Part 9

6.9K 535 22
                                        

Part 9

Lilly memasuki ruang kerjanya yang sudah dia tempati selama beberapa lama. Terdapat banyak berkas bertumpuk di atas meja kerjanya. Sepertinya, berkas-berkas itu sudah menanti Lilly.

Lilly berjalan mendekati meja kerjanya, ia langsung duduk di kursi kesayangannya. Dia mengambil berkas yang ditumpuk paling atas. Berkas itu bewarna merah. Berbeda dengan yang lainnya. 

Lilly membuka berkas itu, dia langsung mendapati foto ayahnya. Apa maksudnya?. Lilly melihat ke halaman selanjutnya, dan seterusnya. Berkas ini berisi kasus kematian ayahnya. Lilly membaca beberapa kemungkinan kenapa ayahnya bisa dibunuh. Pertama, ayahnya dibunuh karena mempunyai musuh. Kedua, ayahnya dibunuh oleh perampok yang tertangkap basah dengan mencuri di rumahnya. Ketiga, ayah Lilly dibunuh karena memiliki sesuatu atau informasi yang dapat membahayakan ketentraman orang yang membunuh ayahnya.

Ketika Lilly ingin melihat halaman terakhir, terdengar suara pintu terbuka. Refleks, Lilly langsung menutup berkas itu. Lilly melihat Liam di ambang pintu. Lilly memasukkan berkas itu ke dalam lacinya.

"Ada apa?" tanya Lilly.

"Boleh aku masuk?" tanya Liam.

"Sure" jawab Lilly. Dia mengambil salah satu berkas yang ada di tumpukan tadi.

"Sepertinya kau banyak pekerjaan hari ini" kata Liam. Lilly membuka berkas yang ia pegang sambil tersenyum.

"Ya. Itulah penyabab kenapa aku tidak ingin libur terlalu lama" balas Lilly.

"Dimana yang lainnya?" tanya Lilly, dia memandang Liam yang sedang berjalan menuju kursi yang  berada di depan mejanya.

 "Mereka ada di ruangan Paul" jawab Liam, dia menarik kursi dan duduk di sana.

"Kenapa kau ada di sini? sedangkan keempat temanmu berada di ruangan Paul" tanya Lilly, dia melirik isi berkas yang sedang ia bka.

"Aku hanya merasa bosan" kata Liam.

"Sampai kau ketahuan mengobrol denganku disini, bersamaku. Sedangkan temanmu yang lain bekerja. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Paul, nanti" kata Lilly.

"Paul? sampai sekarang dia belum datang. Maka dari itu, aku berani kemari" kata Liam. Lilly mengerutkan keningnya dan langsung menutup berkas yang tadinya ia ingin baca. Paul belum datang? sdah akan masuk jam makan siang, Paul belum datang juga?. Tidak biasanya.

"Oh ya?" tanya Lilly seraya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela ruang kerjanya.

"Mungkin dia sedang ada urusan" jawab Liam. Lilly tidak begitu yakin dengan tebakan Liam. Lilly merogoh sakunya, biasanya jika Paul ada urusan yang mengakibatkan dia telat datang ke kantor. Dia akan menghubungi Lilly atau paling tidak mengirimkan pesan kepada Lilly. Lilly menatap layar handphonenya, tidak ada panggilan atau pesan masuk. Lilly masuk ke menu kontak dan mengetik nama Paul. Lilly mendekatkan handphone ke telinganya. Tidak ada jawaban. Handphone Paul tidak aktif.

"Apa Paul menghubungi kalian?" tanya Lilly.

"Tidak. Kenapa?" jawab Liam. Aa yang tidak beres, pikir Lilly. Lilly mulai melangkah menuju pintu.

"Hei. Kau mau kemana?" tanya Liam. Dia bangkit dari duduknya dan mengikuti Lilly.

"Aku akan menemui Kevin" jawab Lilly. Dia melanjutkan langkahnya menuj meja kerja Kevin.

"Aku ikut" kata Liam sambil menyamai langkahnya dengan Lilly. Lilly berjalan lebih cepat dari biasanya, walaupun dia sedang memakai high heels saat ini.

"Kenapa kau begitu terburu-buru?" tanya Liam.

"Aku hanya ingin cepat bertemu dengan Kevin" jawab Lilly. "Kevin" tegur Lilly saat sudah sampai di meja kerja Kevin.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang