"Untuk apa kau kemari?" tanya Paul dengan nada marah, dia tidak pernah berubah walaupun sudah berada di dalam penjara sekalipun. "Apa ada masalah?" lanjutnya.
Wajahnya terlihat lebih tirus dan kerutan-kerutan di wajahnya semakin nampak jelas. "Aku bingung" lirihku.
"Kekacauan apalagi yang telah kau perbuat?" balas Paul, untung saja aku sudah kebal. Perkataannya tadi jadinya terdengar lebih seperti sebuah candaan bagiku. "Louis bersikap aneh padaku dan Zayn. Tadi aku baru saja bertengkar dengan Louis"
Lalu aku menceritakan semuanya pada Paul. Paul menatapku sejenak, rasanya aku merasa bersalah telah menambah beban pikirannya. Seharusnya aku tidak memutuskan untuk meminta nasihat darinya. Seharusnya aku sudah cukup pintar untuk menyelesaikan masalah seperti ini tanpa meminta bantuannya. Seharusnya saat ini aku tidak duduk di hadapannya. Seharusnya aku bersikap tenang saat menghadapi Louis.
"Yasudah, biarlah yang telah terjadi. Sekarang kau kembali ke rumahmu dan pantau Louis dan Zayn. Kusarankan untuk lebih bersabar" ucap Paul.
"Bagaimana kalau aku mengundurkan diri dari kasus ini?" tanyaku yang langsung mendapat sebuah tatapan mematikan dari Paul.
"Kau gila? Nyawa warga Amerika berada dalam genggamanmu sekarang. Jangan lembek Lilly!" semprot Paul.
"Percuma Paul. Kalau Louis selalu sinis terhadapku, ide mengumpulkan kami berenam memang bodoh"
"Aku percaya kepada lima lelaki itu, kau harus percaya pada Louis. Namun kau tetap harus waspada" alarm tanda waktu besuk habis berbunyi. "Aku yakin kau bisa"
Dalam perjalanan keluar aku memikirkan apa yang harus kulakukan setelah ini. Aku tidak bisa menyerahkan rumahku kepada seekor singa. Apa yang harus kulakukan sekarang?.
Perasaan itu muncul kembali. Aku merasa pemandangan di sekitarku mulai buram, detak jantungku mulai berdetak tak karuan. Disaat aku merasa tubuhku akan ambruk, sebuah tangan meraihku dan membawaku ke tempat duduk terdekat.
"Kau tak apa? Kapan terakhir kali kau makan?" samar-samar aku seperti melihat Garret. Tidak mungkin. "Kau benar-benar sudah bersih 'kan?"
Ini tidak mungkin Garret. Aku lupa ada satu orang lagi yang kurasa benar-benar peduli padaku, dulu.
"Apa yang kau lakukan disini Justin?" tanyaku.
"Itu tidak penting, kapan terakhir kali kau makan?" aku tidak menjawabnya, aku benar-benar lupa soal jam makanku. "Dasar bodoh, seharusnya kau tetap ingat dengan jam makanmu dalam keadaan seperti ini. Ayo, ikut aku"
"Tapi aku bawa motor"
"Jangan gila, aku tidak akan membiarkanmu mengendarai motormu dalam keadaan seperti ini"
Tanpa melakukan perlawanan sedikit pun, aku membiarkan Justin membawaku pergi.
Justin membawaku ke sebuah restoran terpencil di sudut kota New York, tempat yang biasa kukunjungi bersamanya dulu. Mungkin dia tidak ingin orang-orang melihatku dalam keadaan seperti ini ditambah aku sedang bersamanya.
"Masih tempat ini?" tanyaku.
"Always" jawabnya.
"Apa yang membuatmu kembali?" posisi duduknya berubah setelah mendengar pertanyaanku.
"Aku ingin menemuimu kembali, apa itu masalah?"
Tentu aku tidak percaya dengan Justin, aku hapal betul gelagatnya dengan cepat. "Tidak usah sok menggombal Justin. Aku sudah ada yang punya"
"Kupikir kau akan setia menungguku setelah apa yang kita alami selama ini" aku tahu dia tidak bercanda kali ini dengan mendengar nada suaranya.
"Kupikir kau akan tetap bersamaku setelah apa yang kita alami selama ini" Justin meraih tanganku lalu mengelusnya lembut. "Kau jahat Justin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Direction [ON EDITING]
Fanfiction[COMPLETED] Lilly Kensbrook, akan bekerja sama dengan lima lelaki dengan latar belakang yang berbeda-beda serta kemampuan yang berbeda-beda pula. Niall Horan, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Liam Payne, dan Harry Styles. Dapatkah mereka berhasil memeca...
![Our Direction [ON EDITING]](https://img.wattpad.com/cover/3188523-64-k255180.jpg)