Beberapa bulan kemudian
Louis benar-benar melakukan apa yang kuminta, dia mencari tahu siapa yang melaporkan Paul. Sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Lilly, maafkan aku...." ucap Louis.
"Tak apa, terima kasih mau membantuku" balasku.
Aku benar-benar istirahat total setelah malam itu. Liam sendiri yang menjagaku dibantu dengan Nicola dan Ruth, sesekali Pamela datang untuk menemaniku. Zayn, Niall, dan Harry juga menyempatkan diri untuk berkunjung saat mereka sedang free namun tidak dengan Louis. Dia baru menampakkan diri kemarin. Aku sempat mendengar Louis dan Liam berdebat hebat, hatiku mengatakan mereka mendebatkan soal Paul.
Akhirnya Louis memberitahuku semuanya.
Paul.
Aku teringat dengan ucapanku kepada Kevin, aku orang pertama yang akan tertawa mendengar berita kematian Paul.
Aku tertawa. Tertawa terlalu kencang.
"Kita pulang sekarang" ucap Liam khawatir.
Kutepis tangannya yang berada di pundakku.
Aku berlutut di depan batu nisan yang bertuliskan Paul Green.
Siapa sangka orang secuek Paul adalah orang yang paling rapuh di dunia ini.
"Jika ini yang kau mau..... baiklah" ucapku.
Aku tidak tahu siapa yang menata letak makam Paul sampai-sampai bisa berada di sebelah makam Ayahku.
"Kau merasa bersalah ya? Kau sebenarnya tidak perlu merasa seperti itu"
Siapa sangka yang melaporkan Paul adalah lelaki itu sendiri.
Seharusnya Jamie yang berada diposisi Paul saat ini.
Rasanya tidak adil.
"Aku memaafkanmu. Ayah memaafkanmu. Tenanglah disana. Terima kasih atas segalanya"
Paul mendapat vonis hukuman mati atas perbuatannya.
Seharusnya lelaki itu mendapat keringanan atas jasa-jasa yang telah dia lakukan untuk negara ini.
Tapi yasudahlah.
Lilly berdiri kembali setelah menaruh sebuket bunga Lily.
"Ayo, aku jadi teringat dengan Demi kalau seperti ini" ucap Niall.
Niall, Louis, Harry, dan Zayn berjalan pergi meninggalkan Liam dan Lilly berdua.
"Aku telah membuat beberapa keputusan besar" ucap Liam.
Lilly memutar tubuhnya menghadap Liam. "Oh ya?" balas Lilly.
"Semua nya bergantung pada dirimu"
"Apa maksudmu?"
"Lilly" Liam diam sejenak, lelaki itu terlihat sangat gelisah. "Menikahlah denganku"
***
AKHIRNYA CERITA INI SELESAI!!!!!. Maaf kalau endingnya jelek etc lah. Aku mau ucapin terima kasih banyak pada kalian yang setia dengan cerita ini. Setia vomments, setia nungguin cerita ini yang sempet gak dilanjut-lanjut karena ujian nasional-tugas-tugas menyebalkan-dan author's block. Ini cerita dari tahun 2012 tau gak? 2 tahun cyinnnnn.
Untuk para silent readers....., god bless lah ya. Setidaknya tunjukan diri kalian di epilogue ini, bikin cerita itu gak gampang kayak bacanya tauuuuu. Apalagi yg genre kayak begini, rambut gue sampe rontok tau gak mikirin setiap kelanjutan chapter cerita ini #lebay.
Ahaaaaa, entahlah sedih-seneng bercampur jadi satu. Gue merasa gimana ya..... gue berasa lepas anak nikah. Lilly tuh udah kayak....... half-soul nya gue #lebay. DUH DUH :".
RESMILAH STATUS 'COOMING SOON' DI CHRONICLE OF DEATH HILANG. YUKKK YANG MAU BACA GENRE MACAM KAYAK GINI LAGI LANGSUNG DI CHECK STORY BARUKU YG ITU.
Aku ulas sedikit yaaa. Jadi ceritanya ada seorang pembunuh bayaran bernama Shailene Woodley yang mendapat tugas membunuh Liam Payne. Tapi Shailene menyadari sesuatu yang aneh.......
Aneh? Aneh apaan?
Penasaran?
Vomments! Okay?
SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YANG UDAH BACA PLUS VOMMENTS CERITA INI. I LOVE YOU SO MUCH LAH POKOKNYA.
See ya at Soul, Beating Heart, Stars, and The Chronicle of Death!♡♡♡♥♥♥.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Direction [ON EDITING]
Fanfic[COMPLETED] Lilly Kensbrook, akan bekerja sama dengan lima lelaki dengan latar belakang yang berbeda-beda serta kemampuan yang berbeda-beda pula. Niall Horan, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Liam Payne, dan Harry Styles. Dapatkah mereka berhasil memeca...