Our Direction : One Direction - 3

3.3K 364 10
                                    

"Jadi apa yang akan kita lakukan, Lilly?" tanya Harry.

Kini kami berdua sedang berjalan keluar dari Gedung Putih, dan kotak itu berada dalam dekapan Harry. "Kupikir kita harus menemui orang yang bertanggung jawab dengan para petugas keamaan Gedung Putih ini, bagaimana kalau sehabis ini kita mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada petugas keamanan itu?"

"Ide bagus" balas Harry. "Aku sudah mendengar apa yang terjadi pada Paul. Bagaimana bisa?"

Aku menggeleng "Tidak usah pikirkan soal Paul, aku yakin dia akan baik-baik saja"

Kami berdua berjalan menuju ruangan orang yang bertanggung jawab kepada para petugas keamanan Gedung Putih ini.

Ternyata kejadian rincinya seperti ini, petugas itu bernama Will. Pada pukul sembilan pagi kemarin, tukang pos mengantarkan paket itu dan sampai pada tangan Will pada pukul sembilan lewat sepuluh. Will yang bertugas sebagai pemeriksa paket yang ditunjukkan kepada Presiden tentu saja memeriksa apa isi kotak tersebut. Mungkin karena penasaran dengan pulpen itu--ini hanyalah pendapatku, Will menekan kepala pulpen dan sekitar lima belas menit kemudian tubuhnya lunglai.

Untung saja Kepala Kepetugasan Gedung Putih berbaik hati untuk memudahkan kami dengan memberikan surat keterangan untuk ditunjukkan kepada pihak rumah sakit untuk memperbolehkan kami melihat jasad dan hasil otopsi Will.

Semua hal yang berkaitan dengan Gedung Putih benar-benar dijaga dan diperhatikan. Aku dulu sempat tertarik untuk menjadi salah satu bagian dari Gedung Putih namun takdir berkata lain.

"Ms.Kensbrook, diluar banyak sekali wartawan yang menunggu anda" ucap salah satu penjaga ketika kami baru saja melewatinya.

Oh ya, aku lupa soal wartawan itu.

"Apa ada jalan lain?" tanya Harry.

"Tentu, biar saya tunjukkan"

Aku dan Harry pun mengikuti si penjaga itu. Tangan Harry tiba-tiba saja sudah melingkar pada bahuku hangat. "Aku tahu kau kuat Lilly"

"Terima kasih, Harry" aku rasa aku bisa membicarakan soal kemarin malam dengan Harry.

"Harry, ada sesuatu yang akan kuberitahu padamu" ucapku berbisik.

"Well, aku juga"

"Apa itu?"

"Setelah kasus ini selesai, aku berniat untuk melamar Pamela"

Aku terperangah. "Kau serius?"

"Tapi, seperti apa yang dikatakan oleh Presiden tadi. Pamela dekat dengan anak lelaki Prof.Godfrey"

"Lalu?"

"Pamela menyukainya"

"Harry kupikir kau cukup pintar dalam urusan ini. Menyukai dengan mencintai itu berbeda"

"Jadi apa yang membuat keningmu seperti itu?"

"Akan kuceritakan di mobil"

Ternyata Harry membawa mobil sendiri, aku jadi penasaran dengan apa yang sedang dia lakukan di negara ini. Semenjak pementasan drama Pamela, aku tidak begitu sering berkomunikasi dengan Zayn, Niall, Harry, dan Louis. Yang paling parah adalah Louis, keadaan itu juga dialami oleh keempat lelaki lainnya. Louis seakan menutup diri, entah apa yang sedang lelaki itu lakukan.

Kini kotak itu berada dalam pangkuanku, kuharap Louis segera sampai agar aku tahu apa yang spesial dari pulpen ini. Aku dan Harry sama-sama tidak akan mengambil resiko melihat apa yang terjadi pada Will, kini kami sama-sama memiliki alasan untuk menjaga nyawa kami sebaik mungkin.

Our Direction [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang