Pusat Penelitian dan Laboratorium Amerika Serikat, New York.
Suara teriakan memenuhi ruangan itu. Tidak ada satu orang pun yang bisa keluar dari ruangan itu. Seorang perempuan sedang menahan tangisnya dan menutup kedua telinganya, badannya gemetar dengan hebat. Dia bersembunyi di dalam lemari, menahan tangis dan terus mengucapkan doa di dalam hati, semoga ia selamat dari peristiwa tragis ini. Perasaan perempuan itu diselimuti dengan ketakutan dan kepanikan.
Diluar sana, sedang terjadi penembakan kepada seluruh ilmuwan dan professor yang berada di dalam ruangan ini, yang dilakukan oleh salah satu professor disini. Namanya Professor Godfrey. Dia merupakan salah satu professor penting di tempat ini. Perempuan itu tidak tahu ada apa dengan Professor Godfrey, sedang dirasuki setan apa dia?.
Perempuan itu menahan teriaknya mendengar suara tembakan. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi?, tanya perempuan itu di dalam hatinya.
Perempuan itu menahan napasnya dan menggigit tangannya ketika mendengar suara langkahan. Dia terus berdoa, dia tidak mau mati dengan cara konyol seperti ini. Masih banyak impian yang belum ia capai. Perempuan itu memberanikan diri mengintip dari celah pintu lemari.
Professor Godfrey sedang mengetik sandi pada sebuah monitor. Perempuan itu melotot, dia mengerti kenapa lelaki sebaik Professor Godfrey bisa melakukan kelakuan sekeji ini, bahkan perempuan itu tidak pernah memikirkan bahwa Professor Godfrey mau melakukan kelakuan sekeji ini.
Professor Godfrey mengambil selembar kertas dan memasukannya ke dalam sebuah pipa. Perempuan itu mengerti. Sangat mengerti. Professor Godfrey melakukan perbuatan sekeji itu untuk mencuri selembar kertas. Selembar kertas. Ini bukan pertanda baik, ini merupakan permulaan. Oh no, I'm in trouble, keluh perempuan itu dalam hati.
Saat Professor Godfrey sudah keluar dari ruangan . Perempuan itu baru bisa bernapas dengan lega, pasti sudah ada yang menelpon polisi dan ambulance.
***
Lilly merebahkan dirinya di sofa. Dia menekan tombol power pada remote tvnya. Lilly langsung disambut dengan seorang pembawa berita yang memiliki wajah yang cantik.
"Kota New York dilanda kepanikan pagi ini, terjadi ledakan besar di jembatan Verrazano, Narrows Bridge yang menyebabkan runtuhnya hampir seluruh bangunan jembatan. Penyebab runtuhnya jembatan masih dalam penyelidikan polisi"
Lilly menekan lagi tombol power pada remote tvnya. Pembawa acara yang tadi ia lihat, menghilang. Dia menatap kosong layar tvnya.
Lilly Steve Kensbrook masih hidup. Sesuai dengan ucapannya, dia akan membuka lembaran baru setelah menemukan siapa pembunuh kedua orang tuanya. Lilly memutuskan untuk pindah ke Johannesburg tanpa mengucapkan selamat tinggal. Alasannya memilih kota Johannesburg karena tidak ada satu orang pun ang akan berpikir Lilly akan pindah ke kota ini.
Dia mengubah namanya menjadai Natalie Portman. Lilly memotong rambut panjangnya menjadi sebahu. Lilly juga menggunakan kacamata agar benar-benar tidak ada yang mengenalinya. Dia juga mengubah sikapnya. Dia kembali menjadi perempuan yang hangat, dan mampu menarik perhatian banyak orang tak terkecuali laki-laki.
Lilly tinggal di salah satu flat yang dihuni oleh orang-orang berkulit hitam yang ramah. Lilly benar-benar senang hidup seperti ini. Tidak ada ancaman, dan dia hidup dengan bahagia bersama orang-orang berkulit hitam disini. Lilly bekerja pada salah satu cafe, menjadi seorang pelayan untuk kelangsungan hidupnya di negara yang terkenal dengan cuaca panasnya ini. Dia tidak bisa hanya mengandalkan gaji yang selama ini ia dapat dan dia taruh di berankas rumahnya saja. Padahal gajinya itu sudah lebih dari cukup untuk tinggal di Johannesburg. Waktu terus berjalan, dan Lilly tidak bisa diam di tempat. Lilly harus berbaur agar tidak dicurigai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Direction [ON EDITING]
Fanfic[COMPLETED] Lilly Kensbrook, akan bekerja sama dengan lima lelaki dengan latar belakang yang berbeda-beda serta kemampuan yang berbeda-beda pula. Niall Horan, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Liam Payne, dan Harry Styles. Dapatkah mereka berhasil memeca...