Our Direction : One Direction - 4

3.2K 354 37
                                        

Louis sampai di rumahku dengan membawa tiga koper besar dan dua tas jinjing pada malam hari. Melihat kehadiran Louis membuatku sedikit lega. Entah apa yang lelaki itu bawa, sepertinya dia sudah mempunyai sebuah firasat.

Louis meminta disediakan sebuah ruangan untuk dijadikan tempat kerjanya. Aku memikirkan sebuah ruangan dan meminta Louis untuk menunggu setidaknya sampai besok pagi.

Ruangan itu adalah ruang memoriku, ukurannya cukup luas dan mungkin cukup untuk dijejali oleh alat-alat yang Louis bawa. Ruangan ini terdapat banyak figura dan mungkin sudah sedikit dihinggapi oleh debu.

Kutatap sebuah figura berukuran cukup besar yang akan menjadi daya tarik setiap orang yang mengunjungi ruangan ini, sayangnya belum ada orang selain diriku yang kemari dan aku tidak akan membiarkan orang lain masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan masih seperti ini.

(A/N : baca Our Direction : Paradise Beach - 5 biar inget)

Sudah cukup lama aku tidak mengunjungi ruangan ini dan sekarang aku bingung apa yang akan kulakukan terhadap figura itu sekarang, yang jelas aku tidak akan menyimpannya kembali. Figura itu membuat perasaan itu muncul kembali.

Kuputuskan untuk beralih ke yang lain, aku akan memikirkan soal figura besar itu sambil membereskan figura-figura yang lain.

Figura-figura yang berukuran kecil kuputuskan untuk kusimpan dalam sebuah kardus dan ada beberapa foto yang kuputuskan untuk kupajang di kamarku nanti. Membereskan barang-barang ini lumayan menguras tenagaku, dan aku sudah tahu apa yang akan kulakukan terhadap figura besar itu.

Mengangkat figura besar itu sampai di pekarangan benar-benar emosional, mungkin ini terdengar terlalu berlebihan tapi itulah yang kurasakan. Seakan setiap kejadian pada foto itu berputar kembali dalam ingatanku.

"Apa yang akan kau lakukan Lilly?" kudengar suara Harry yang sedikit berteriak pada saat aku sudah berada dalam pekarangan belakang.

Kuputuskan untuk membakar figura itu, cukup otakku saja sebagai wadah penyimpanan kenangan-kenangan indah itu. Garret memberikan figura itu sebagai hadiah ulang tahunku yang ke dua puluh tahun.

Soal Garret, aku mendengar kabar kalau dia sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah dengan salah satu anak kolega nya. Bodohnya dia mengirimkanku undangan pernikahnya, aku sudah pasti tidak akan datang.

Hawa hangat menyapa wajahku kali ini. Aku melihat mereka terbakar, hatiku terasa nyeri melihat mereka terbakar seakan aku ikut masuk ke dalam kobaran api itu.

"Kenangan tidak patut dihapus dengan cara seperti itu" Harry tanpa kusadari sudah berada di sampingku. Menyaksikan figura itu berubah menjadi abu.

"Lalu cara apa lagi yang bagus selain membakarnya?" balasku.

Harry tidak membalasnya namun dia malah menggantugkan cardigannya pada pundakku. Aku menatapnya heran. "Ternyata kau manis sekali Mr.Styles"

Harry tersenyum menatap kobaran api. "Aku tidak mau habis oleh Liam jika kau sampai sakit karena kedinginan"

Oh

Jadi hal yang dilakukan hari ini padaku karena suruhan dari Liam?

"Aku bercanda, serius sekali" tangannya mengacak rambutku yang mendapat pukulan pelan di perut dariku. "Berani bayar berapa Liam sampai-sampai bisa menyuruhku menjaga seekor singa?. Ayo masuk"

Aku dan Harry menghampiri Louis untuk memberitahu bahwa ruangan yang ia minta sudah siap. Louis tidak banyak omong sejak tadi, aku benar-benar penasaran apa yang terjadi padanya.

Louis memutuskan untuk merapikan alat-alatnya pada malam itu juga.

"Setelah ini ada banyak hal untuk dibicarakan, bersama-sama" ucap Louis.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang