjukkannya secara langsung daripada membicarakannya"
"Menarik, ada berapa kamar?"
Liam dan Lilly saling memandang saat ini, tepatnya saling menyungginkan senyum nakal.
"Sayangnya hanya ada satu kamar"
"Bukan masalah besar"
Lilly dan Liam sama-sama mengeratkan genggaman tangan mereka.
Tidak tahu siapa yang memulainya, bibir mereka sudah saling bertautan sekarang. Lilly menghapus option terakhir dalam list tentang Liam pada pikirannya. Hidung mereka tidak bertabrakan saat berciuman. Genggaman tangan mereka semakin mengerat.
***
EAAA AKHIRNYA LIAM SAMA LILLY............. SENENG DEH MASIH ADA YANG NUNGGUIN CERITA INI. TERIMA KASIH BANYAK BUAT KALIAN SEMUA YANG UDAH VOMMENTS. JANGAN BOSEN-BOSEN SAMA CERITA INI YAAA, BC I'M MAKING SOME PLAN FOR Y'ALL. SEMOGA CERITA INI GAK BORING DAN JANGAN LUPA TINGGALIN VOMMENTS!. OKAAYYYYY?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Direction [ON EDITING]
Fanfiction[COMPLETED] Lilly Kensbrook, akan bekerja sama dengan lima lelaki dengan latar belakang yang berbeda-beda serta kemampuan yang berbeda-beda pula. Niall Horan, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Liam Payne, dan Harry Styles. Dapatkah mereka berhasil memeca...
![Our Direction [ON EDITING]](https://img.wattpad.com/cover/3188523-64-k255180.jpg)