29. Di Tengah Salju

306 51 12
                                    

Lamaran CyA yang mengejutkan tidak bisa membuat Aggy tidur malam ini. Sudah sejam gadis itu berusaha tidur, namun kantuk tak mau datang. Hal itu membuatnya memutuskan untuk bangkit dan meraih pakaian hangat. Sepertinya, ia butuh udara segar dan berjalan sejenak untuk menyegarkan pikirannya supaya ia bisa tertidur malam ini. Karena percuma ia tetap berbaring semalam suntuk, kantuk pasti tidak akan mau datang. Pikirannya pun yang telah mendistraksinya untuk terlelap pasti tidak akan berhenti bersuara.

Di luar, salju kembali turun, membuat siapa pun lebih memilih bergulung di dalam selimut tebal dengan perapian yang menyala di kamar. Tapi, Aggy yang tidak bisa tertidur justru merasa sesak berada di kamar lebih lama lagi meskipun tempat ini seharusnya menjadi tempat paling nyaman di tengah suhu yang rendah. Untuk sekarang, baginya, udara dingin tampak tidak akan mengganggunya untuk malam ini. Malah, sepertinya udara dingin malam ini bisa saja akan menenangkan pikirannya yang tak henti bersuara. Maka, tanpa ragu ia melangkah keluar dari kamar tidurnya yang hangat.

Pandangan Aggy terarah ke salju yang mulai menyelimuti jalanan. Jika cuaca sudah lebih cerah, ia dan para pangeran akan kembali ke tempat masing-masing. Sejujurnya, segala yang ia alami terasa seperti mimpi. Ia membunuh Raja Durance, yang membuat ia meraih kebebasannya. Ia juga dilamar oleh seorang pangeran, yang berarti lelaki itu juga dengan sepenuh hati rela melepaskan nama Onufria darinya demi Aggy.

CyA memang baik, tapi ada hal yang mencegah Aggy untuk mengiyakannya. Bukannya Aggy tidak percaya akan kemampuan CyA, gadis itu malah berpikir mereka akan bekerjasama dengan baik. Tapi Aggy belum siap. Menikah, memimpin sebuah kerajaan, dan memimpin bersama seseorang. Semuanya terdengar sangat berat juga sulit. Aggy hanya ingin hidup, namun ia malah dihadapkan dengan begitu banyak tanggungjawab. Rasanya sulit sekali baginya, ia rasa ia pasti tidak akan mampu melakukan segala hal yang dipikirkan saja sudah membuatnya tidak bisa tertidur.

"Ternyata dugaanku benar. Aku melihat bayanganmu dari jendela kamarku, dan memang kau yang berjalan keluar dari salah satu kamar tamu."

Aggy menoleh cepat dan menemukan sosok familier. Gadis itu langsung menghela napas lega saat menyadari yang barusan bicara bukanlah sosok asing. Walaupun sesungguhnya Kanghyun telah membuatnya sangat terkejut dengan kehadiran lelaki itu. Ia pikir, semua orang sudah tidur. Namun, Pangeran Kedelapan ini ternyata belum terlelap. Sudah lama Aggy tidak melihat Kanghyun. Sosok ini terasa asing, tapi juga akrab mengingat waktu yang mereka habiskan saat tak sengaja berada di perpustakaan dulunya sebelum berpisah karena kejadian belakangan ini. Sebenarnya rasa asing itu pun muncul karena sudah cukup lama juga terakhir mereka menghabiskan waktu bersama.

"Ternyata kau belum tidur," ujar Aggy sebagai respon.

"Aku baru saja selesai membaca. Lalu aku berniat untuk tidur. Namun malah melihat bayangan seseorang melangkah keluar yang tampak dari jendela kamarku. Aku merasa harus mengecek siapa yang keluar di saat udara sedang sedingin ini. Dan aku malah menemukanmu."

Ucapan Kanghyun dibalas oleh keheningan. Aggy tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan, Aggy tidak tahu mengapa lelaki ini masih di sini setelah mengetahui bahwa Aggy yang berada di luar. Seharusnya, Kanghyun tinggal kembali masuk saja, bukannya mencari posisi yang nyaman setelah menyingkirkan tumpukan salju dari atas kursi sebagai tempatnya untuk duduk.

"Kenapa kau tidak kembali ke kamar?" tanya Aggy setelah melirik bahwa Kanghyun masih betah saja duduk di kursi taman bersamanya setelah beberapa saat dalam keheningan berlalu.

"Seharusnya aku yang bertanya," Kanghyun meraih tangan Aggy yang berada di pangkuannya lalu digenggam oleh lelaki itu. "Tanganmu sudah dingin sekali. Kau sudah melewati hari yang berat, seharusnya kau beristirahat. Bukannya malah duduk di luar, di tengah udara yang dinginnya menggigit."

King of Hearts (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang