Our Direction : The Paper - 5

5.5K 446 24
                                    

Lilly masuk ke dalam air yang terasa sangat dingin. Kulitnya terasa tertusuk-tusuk ketika memasuki air itu. Lilly tidak tahu bagaimana dengan nasib Zayn, Lilly harap lelaki itu baik-baik saja. Lilly segera naik ke permukaan, tak kuat berlama-lama berada di dalam air itu.

Lilly memeluk dirinya sendiri mencoba untuk menghangatkan tubuhnya. Dimana dia sekarang? berada daam permainan macam apa dirinya saat ini?.

Tangannya merasa kaku karena kedinginan. Sepertinya, mereka sengaja mendinginkan suhu ruangan karena mereka sudah merencanakan Lilly akan masuk ke dalam air yang sangat dingin itu lalu saah satu anak buah mereka menyerang Lilly, dan dirinya tak bisa menggunakan kemampuannya dengan utuh karena kedinginan. Pintar sekali.

Benarkan, Lilly melihat orang pria keluar dari sebuah ruangan. Ketika mereka melihat Lilly, mereka berlari ke arah Lilly dan siap untuk menyerang perempuan itu.

Seluruh badan Lilly memang agak susah untuk digerakkan karena kaku. Tapi, Lilly masih masih punya otak. Seharusnya jika mereka ingin melumpuhkan Lilly, mereka harus melumpuhkan otaknya terlebih dahulu.

Lilly berhasil menghadapi kedua lelaki itu. Lilly mengambil senjata mereka untuk alat pertahanan Lilly nanti. Siapa tau dirinya akan mendapat lawan yang lebih sulit dari kedua lelaki ini.

Lilly berjalan mendekati pintu dimana kedua lelaki tadi keluar, Lilly menekan kenop pintu. Terkunci, dengan seluruh kekuatan yang Lilly punya. Perempuan itu mengandalkan bahunya untuk membuka pintu. Butuh beberapa kali mencoba untuk membuka paksa pintu itu, tapi akhirnya Lilly berhasil.

Lilly melihat sebuah karung seperti karung yang dimana isinya adalah Zayn. Siapa tahu, karung itu berisi Liam atau Paul atau Louis atau bisa jadi Amanda.

Dengan yakin Lilly membuka ikatan tali karung itu, berharap bahwa dia bertemu dengan salah satu rekannya yang hilang. Semoga.

"AAA!!!"

***

Zayn membuka matanya, dia merasakan nyeri pada sekujur tubuhnya. Pandangan Zayn sedikit buyar, Zayn mengerjapkan matanya untuk menormalkan pengheliatannya.

Ketika pengheliatannya sudah kembali, Zayn tentunya memandang sekeliling. Berada dimana dirinya? kenapa dirinya bisa berada di tempat dengan pencahayaan yang remang-remang seperti ini? bagaimana dengan Lilly?.

Zayn segera berdiri, kepalanya terbentur keras dengan tembok. Zayn mengaduh, dirinya sepertinya berada di selokan bawah tanah. Zayn menunduk dan berjalan. Siapa tahu dia menemukan tangga untuk naik ke permukaan.

Zayn terus berjalan sampai dia menemukan sebuah karung. Karung yang sama dengan karung yang menjadi tempat pesanderaannya. Zayn mempercepat langkahnya dan menendang karung itu untuk memastikan apa isi dari karung itu. Terdengar bunyi erangan dan karung itu bergerak-gerak sendiri. Ya, pasti isi karung itu adalah salah satu dari rekannya. Zayn membuka ikatan tali karung itu.

Zayn bernapas lega ketika mendapati Liam yang berada di dalam karung itu. Zayn segera membantu melepaskan ikatan tai yang diikatkan di tangan dan kaki Liam.

"Akhirnya aku menemukanmu" kata Zayn seteah semua ikatan dan lakban yang tertempel pada mulut Liam lepas.

"Dimana yang lain?" tanya Liam. Zayn menaikkan kedua pundaknya. "Bagaimana kau bisa lepad dan menemukanku?"

"Aku ditemukan oleh Lilly"

"Lilly? bagaimana dengannya? dimana dia sekarang?" tanya Liam gelisah mengingat Lilly sendirian ketika insiden istrik padam. agi-lagi Zayn menaikkan kedua pundaknya.

"Lebih baik kita menemukan jalan keluar dari tempat ini dan mencari yang lainnya" kata Zayn yang langsung mendapat anggukan dari Liam.

***

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang